Anda di halaman 1dari 41

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSEPSI TENTANG


MINUMAN KERAS DI KECAMATAN DAMPIT

OLEH
ARINDA WIJAYA
18.1.007

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI,SAINS,DAN KESEHATAN RS DR. SOEPRAOEN
MALANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSEPSI TENTANG


MINUMAN KERAS DI KECAMATAN DAMPIT
(Diajukan Sebagai Salah Satu Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan
Pada Prodi Keperawatan Institut Teknologi Sains Dan Kesehatan RS. Dr.
Soepraoen Malang).

OLEH
ARINDA WIJAYA
18.1.007

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN
RS dr. SOEPRAOEN MALANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

GAMBARAN PERILAKU REMAJA TERHADAP


PERSEPSI TENTANG MINUMAN KERAS DI KECAMATAN DAMPIT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minuman keras (miras) adalah seluruh jenis minuman yang mengandung

zat adiktif (alkohol). Alkohol adalah obat psikoaktif yang paling banyak

digunakan.Lebih dari 13 juta orang menganggap dirinya pecandu alkohol

(alcoholic). Fenomena penggunaan minuman keras dikalangan remaja dan orang

dewasa semakin meningkat. Menurut laporan World Health Organization (WHO)

pada tahun 2011 terdapat 2,5 juta penduduk dunia meninggal akibat

mengkonsumsi minuman keras Sebesar sembilan persen, angka kematian tersebut

terjadi pada usia muda, sedangkan pada tahun 2012 WHO juga menyebutkan

dalam Laporan Status Global mengenai Alkohol dan Kesehatan bahwa tidak

kurang dari 320.000 orang antara usia 15-29 tahun meninggal setiap tahun karena

berbagai penyebab terkait alkohol. Penyebab-penyebab tersebut diantaranya

adalah cedera dari kecelakaan lalu lintas, kekerasan dan penyakit-penyakit, seperti

sirosis hati, kanker, penyakit jantung dan sistem peredaran darah.

Penyalahgunaan minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang

cukup berkembang dikalangan remaja dan menunjukkan kecenderungan yang

meningkat dari tahun ke tahun, yang akibatnya dirasakan dalam bentuk kenakalan-

kenakalan, perkelahian, munculnya geng-geng remaja, perbuatan asusila, dan


maraknya premanisme pada kalangan remaja. Masa remaja secara psikologi

merupakan masa peralihan dari masa anak–anak ke masa dewasa, pada masa

remaja terjadi kematangan secara kognitif yaitu interaksi dari struktur otak yang

telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas yang memungkinkan

remaja untuk berpikir abstrak (Pratama, 2013). Sedangkan menurut

Damayantie(2008), kehidupan remaja sangat mudah dipengaruhi oleh hal yang

bersifat relatif baru hasil dari interaksi sosial salah satu seperti misalnya sosial

budaya yang datang dari luar, sehingga hal ini cenderung menggiring perilaku

menyimpang pada remaja. Seorang remaja masih dalam masa mencari jati diri

selalu berusaha mencoba hal yang baru, apabila tidak adanya kontrol dari orang

dewasa maka kalangan remaja tersebut akan terjerumus dalam perbuatan yang

bersifat negatif, salah satunya adalah mengkonsumsi minuman keras.

Masalah penyalahgunaan minuman keras menjadi perhatian di berbagai

kalangan di Indonesia. Mulai dari pemerintah, LSM, Ormas, bahkan masyarakat

pun juga turut serta membicarakan tentang bahaya penyalahgunaan minuman

keras. Pada saat sekarang banyak remaja yang mengatakan bahwa dengan minum

minuman keras kepercayaan diri mereka bertambah dari yang pemalu menjadi

pemberani, dapat memperbanyak teman, mereka juga beranggapan bahwa semua

masalah dapat teratasi dengan minum minuman keras. Mengkonsumsi minuman

keras adalah salah satu 3 bentuk perilaku yang dianggap menyimpang. Perilaku

menyimpang terjadi dikalangan remaja tidak muncul begitu saja apabila tidak ada

faktor penarik atau faktor pendorong. Faktor penarik berada di luar diri seseorang,

sedangkan faktor pendorong berasal dari dalam diri atau keluarga yang
memungkinkan seseorang untuk melakukan penyimpangan tersebut (Waluya,

2007).

Perilaku mengkonsumsi minuman keras memberikan dampak yang buruk

bagi kesehatan fisik, seperti gangguan otak dan kanker hati. Sementara dampak

psikologis dari kecanduan alkohol atau minuman keras ini adalah agresif, destruktif,

apatis, tidak bertanggung jawab, rasa takut, kekacauan berfikir (bersifat irasional),

membenci diri sendiri (self-loathing), lepas dari kepedulian terhadap norma,

ketidakmampuan dalam mengambil keputusan, kurang menghargai pribadi lain,

dan melemahkan kepekaan emosional.

Pada dasarnya terdapat dua jenis dampak pada pecandu alkohol, yaitu efek

jangka pendek dan efek jangka panjang. Efek jangka pendek konsumsi alkohol

menjadikan seseorang itu kurang daya koordinasi. Dalam waktu yang singkat ini

juga menyebabkan hangover. Hangover lazimnya disebabkan oleh keracunan

alkohol, bahan lain dalam alkohol dan akibat ketagihan alkohol. Tandatanda

hangover alkohol adalah sakit kepala, muntah, diare, gangguan pergerakan usus

dan menggeletar selama 8-12 jam kemudian (Priangguna, 2015).

Perilaku mengkonsumsi minuman keras pada remaja biasanya dipengaruhi

oleh kurangnya pengetahuan dan pemahaman remaja akan kesehatan serta

dampak yang terjadi. Perilaku hidup sehat seperti dalam menjauhi minuman

keras,rokok, narkoba, dan obat-obatan masih minim, sehingga perlu diupayakan

peningkatan pendidikan, serta adanya kontrol dari masyarakat.

Untuk menjaga agar perilaku remaja tetap baik dan tidak menyalahgunakan

minuman keras, dapat dikembangkan dengan memberikan penyuluhan terkait


bahaya minuman keras dengan tujuan agar menambah pengetahuan remaja

mengenai konsumsi minuman keras dan memperbaiki persepsi remaja,

meningkatkan fungsi keluarga, meningkatkan fungsi lingkungan agar lingkungan

dalam perkembangan remaja memberikan efek dalam pembentukan perilaku

menjadi baik (Nugraha Agus W.,2012).

Salah satu kebiasaan masyarakat di Dampit sejak dulu, yaitu

mengkonsumsi minuman beralkohol di setiap berkumpul dengan teman. Minuman

seperti anggur merah. Anggur merah ini disajikan disetiap acara kumpul dengan

teman, atau pernikahan, dan terkadang acara ulang tahun dan menjadi tradisi yang

masih dipertahankan.

Menurut Bayu (2020) mengatakan, di Dampit terdapat beberapa strata

sosial yang sangat kuat dalam memberi pengaruh dalam kehidupan

bermasyarakat, dari strata ini lah muncul kelompok-kelompok yang dihargai,

dihormati dan disegani. Sedangkan sesama pemuda bahasa yang digunakan

menggunakan bahasa Sasak pada umumnya.

Desa Dampit adalah desa uang terletak dikabupaten malang . Kabupaten

Dampit sendiri memiliki lapisan sosial atau golongan yang mempunyai kedudukan

beragam didalamnya seperti tokoh adat, pemuka agama, bangsawan, serta

masyarakat biasa. Ditinjau dari sosial ekonomi masyarakat Desa Dampit, sebagian

besar masyarakat bekerja sebagai petani, wiraswasta, pengusaha, buruh kasar,

tenaga kerja Indonesia (TKI) dan PNS. Keakraban antar kelompok masyarakat

terutama remaja di Kabupaten Dampit terlihat sangat kuat disebabkan oleh

tingginya rasa solidaritas antar kelompok remaja. Hal ini bisa dilihat dari kegiatan
sosial warga dan perayaan adat (nyongkolan). Setiap kali perayaan adat minuman

Anggur Merah menjadi tradisi yang harus ada di dalam rangkaian acara.

Keterlibatan minuman tuak dalam perayaan adat pada masyarakat khususnya

remaja menjadi sebuah kebiasaan dalam masyarakat Kabupaten Dampit, hal ini

bisa menimbulkan dampak negatif seperti melakukan tindakan kekerasan,

perkelahian, tawuran antar kelompok remaja dan bahkan bisa menyebabkan

kecelakaan lalu lintas.

7 Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan

metode wawancara pada remaja di Desa Dampit dari 15 remaja 9 diantaranya

mengatakan bahwa selalu mengkonsumsi minuman tuak pada saat acara adat

seperti nyongkolan (acara pernikahan) dengan alasan bentuk penghormatan

kepada teman, 4 diantaranya mengatakan bahwa kadang-kadang mengkonsumsi

minuman Anggur Merah bila ada ajakan dari teman dan kalau ada mood, 2

diantaranya mengatakan tidak pernah mengkonsumsi minuman Anggur Merah

dengan alasan takut dimarahi orang tua dan mengerti akan dampak yang terjadi

bila mengkonsumsi minuman keras anggur merah.

pada rangkaian acara sering terjadi kerusuhan antar remaja dan membuat

keresahan di dalam masyarakat setempat khususnya penyelenggara acara

tersebut. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Hubungan antara Stratifikasi Sosial dengan

Perilaku Mengkonsumsi Minuman Keras (Anggur Merah) pada Remaja usia 11-20

tahun bahkan orang trua pun ada di Kecamatan Dampit Kabupaten Malang.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diusulkan

yaitu “Adakah hubungan antara stratifikasi sosial dengan perilaku mengkonsumsi

minuman keras pada remaja usia 17-25 tahun di Kec.Dampit Kabupaten Malang.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui adakah hubungan antara stratifikasi sosial dengan

perilaku mengkonsumsi minuman keras pada remaja di Kec.Dampit kabupaten

Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin,

pendidikan terakhir orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua,

kedudukan orang tua, pengaruh orang tua,dan golongan keluarga.

2. Mengidentifikasi stratifikasi sosial orang tua remaja di Kec.Dampit kabupaten

Malang

3. Mengidentifikasi perilaku mengkonsumsi minuman keras (Anggur Merah) pada

remaja di Kecamatan Dampit Kabupaten Malang.

4. Menganalisis hubungan stratifikasi sosial dengan perilaku mengkonsumsi

minumankeras (Anggur Merah)pada kec.Dampit Kabupaten Malang.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat


Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat khususnya

pada anak remaja terhadap pentingnya perilaku sehat dalam kehidupan sehari –

hari.

1.4.2 Bagi Institusi Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pembuatan

rencana program penyuluhan terhadap pengguna. Penelitian ini diharapkan dapat 9

sebagai tambahan informasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan

komunitas.

1.4.3 Bagi Profesi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk

mengembangkan keperawatan komunitas ke depannya agar mencegah dampak

dan penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi minuman keras terkait perilaku.

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan.

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi tambahan

dalam ilmu keperawatan. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh

Mahasiswa yang ingin melakukan penelitian selanjutnya mengenai perilaku hidup

sehat di kalangan remaja yang berhubungan dengan perilaku mengkonsumsi

minuman keras (perilaku menyimpang).

b. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi sehingga dapat dijadikan

bahan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam dan membantu menambah


pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan dan staf pendidikan pada

umumnya, mengenai dampak mengkonsumsi minumminuman keras (Anggur

Merah).

1.4.5 Bagi Peneliti Sebagai sumber ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk

kehidupan penulis kedepan tentang dampak mengkonsumsi minum-minuman keras

(Anggur Merah).

1.4.5 Bagi Responden Sebagai sumber informasi dan pengetahuan yang dapat

berguna pada masyarakat khususnya remaja akan dampak mengkonsumsi minum-

minuman keras (Anggur Merah).

1.4.6 Bagi sosial masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan mengenai pemecahan masalah yang timbul di lingkungan masyarakat

yang disebabkan oleh minuman keras dan bentuk-bentuk perilaku menyimpang

khususnya remaja

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja


Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah lain, seperti

puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula dikaitkan

pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa

kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun.

Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja

pertengahan usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Azinar,

2013). Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan

dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik

(Azinar, 2013).

2.1.2 Ciri-ciri Masa Remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode

sebelum dan sesudahnya. Sarwono (2008) menyatakan ciri–ciri tertentu yaitu:

1. Masa remaja sebagai periode yang penting.

2. Masa remaja sebagai periode peralihan.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan.

4. Masa remaja sebagai periode bermasalah.

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.

7. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.


Sarwono (2008) menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa peralihan

dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami

sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Semua aspek perkembangan dalam

masa remaja secara global berlangsung antara umur 12–21 tahun, dengan

pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa

remaja pertengahan, 18- 21 tahun adalah masa remaja akhir (Azinar, 2013).

2.1.3 Tahap Perkembangan Remaja

Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu :

1. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:

a. Lebih dekat dengan teman sebaya

b. Ingin bebas

c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir

abstrak

2. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain:

a. Mencari identitas diri

b. Timbulnya keinginan untuk kencan

c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam

d. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak

e. Berkhayal tentang aktifitas seks


3. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain

a. Pengungkapan identitas diri

b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya

c. Mempunyai citra jasmani dirinya

d. Dapat mewujudkan rasa cinta

e. Mampu berpikir abstrak

2.1.4 Perkembangan Fisik

Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat. Dalam

perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks

primer dan ciri-ciri seks sekunder. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut mengenai

kedua hal tersebut

1. Ciri-ciri seks primer

Dalam modul kesehatan reproduksi remaja (Depkes, 2007) disebutkan

bahwa ciri-ciri seks primer pada remaja adalah: berhubungan langsung dengan

organ seks seperti haid dan mimpi basah.


2. Remaja laki-laki

Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah

mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki-laki usia

antara 10-15 tahun.

3. Remaja perempuan

Jika remaja perempuan sudah mengalami menarche (menstruasi),

menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat kelamin perempuan

berupa luruhnya lapisan dinding dalam Rahim. 8

4. Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.

2.1.5 Karakteristik Remaja

Menurut Ningtyas, (2012) karakteristik perilaku dan pribadi pada masa

remaja terbagi ke dalam dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 dan14-15 tahun)

dan remaja akhir (14-16 dan 18-20 tahun) meliputi aspek:

1. Fisik, laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, proporsi ukuran

tinggi, berat badan seringkali kurang seimbang dan munculnya ciri-ciri sekunder.

2. Psikomotor, gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan serta

aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.

3. Bahasa, berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik

mempelajari bahasa asing, menggemari literatur yang bernafaskan dan

mengandung segi erotik, fantastik, dan estetik.


4. Sosial, keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat

temporer, serta adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya

disertai semangat konformitas yang tinggi.

a) Perilaku kognitif

1. Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal

(asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun

relatif terbatas,

Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan

2. Yang terpesat,

3. Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menujukkan kecenderungan-

kecenderungan yang lebih jelas.

2.1.6 Perkembangan Perilaku Seksual Remaja

Perkembangan fisik termasuk organ seksual yaitu terjadinya kematangan serta

peningkatan kadar hormon reproduksi atau hormon seks baik pada laki-laki

maupun pada perempuan yang akan menyebabkan perubahan perilaku seksual

remaja secara keseluruhan. Pada kehidupan psikologis remaja, perkembangan

organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat remaja terhadap lawan

jenis. Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap lawan jenis sangat

dipengaruhi oleh faktor perubahan-perubahan fisik selama periode pubertas

(Sarwono, 2011).
2.2 Perilaku

2.2.1 Pengertian Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta interaksi

manusia yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku

merupakan suatu tindakan yang mempunyai frekuensi, lama, dan tujuan khusus,

baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar (Sarwono, 2013).

Menurut Sarwono (2013) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Perilaku manusia dari segi biologis adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu

sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas seperti berjalan, berbicara,

menangis, bekerja dan sebagainya. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus

Skinner membedakan perilaku menjadi dua:

1. Perilaku tertutup (Covert Behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup.

Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima

stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (Overt Behavior)

Repon seseorng terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas.


dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat

orang lain.

Irianto (2014) mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan

antara perangsang (stimulus) dan tanggapan atau respon, respon dibedakan

menjadi dua respon:

1) Respondent response atau reflexive respon, ialah respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan tertentu yang relatif tetap. Responden respon

(Respondent behaviour) mencakup juga emosi respon dan emotional behaviour.

2) Operant respons atau instrumental respon adalah respon yang timbul dan

berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforsing

stimuli atau reinforcer.

Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor baik dari dalam maupun dari luar individu. Aspek-aspek dalam diri individu

yang sangat berperan/berpengaruh dalam perubahan perilaku adalah persepsi,

motivasi dan emosi. Persepsi adalah pengamatan yang merupakan kombinasi dari

penglihatan, pendengaran, penciuman serta pengalaman masa lalu. Motivasi

adalah dorongan bertindak untuk memuaskan sesuatu kebutuhan. Dorongan dalam

motivasi diwujudkan dalam bentuk tindakan (Sarwono, 2013).


2.2.2 Perilaku Ditentukan Oleh 3 Faktor:

Menurut Irianto (2015), perilaku ditentukan oleh 3 faktor:

1. Faktor predisposisi (predidposing factors) yaitu faktor-faktor yang dapat

mempermudah terjadinya suatu perilaku.

Faktor pendukung atau pemungkin (enabling factors) meliputi

2. semua karakter lingkungan dan semua sumber daya atau fasilitas yang

mendukung atau memungkinkan

3. Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yaitu faktor yang

memperkuat terjadinya perilaku antara lain tokoh masyarakat, teman atau

kelompok sebaya, peraturan, undang-undang, surat keputusan dari para pejabat

pemerintahan daerah atau pusat(Irianto,2015).

2.2.3 Perilaku Seksual Pada Remaja

Menurut Sarwono (2013), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang

didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis

maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama. Menurut

Tetty dan Yolanda (2012), perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan

ditempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan perilaku

seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses

pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan

masing-masing (Kumalasari, 2013).

Menurut Kusmiran (2011) remaja melakukan berbagai macam perilaku

seksual beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai dari
berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan, memegang atau

meraba bagian sensitif, petting, oral sex.

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah Remaja

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Depkes (2007) tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di Jawa Timur adalah :

1. Faktor Internal

a. Pengetahuan,

b. Aspek-aspek kesehatan reproduksi

c. Sikap terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, kerentanan

yang dirasakan terhadap resiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian

diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia, agama, dan status perkawinan).

2. Faktor Eksternal

a. Kontak dengan sumber-sumber informasi,

b. Peran keluarga, pemahaman tingkat agama, dan pengetahuan perilaku seksual

pranikah sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu).

Seksual remaja usia 14-24 mengungkapkan mengungkapkan 64% remaja

mengakui secara sadar bahwa melakukan hubungan seks sebelum menikah

melanggar nilai dan moral agama. Sedangkan 31% menyatakan bahwa melakukan

hubungan seks sebelum menikah adalah biasa atau sudah wajar dilakukan tidak
melanggar nilai dan moral agama. Remaja seringkali memperoleh informasi yang

tidak akurat mengenai seks dari teman-teman mereka,bukan dari petugas

kesehatan, guru atau orang tua(Depkes,2007).

Faktor Eksternal yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah. Beberapa

faktor yaitu pengetahuan tentang perilaku seksual pranikah, pemahaman tingkat

agama, sumber informasi media, peran keluarga (Kusmiran, 2013). Hubungan

orang-tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal

terhadap perkembangan kepribadian anak sebaliknya. . Orang tua yang sering

bertengkar akan menghambat komunikasi dalam keluarga, dan anak akan

“melarikan diri“ dari keluarga. ). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual

pranikah pada remaja paling tinggi hubungan antara orang tua dengan remaja,

diikuti karena tekanan teman sebaya, religiusitas, dan eksposur media pornografi

(Sarwono, 2008).

2.2.5 Dampak Perilaku Seksual Pranikah Remaja.

Perilaku seksual pranikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif

pada remaja, diantaranya sebagai berikut :

a.Dampak psikologis

Dampak psikologis dari perilaku seksual pranikah pada remaja diantaranya

perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa.

b.Dampak Fisiologis

Dampak fisiologis dari perilaku seksual pranikah tersebut diantaranya dapat

menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi.


c.Dampak sosial

Dampak sosial yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum

saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil,

dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang

mencela dan menolak keadaan tersebut (Sarwono, 2008).

d.Dampak fisik

Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono (2008) adalah berkembangnya

penyakit menular seksual di kalangan

remaja, dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual (PMS) yang tertinggi

antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan

kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena PMS dan

HIV/AIDS.

2.4 Kerangka Konsep

Remaja

Remaja awal

12-15 tahun

Remaja menengah

Remaja akhir

18-21 tahun
Karakteristik remaja

1.Fisik

2.Psikomotor

3.Bahasa

4.Perilaku kognitif

5.Sosial

6.Konatif

7.Moralitas

8.Perilaku keagaaman

9.Emosi, afektif

10.kepribadian

Faktor internal

Perilaku seks pranikah remaja

1.Pengetahuan

2. Sikap

3.Pengendalian diri

4.Rasa percaya diri

5.Usia

6.Pemahaman tingkat agama

7.Status perkawinan

8.Aktifitas sosial

9.Gaya hidup
Faktor eksternal

Perilaku seks pranikah remaja

1.Pengetahuan perilaku seksual pranikah

2.Pemahaman tingkat agama

3.Sumber informasi (media)

4.Peran keluarga

Perilaku seks pranikah remaja

Keterangan

= Di teliti

= Tidak di teliti

= Pengaruh

= Hubungan 20

Remaja di bagi menjadi 3 ada remaja awal, remaja menengah, remaja akhir.

Remaja mempunyai karakteristik yaitu fisik, psikomotor, bahasa, sosial, konatif,

moralitas, perilaku keagaaman, emosi, afektif, kepribadian. Karakteristik tersebut di

tambah faktor internal dan eksternal mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada

remaja. Faktor tersebut ialah pengetahuan seks pranikah, pemahaman tingkat

agama sumber informasi, peran keluarga.


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian

rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian.

Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk

mencapai tujuan penelitian, serta berperan sebagai alat dan pedoman untuk

mencapai tujuan tersebut.

Desain penelitian membantu peneliti untuk mendapatkan jawaban dari

penelitian dengan sahih, objektif, akurat serta hemat (Setiadi, 2013). Jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu rancangan

crosssectional yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali. Pada

penelitian ini mengukur sejauh mana tingkat pengetahuan dan sikap remaja

tentang perilaku remaja terhadap persepsi tentang minuman keras di kec.Dampit

Kabupaten Malang.

3.2 Kerangka Kerja

Menurut Sugiyono (2011), yang dimaksud dengan kerangka kerja adalah

model konseptual yang menggambarkan hubungan diantara berbagai macam

faktor yang telah diidentifikasi sebagai sesuatu hal yang penting bagi suatu
masalah. Dengan kata lain, kerangka kerja membahas keterhubungan antara

variabel yang dianggap terintegrasikan dalam dinamika situasi yang akan diteliti.

Desain Penelitian: Deskriptif

Variabel: Tingkat pengetahuan RemajaTentang Pencegahan COVID-19


Sikap remaja Tentang Pencegahan COVID-19

Populasi: Remaja Di Yayasan Panti Asuhan Al-Qarni sebanyak 40 orang

Sampel: Remaja Di yayasan Panti Asuhan Al-Qarni Sejumlah 40 santri

Penetapan Sampling:Total Sampling

Pengumpulan data menggunakan instrumen kuisioner :


Pengetahuan dan sikap

Pengolahan data:Editing, coding, scoring, tabulating

Analisa data :Analisis univariat

Penyajian Hasil

Penarikan Kesimpulan

3.3 Populasi, Sampel, Sampling

3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2016:80).


Populasi dari penelitian ini adalah seluruh remaja di kecamatan Dampit Sebanyak

30 orang.

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2019) teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan

sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian,

terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Pada penelitian ini peneliti

menggunakan total sampling.

3.3.3 Sampling

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono,

2011). Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian adalah

purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dalam pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2014).

3.4 Identifikasi variabel dan Definisi operasional

3.4.1 Identifikasi variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Variabel

dalam penelitian ini adalah Gambaran perilaku remaja terhadap persepsi tentang

minuman keras di kec.Dampit kabupatenh Malang.


3.4.2 Definisi operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang

akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013).

Definisi operasional adalah suatu cara untuk menggambarkan dan

mendeskripsikan variabel sedemikian rupa sehingga variabel tersebut bersifat

spesifik dan terukur. Tujuannya agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang

sesuai dengan hakikat variabel yang sudah di definisikan konsepnya, maka peneliti

harus memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan

untuk kualifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya (Sugiyono, 2011).


Tabel 3.1 Definisi operasional Gambaran perilaku remaja (17-25 tahun) terhadap persepsi
tentang minuman keras di kec.Dampit

Variabel Definisi Indikator Alat Skala Skor


Operasional ukur data
perilaku perilaku Kuesio Rasio Benar = 1
remaja remaja (17- Kemampuan ner Salah = 0
(17-25 25 tahun) Remaja dalam
tahun) terhadap menjawab Skoring :
pertanyaan a. Baik
terhadap persepsi
dengan benar : 76-100%
persepsi tentang tentang minuman b. Cuk
tentang minuman keras up : 60-75%
minuman keras di Yang meliputi Kurang :
keras di kec.Dampit 1. langkah- <60%
kec.Dampi langkah apa saja
t yang dilakukan
guna memutus
penyebaran covid-
19
2. apa saja yang
harus di
perhatikan saat
dalam
bersosialisasi
Tabel 3.1 Definisi operasional Gambaran perilaku remaja (17-25 tahun) terhadap persepsi
tentang minuman keras di kec.Dampit

Variabel Definisi Indikator Alat Skala Skor


Operasional ukur data

Tingkat Reaksi atau 1. Sifat positif kuesio Ordin Peryataa


Sikap respon a. remaja memiliki ner al n positif:
remaja remaja banyak waktu Selalu: 4
tentang terhadap berkumpul Sering: 3
minuman minuman bersama teman Kadang -
keras keras di b.sebagian Kadang:
kec.Dampit remaja merasa 2
nyaman jika Tidak
bersama teman Pernah: 1
c. kec.dampit Pernyata
sudah psbb an
d. santri menjadi negatif:
aman saat berada Selalu: 1
di wilayah Sering: 2
yayasan Kadang -
1. Sifat Kadang:
Negatif 3
a. cemas Tidak
berlebihan Pernah: 4
b. tidak dapat Baik (46
melakukan – 60)
aktivitas seperti Cukup
biasa (31 - 45)
c.orang tua santri Kurang
di larang (15 - 30)
menjenguk
d. santri merasa
tidak nyaman
dengan adanya
pembatasan
3.5 Pengumpulan Data dan Analisa Data

3.5.1 Proses pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2013). Peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan

lembar observasi berupa tabel yang berisi nama, usia, jenis kelamin,

1. Proses Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dilaksanakan melalui proses sebagai berikut:

a. Peneliti mengajukan surat perijinan kepada rt di daerah Dampit

b. Setelah mendapat ijin dari kepada rt di daerah Dampit kemudian peneliti

mengambil data jumlah remaja yang berada di kec Dampit.

c. Kemudian peneliti melakukan penelitian sesuai dengan kriteria inklusi dan

eksklusi.

d. Peneliti melakukan penjelasan tentang prosedur penelitian dan

menanyakan kesediaannya menjadi responden penelitian.

e. Bagi remaja yang bersedia maka akan diminta untuk menandatangani

lembar persetujuan (inform-consent)menjadi responden penelitian.

f. Kemudian peneliti melakukan proses pembelajaran dan mengukur

seberapa luas wawasan tentang minuman kers.

g. Kemudian data yang telah diperoleh diolah menggunakan lembar observasi

dan dipresentasekan.
3.5.2 Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proes pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2016). Pengumpulan data tergantung dari rancagan penelitian dan

tehnik yang digunakan.

1. Tahapan pengumpulan data

Proses pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan tahapan tahapan

sebagai berikut:

a. Peneliti mendatangi remaja di kec Dampit lalu melakukan penjelasan

prosedur penelitian dan memberikan inform consent atau surat kesediaan menjadi

responden.

b. Setelah itu peneliti meminta responden yang telah bersedia untuk mengisi

kuisioner penelitian. Selama pengisian kuisioner penelitian akan mendampingi

responden untuk memberikan penjelasan apabila ada pertanyaan yang kurang

dimengerti oleh ressponden. Sebelum data di kumpulkan, peneliti akan mengecek

ulang kelengkapan jawaban dari kuisioner yang diisi oleh responden.

c. Kemudian data yang diperoleh dimasukan ke dalam tabel kemudian diolah

dan dipersentasikan.

