kimia. Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak pada tahun 2017,
Indonesia merupakan Negara dengan jumlah perokok tertinggi di dunia. Data
menyebutkan perokok bukan hanya berasal dari golongan orang dewasa, namun juga
pelajar mulai dari tingkat SMA sampai anak-anak berusia kurang dari 15 tahun.
Jumlah konsumen rokok di Indonesia juga mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Menurut Kementerian Kesehatan di tahun 2017 terdapat 36,3% penduduk
Indonesia menjadi perokok, dimana 20% dari jumlah yang tersebut merupakan
remaja berusia 13-15 tahun.
Rokok sangat mudah di jual dan di beli, baik toko kecil sampai swalayan dan
supermarket. Bahkan kita dapat membeli rokok di pedagang asongan di Terminal
maupun Stasiun. Kemasan rokok juga di desain semenarik mungkin dan praktis
sehingga memudahkan konsumen untuk membawa rokok kemanapun. Iklan rokok
juga ditampilkan tanpa menunjukkan bahwa itu adalah iklan rokok. Pada bungkus
rokok juga tertulis peringatan “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan
jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan”. Tetapi kalimat tersebut banyak
diabaikan oleh konsumen meskipun efek negatifnya dapat menggangu kesehatan dan
menipiskan kantong. Fakta bahwa asap rokok telah mengakibatkan sekitar 85%
kanker paru-paru dan juga berhubungan dengan kanker mulut, kantung kemih, dan
usus. Merokok sama saja dengan membunuh diri secara perlahan-lahan. Merokok
tidak hanya merugikan diri kita sendiri, tetapi bagi orang lain yang juga turut
menghirup asap dari perokok. Orang yang langsung menghirup asap dari batang
rokok disebut dengan perokok aktif. Sedangkan orang yang tidak merokok tetapi ikut
terhirup asap karena hidup berdampingan dinamakan perokok pasif. Jika di dalam
satu keluarga ada seorang Ayah sebagai perokok aktif maka seluruh anggota
termasuk anak-anak ikut menjadi perokok pasif akibat tinggal di rumah yang sama.
Meningkatnya jumlah perokok aktif juga mempengaruhi peningkatan pada jumlah
perokok pasif di Indonesia. Hal ini akan memperburuh kondisi kesehatan masyarakat
karena semakin banyak orang yang akan menderita kanker paru-paru.
Meskipun banyak membawa dampak negatif bagi kesehatan. Kita tidak boleh
menutup mata jika rokok juga membawa dampak positif bagi perekonomian Negara.
Dengan adanya produsen rokok di Indonesia, tentunya juga memberikan keuntungan
bagi masyarakat Indonesia. Petani yang menanam rokok, pabrik-pabrik rokok yang
dibangun membutuhkan karyawan yang tidak sedikit. Indonesia merupakan target
pasar yang besar bagi industri rokok nasional maupun internasional. Laba yang
diperoleh dari hasil produksi dan penjualan rokok bukanlah jumlah yang sedikit
karena jumlah konsumen di Indonesia sangatlah banyak. Negara juga menerima
keuntungan dari biaya bea cukai. Rokok dijual dengan izin pajak yang sangat tinggi.
Banyak yang mengatakan rokok adalah penyumbang devisa Negara. Tetapi pada
kenyataannya total biaya konsumsi tembakau meliputi biaya langsung, biaya tidak
langsung, sakit, dan kecacatan sebesar Rp167,1 triliun, sementara penerimaan Negara
dari cukai rokok sebesar Rp32,6 triliun. Biaya rokok 5,1 kali lipat dari penerimaan
cukai rokok.
Jika pabrik rokok tidak diizinkan untuk beroperasi maka akan banyak terjadi
pemutusan hubungan kerja. Proses pembuatan rokok membutuhkan banyak pekerja.
Mulai dari penanaman tembakau, memetik daun tembakau, pekerja yang mengangkut
tembakau, pekerja yang mengolah rokok sampai menjadi gulungan tembakau yang
dibungkus kertas. Kontribusi produsen rokok di Indonesia juga banyak. Sejak dahulu
kala pabrik rokok konsisten untuk memberikan beasiswa untuk anak-anak Indonesia.
Dampak negatif dan posistif ini membuat dilema dan kita sebagai masyarakat harus
bijak dalam menyikapinya.