A. Pendahuluan
Penyakit tropis atau yang terabaikan atau Neglected Tropical Diseases (NTDS)
merupakan salah satu bentuk ancaman bagi orang banyak diseluruh dunia. Penyakit
kusta merupakan salah satu dari 17 penyakit tropis yang terabaikan dan angka
kejadiannya masih tetap tinggi (Putra, 2013). Kusta atau disebut juga Morbus Hansen
(MH) merupakan infeksi kronik pada kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae.
Prediksi awal penyakit ini adalah saraf perifer dan kulit, selanjutnya dapat mengenai
mukosa saluran pernafasan dan organ-organ lain, tetapi tidak mengenai saraf pusat
(Menaldi, 2015).Kusta adalah infeksi kronis pada kulit dan saraf tepi yang disebabkan
dalam satu wilayah dan satu waktu sedangkan angka cacat tingkat II menggambarkan
perubahan dalam penemuan kasus baru kusta. Pembagian kasus baru atau NCDR
dikelompokkan dalam 2 tipe yaitu tipe Pusibasillary (PB) dan Multibacillary (MB)
(Kemenkes RI, 2013). Tipe PB yang disebut juga luka tipe kering memiliki karakteristik
seperti kelainan kulit berupa bercak (makula) yang terlihat kering dan kasar berukuran
kecil dan besar, hilangnya sensasi dan kemampuan berkeringat pada area bercak serta
terjadi kerontokan bulu pada area tersebut, penebalan saraf tepi dan kecacatan terjadi
pada stadium dini, uji tes BTA yang dilakukan menunjukan hasil negative.
Penderita kusta mengalami cacat tubuh, kulit, kaki, tangan, dan jari-jari karena
2
hilangnya pelindung sensasi nyeri (Roosta, Black, 2013). Penyakit kusta merupakan
salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks.
Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah
Disamping besarnya masalah di bidang medis juga masalah sosial, ekonomi, budaya,
keamanan dan ketahanan nasional yang ditimbulkan penyakit ini memerlukan perhatian
penderita secara dini dan memberikan pengobatan secara teratur sehingga penularan dan
cacat akibat kusta dapat diturunkan, serta memberikan penyuluhan tentang kusta kepada
masyarakat.
Target tersebut secara Nasional sudah tercapai namun demikian berdasarkan data yang
dilaporkan jumlah penderita baru sampai saat ini tidak menunjukkan adanya penurunan
yang bermakna. Salah satu unsur yang dapat menunjang percepatan pencapaian target
tingkatan terutama petugas Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan pada penderita
kusta di lapangan.
Tahun 2020 hasil pencapaian kegiatan program P2 Kusta Provinsi NTB sebagai berikut :
Prevalensi Rate 0,48 per 10.000 penduduk, Case Detection Rate (CFR) 4,86 per 100.000
penduduk, proporsi kusta baru tanpa cacat 89 % atau terdapat 222 kasus, proporsi cacat
tingkat II 4 %, proporsi kasus anak 4,8 % sebesar 12 kasus, proporsi type Multi Baciler
(MB) 88 % dan Release From Treatment (RFT) Rate sebesar 88,2 %. Walaupun secara
Provinsi, NTB telah mencapai target eliminasi (Prevalensi Rate <1/10.000 penduduk),
namun masih ada 3 Kabupaten/Kota endemis yang masih belum eliminasi kusta
(Prevalensi Rate >1/10.000 penduduk) yaitu Kabupaten Bima, Kota Bima, dan
Kabupaten Dompu. Untuk itu kegiatan penemuan kasus secara aktif harus ditingkatkan
B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Deteksi penyakit kusta secara dini akan membantu menurunkan angka kecacatan
C. Rincian Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan oleh petugas Kusta.
D. Sasaran Kegiatan
Kegiatan dilakukan di rumah pasien dan di Puskesmas Unter Iwes
E. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan pada bulan Juni 2023.
F. Hasil Kegiatan
Dari hasil kegiatan Penemuan Kasus Aktif Kusta Penyakit Tropis di Masyarakat
di dapatkan hasil masyarakat menganggap penyakit kusta merupakan penyakit kutukan
yang harus dijauhi sehingga apabila ada masyarakat yang menderita kusta akan
dikucilkan oleh masyarakat setempat.
H. Penutup
Demikian Kerangka Acuan Penemuan Kasus Aktif Kusta Penyakit Tropis di Masyarakat
ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
4