2. Instrumen Pengumpulan Data


Menurut Sanjaya (2011) intrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan

untuk mengumpulkan data atau informasi penelitian. Intrumen penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan kuesioner, kuesioner

yang digunakan terdiri dari 15 pertanyaan.

3.6 Pengolahan Data Dan Analisi Data

3.6.1 Pengolahan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data mentah yang harus diorganisasi

sedemikian rupa agar disajikan dalam bentuk tabel atau diagram/grafik sehingga

mudah dianalisis dan ditarik kesimpulan. Setelah data terkumpul kemudian

dilakukan pengolahan data melalui tahapan editing,coding,scoring,tabulating,entry

data

1. Editing

Berfungsi untuk meneliti kelengkapan data diantaranya kelengkapan identitas

responden, kelengkapan lembar observasi, yang dilakukan ditempat pengambilan

data sehingga bila terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi dengan segera.

2. Coding

Mengklasifikasikan data yang diperoleh dengan cara menandai masing-masing

hasil observasi dengan kode, kemudian dimasukkan ke dalam lembar tabel kerja

guna mempermudah membacanya dan pengolahan data.

3. Scoring (Penilaian)

Pemberian scoring pada penelitian ini adalah sikap remaja, pemberian skor

berdasarkan lembar kuisioner adalah sebagai berikut :


Scoring yang diberikan pada penelitian ini ada 2 yaitu pertanyan positif; selalu

diberi skor 4, sering diberi skor 3, kadang - kadang diberi skor 2, tidak pernah diberi

skor 1; dan pertanyan negatif; selalu diberi skor 1, seringdiberi skor 2, kadang -

kadang diberi skor 3 dan tidak pernah diberi skor 4. Hasil skor kemudian

dijumlahkan dan dikelompokkan sesuai kriteria. Menentukan kriteria skor :

Nmax = Jumlah soal x Smax

= 15 x 4

= 60

Nmin = Jumlah soal x Smin

` = 15 x 1

= 15

Nmax −Nmin
Interval Kriteria =
∑ kelas

60−15
=
3

= 45 / 3

= 15

Keterangan:

Nmax = Nilai maksimal

Nmin = Nilai minimal

Smax = Skor maksimal

Smin = Skor minimal

∑kelas = Jumlah kelas kriteria

Maka jumlah Nilai yang didapat dikategorikan menjadi 3 yaitu :


Baik = 46 - 60

Cukup = 31 - 45

Kurang = 15 – 30

4. Tabulating

Tabulating merupakan proses mengklarifikasi data menurut kriteria tertentu

sehingga frekuensi dari masing – masing item.

5. Entry Data

Tahap terakhir dalam penelitian ini yaitu pemprosesan data, yang dilakukan oleh

peneliti adalah memasukkan data dari lembar observasi ke dalam paket program

komputer.

3.6.2 Analisa Data

Analisa data merupakan bagian penting untuk mencapai tujuan pokok

penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang mengungkap

fenomena. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analiis univariat. Analisis

univariat bertujuan untuk menghasilkan distribusi dan prosentase dari tiap variabel

(Nursalam, 2013).

3.6.3 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada bulan maret 2021 di

kec.Dampit kab.Malang.

3.7 Etika Penelitian


Peneliti menggunakan berbagai pertimbangan etik dalam proses penelitian.

Pertimbangan etik digunakan untuk melindungi responden dari berbagai masalah

etik yang mungkin muncul selama penelitian berlangsung. Pertimbangan etik yang

digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada pedoman etika penelitian yang

dikemukakan oleh Arikunto (2010) yaitu:

3.7.1. Prinsip Self Determination

Prinsip self determination memberikan kebebasan kepada responden untuk

berhak membuat keputusan atas dirinya sendiri, dilakukan dengan secara sadar

dan dipahami dengan baik, bebas dari paksaan untuk berpartisipasi atau tidak

dalam penelitian ini dan untuk berhenti dari penelitian ini. Dalam prinsip ini, hak

sepenuhnya diberikan kepada responden. Peneliti akan memberikan penjelasan

tentang tujuan, manfaat dan proses penelitian kepada responden. Penjelasan akan

dikemukakan secara verbal dalam bentuk tertulis sehingga dapat dipahami dengan

jelas, kemudian apabila responden menyetujui, maka sebagai bentuk persetujuan,

responden diminta menandatangani informed consent yang telah disediakan oleh

peneliti.

3.7.2. Prinsip privacy dan dignity

Prinsip privacy dan dignity yaitu memberikan keleluasaan kepada

responden untuk dihargai terhadap apa yang telah dilakukan dan apa yang

dilakukan kepada responden, untuk mengontrol apa dan bagaimana informasi

tentang responden diketahui orang lain. Peneliti akan melakukan prinsip privacy

dan dignity dengan mematuhi keputusan yang telah disepakati antara peneliti

dengan responden. Peneliti akan memenuhi prinsip ini dengan melakukan


pengambilan data pada waktu yang disetujui responden. Peneliti hanya akan

menunjukkan hasil pengambilan data kepada pembimbing akademik sebagai

proses penyusunan laporan.

3.7.3 Prinsip anonymity

Prinsip anonymity yaitu memberikan kerahasiaan dalam menyertakan nama

responden. Peneliti akan melakukan prinsip ini dengan tidak mencantumkan nama

partisipan tetapi dengan mencantumkan kode dan tidak akan mencantumkan

alamat responden pada hasil pengambilan data.

3.7.4 Prinsip confidentiality

Confidentiality yaitu prinsip memberikan jaminan kerahasiaan data atau

informasi yang telah disampaikan oleh partisipan dan hanya menggunakannya

untuk kepentingan penelitian. Prinsip tersebut diwujudkan dengan memberikan

penjelasan bahwa peneliti akan menjamin kerahasiaan data responden dan

meyakinkan bahwa lembar observasi akan didokumentasikan sendiri oleh peneliti.

3.7.5 Prinsip protection from discomfort

Protection from discomfort yaitu melindungi responden atas ketidak

nyamanan saat dilakukan penelitian. Prinsip-prinsip etik yang telah dijelaskan

merupakan hak-hak responden dalam penelitian dan akan dituangkan ke dalam

bentuk pernyataan persetujuan (informed consent).


SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Gambaran Sikap Remaja Putri Dalam Menghadapi Dismenore Di Pondok

Pesantren Al Izzah Kota Batu

Saya adalah mahasiswa Prodi Keperawatan Institut Teknologi Sains dan

Kesehatan RS dr. Soperaoen Malang, mengharap partisipasi rekan – rekan dalam

penelitian saya yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja

Putri Dalam Menghadapi Dismenore Di Pondok Pesantren Al Izzah Kota Batu”

Kami mengharapkan tangapan dan jawaban yang diberikan sesuai dengan hal-hal

atau pengalaman yang dilalui rekan – rekan tanpa dipengaruhi oleh orang lain,

kami menjamin kerahasiaan jawaban dan identitas rekan - rekan atas informasi

yang telah rekan - rekan berikan hanya akan dipergunakan untuk ilmu

keperawatan.

Tanda tangan dibawah ini, menunjukan rekan - rekan telah diberi informasi dan

memutuskan untuk berpartisiapasi dalam penelitian ini.

Tanggal :
Tanda Tangan:
KISI KISI KUISIONER PENELITIAN
GAMBARAN KEPATUHAN SANTRI DALAM MEMATUHI PROTOKOL
KESEHATAN PADA ERA PANDEMI COVID-19

No Indikator Positif Negatif


1 Menerima keadaan tersebut 1
sebagai suatu suatu hal yang
fisiologis
2 Meningkatkan kegiatan dan gairah 3 2
diluar rumah
3 Berobat ketenaga kesehatan 4
terdekat dan fisioterapi
4 Cemas berlebihan 6 5
5 Tidak dapat melakukan aktivitas 7
6 Tidak mampu menahan rasa sakit 8
7 Merasa terganggu 9
8 Menolak sesuatu yang masuk 11,12 10
dalam tubuh
9 Takut 14 13
10 Tidak berkonsentrasi 15

KUISIONER PENELITIAN

A. Instrumen Sikap pencegahan covid


Identitas Responden
Nama :
Umur :
Kelas :
No. Absen :
Petunjuk Pengisian :
1. Keterangan jawaban :

SS : Sangat setuju
S : Setuju
STS : Sangat tidak setuju
TS : Tidak setuju

2. Berilah tanda centang (√) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan
dan kenyataan saudara yang sebenarnya.

No Pertanyaan SS S T STS
S
1 Saya menerima bahwa nyeri haid
merupakan hal yang dialami setiap
wanita
2 Saat terjadi nyeri haid saya lebih
memilih untuk bermalas-malasan
3 Saya melakukan olahraga ringan secara
teratur
4 Ketika nyeri haid saya berobat ke
pelayanan kesehatan terdekat (UKS,
Bidan desa atau Puskesmas
5 Saya khawatir nyeri haid bisa
mengganggu aktivitas sehari hari
6 Saat nyeri haid saya menjalani aktivitas
sehari hari tanpa rasa khawatir
7 Saat nyeri haid saya tidak dapat
melakukan aktifitas seperti bermain dan
berolahraga
8 Saat nyeri haid saya tidak mampu
menahan rasa sakit
9 Saat nyeri haid saya merasa terganggu
dengan rasa nyeri yang saya rasakan
10 Saat nyeri haid saya tidak mau makan
11 Saya minum suplemen yang
mengandung zat besi tinggi agar
terhindar dari anemia
12 Saya mengkonsumsi obat saat nyeri
haid datang
13 Saya merasa takut ketika nyeri haid
datang
14 Saya merasa bahwa nyeri haid termasuk
hal yang tidak berbahaya
15 Saya tidak berkonsentrasi dalam
pelajaran ketika mengalami dismenore

Anda mungkin juga menyukai