Anda di halaman 1dari 2

Bahaya Merokok

Merokok merupakan suatu kebiasaan yang biasa dilakukan dengan cara


menghisap rokok dalam kehidupan sehari-hari, merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa
dihindari bagi orang yang mengalami kecenderungan terhadap rokok. Rokok merupakan
salah satu bahan adiktif artinya dapat menimbulkan ketergantungan dan kecanduan bagi
pemakainya. Selain menyebabkan kecanduan, rokok juga memiliki dampak yang sangat tidak
sehat terhadap kesehatan. Diantaranya menyebabkan kanker, penyakit jantung, bronkitis serta
pada ibu hamil akan menyebabkan cacat bawaan lahir pada bayi dan gangguan janin.
Menurut KPAI (2013), semua ahli kesehatan termasuk World Health Organization (WHO)
telah lama menyimpulkan, bahwa secara kesehatan rokok banyak menimbulkan dampak
negatif, lebih bagi anak-anak dan masa depannya. Dampak dari rokok tidak hanya dirasakan
oleh para perokok saja tetapi juga pada orang yang menghirup asap dari rokok tersebut.
Rokok mengandung 4000 zat kimia dengan 200 jenis di antaranya bersifat
karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini didapatkan pada asap
utama yaitu asap rokok yang terhisap langsung masuk keparu-paru perokok maupun asap
samping yaitu asap rokok yang dihasilkan oleh ujung rokok yang terbakar, misalnya karbon
monoksida, benzopiren, dan amoniak (KPAI, 2013). Menurut WHO (2015) pada tahun 2015
di Indonesia diperkirakan 36% atau sekitar 60 juta pendduduk Indonesia merokok secara
rutin, hal ini berbeda dengan jumlah konsumsi rokok di negara lain yang bisa diperkiran akan
menurun, tetapi di Indonesia bahkan sudah diperkirakan oleh WHO bahwa pada tahun 2025
akan meningkat hingga 90% penduduk Indonesia menjadi perokok aktif. Jika konsumsi rokok
setiap tahunnya tidak bisa diminimalkan maka angka kematian akibat merokok di Indonesia
juga akan terus meningkat.
Sebagian besar perokok merasakan efek peningkatan dopamin berlebih sebagai rasa
ketenangan, bahagia, atau kesenangan saat merokok. Hal ini menyebabkan seseorang menjadi
kesulitan menenangkan pikirannya sendiri jika tidak mengisap rokok. Merokok sendiri juga
termasuk strategi pereda stress yang buruk karena tidak mendorong seseorang menghadapi
masalah dalam kehidupannya. Banyak perokok yang menyadari bahwa dirinya memiliki
masalah keuangan, namun tetap membeli rokok hanya karena ingin menghindari masalah
yang dihadapinya.
Banyak perokok yang menyadari bahwa dirinya memiliki masalah keuangan, namun
tetap membeli rokok hanya karena ingin menghindari masalah yang dihadapinya. Pada
akhirny,a perokok hanya akan tetap mengalami stress dengan terus merokok. Sebaliknya,
suatu studi menunjukkan bahwa individu yang berhenti merokok setelah enam minggu
berturut-turut, mengalami peningkatan kualitas kehidupan dan lebih merasa bahagia
dibandingkan individu yang tetap merokok.
Di Indonesia merokok telah menjadi budaya dan tradisi masyarakat. Orang-orang
yang merokok tidak mengenal usia. Banyak orang yang sudah tua masih merokok, bahkan
ada juga anak yang masih duduk di bangku SD sudah merokok karena melihat kebiasaan
orang tuanya. Seorang anak akan menganggap bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang
normal, menyenangkan, dan menguntungkan, mereka cenderung memiliki dorongan untuk
mencoba. Menurut para remaja, merokok merupakan hal yang dapat menghilangkan stres,
menimbulkan perasaan nikmat dan mempererat pergaulan antar kawan.
Orang yang telah mengalami kecanduan pada rokok akan sering untuk merokok,
bahkan hal ini dilakukan tanpa mengenal tempat dan waktu, seperti pada saat di sekolah ada
siswa yang pergi ke kamar mandi atau tempat yang sepi di sekolah hanya untuk merokok.
Ketika pulang sekolah juga sering ditemui banyak para remaja yang berhenti di warung untuk
merokok. Merokok tidak hanya dilkakukan oleh kaum laki-laki melainkan kaum perempuan
juga.
Oleh sebab itu, untuk mengurangi jumlah perokok di Indonesia pemerintah telah
melakukan upaya-upaya lain, yaitu mengenakan cukai pada rokok dan produk tembakau
lainnya, menaikkan harga jual eceran (HJE) rokok, penyuluhan kesehatan kepada masyarakat
dan klinik berhenti merokok, pembatasan iklan dan promosi rokok, hingga penerapan
kawasan tanpa asap rokok. Sebagai orang tua atau guru sebaiknya tidak merokok di depan
anak atau siswa karena hal tersebut bisa ditiru oleh mereka dan orang tua harus memberi tahu
bahaya yang akan disebabkan jika seseorang merokok serta mengontrol pergaulan dan
lingkungan di sekitarnya.

Analisis Struktur Artikel

Tesis :Merokok merupakan suatu kebiasaan yang biasa dilakukan dengan


cara menghisap rokok dalam kehidupan sehari-hari, merupakan suatu
kebutuhan yang tidak bisa dihindari bagi orang yang mengalami
kecenderungan terhadap rokok. Rokok merupakan salah satu bahan
adiktif artinya dapat menimbulkan ketergantungan dan kecanduan bagi
pemakainya.
Argumentasi :1. Selain menyebabkan kecanduan, rokok juga memiliki dampak yang
sangat tidak baik terhadap kesehatan. Diantaranya menyebabkan
kanker, penyakit jantung, bronkitis serta pada ibu hamil akan
menyebabkan cacat bawaan lahir pada bayi dan gangguan janin.
Menurut KPAI (2013), semua ahli kesehatan termasuk World Health
Organization (WHO) telah lama menyimpulkan, bahwa secara
kesehatan rokok banyak menimbulkan dampak negatif.
2. Rokok mengandung 4000 zat kimia dengan 200 jenis di antaranya
bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan
racun ini didapatkan pada asap utama yaitu asap rokok yang terhisap
langsung masuk keparu-paru perokok maupun asap samping yaitu asap
rokok yang dihasilkan oleh ujung rokok yang terbakar, misalnya
karbon monoksida, benzopiren, dan amoniak (KPAI, 2013).
3. Menurut WHO (2015) pada tahun 2015 di Indonesia diperkirakan
36% atau sekitar 60 juta pendduduk Indonesia merokok secara rutin,
hal ini berbeda dengan jumlah konsumsi rokok di negara lain yang bisa
diperkiran akan menurun, tetapi di Indonesia bahkan sudah
diperkirakan oleh WHO bahwa pada tahun 2025 akan meningkat
hingga 90% penduduk Indonesia menjadi perokok aktif.
Penegasan Ulang :Oleh sebab itu, untuk mengurangi jumlah perokok di Indonesia
pemerintah telah melakukan upaya-upaya lain, yaitu mengenakan
cukai pada rokok dan produk tembakau lainnya, menaikkan harga jual
eceran (HJE) rokok, penyuluhan kesehatan kepada masyarakat dan
klinik berhenti merokok, pembatasan iklan dan promosi rokok, hingga
penerapan kawasan tanpa asap rokok. Sebagai orang tua atau guru
sebaiknya tidak merokok di depan anak atau siswa karena hal tersebut
bisa ditiru oleh mereka dan orang tua harus memberi tahu bahaya yang
akan disebabkan jika seseorang merokok serta mengontrol pergaulan
dan lingkungan di sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai