DAN PENANGGULANGAN
PENYAKIT KUSTA
Oleh Kelompok :
Alfina Lee Yan Mendrofa 171000088
Winna Alvina 171000151
Age Pratiwi Sanni 171000230
LATAR BELAKANG
Secara global jumlah kasus baru kusta pada tahun 2015 adalah sekitar 210.758. Dari
jumlah tersebut paling banyak terdapat diregional Asia Tenggara (156.118) diikuti
regional Amerika (28.806) dan Afrika (20.004), dan sisanya berada diregional lain.
Pada tahun 2000 Indonesia telah mencapai status eliminasi kusta, yaitu prevalensi kusta
<1 per 10.000 penduduk (< 10 per 100.000 penduduk).
Angka prevalensi kusta di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 0,70 kasus per 10.000
penduduk dan angka penemuan kasus baru sebesar 6,08 kasus per 100.000 penduduk.
Selain itu, ada beberapa provinsi yang prevalensinya masih diatas 1 per 10.000 penduduk.
Angka prevalensi ini belum bisa dinyatakan bebas kusta dan terjadi di provinsi di Indonesia.
Pada tahun 2015 sampai 2016 sebanyak 11 provinsi (32,35%) termasuk dalam beban kusta
tinggi . sedangkan 23 provinsi lainnya (67,65%) termasuk dalam beban kusta rendah. Hampir
seluruh provinsi dibagian timur Indonesia merupakan daerah dengan beban kusta tinggi.
Selama periode 2015-2016 Jawa Timur merupakan satu-satunya daerah di Indonesia dengan
angka beban kusta tinggi. Kemudian pada tahun 2017 Jawa Timur mengalami penurunan
menjadi kategori angka beban kusta rendah sehingga hanya 10 provinsi yang termasuk
kategori beban kusta tinggi.
10 provinsi pada tahun 2017 yang belum mencapai eliminasi, yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi
Sealatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorrontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku
Utara, Papua, dan Papua Barat.
TINJAUAN PUSTAKA
Kusta adalah penyakit bakteri kronis pada manusia yang disebabkan oleh
Mycobacterium leprae yang menyerang kulit, saraf perifer dan mukosa
kulit. Kusta apabila tidak didiagnosis dan tidak diobati secara dini dapat
mnyebabkan cacat pada mata, tangan dan kaki.
3. Adanya basil tahan asam (BTA) di dalam kerokan jaringan kulit (slit skin
smear)
PENCEGAHAN
Pemberian Kemoprofilaksis Kusta
Kemoprofilaksis Kusta dilakukan pada penduduk yang memenuhi kriteria dan persyaratan sebagai
berikut:
1) Penduduk yang menetap paling singkat 3 (tiga) bulan pada daerah yang memiliki Penderita
Kusta;
2) Berusia lebih dari 2 (dua) tahun;
3) Tidak dalam terapi rifampisin dalam kurun 2 (dua) tahun terakhir;
4) Tidak sedang dirawat di rumah sakit;
5) Tidak memiliki kelainan fungsi ginjal dan hati;
6) Bukan suspek tuberkulosis;
7) Bukan suspek Kusta atau terdiagnosis Kusta;
8) Bukan lanjut usia dengan gangguan kognitif.
MDT adalah kombinasi dua atau lebih obat anti Kusta, salah satunya
Rifampisin sebagai anti Kusta yang bersifat bakterisidal kuat
sedangkan obat anti Kusta lain bersifat bakteriostatik.
Tata cara minum MDT adalah dosis hari pertama pada setiap blister
MDT diminum di depan petugas saat Penderita Kusta datang atau
bertemu Penderita Kusta, selanjutnya diminum di rumah dengan
pengawasan keluarga.
STRATEGI DAN INVESTIGASI PENYAKIT
KUSTA
Berdasarkan Permenkes No.11 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Kusta,
Pemerintah Pusat menetapkan target Eliminasi Kusta pada tahun 2024.
Penanggulangan Kusta bertujuan untuk mencapai Eliminasi Kusta tingkat
provinsi pada tahun 2019 dan tingkat kabupaten/kota pada tahun 2024.
Indikator pencapaian target Eliminasi Kusta berupa angka prevalensi
<1/10.000 penduduk. Dalam mencapai target Eliminasi Kusta, Pemerintah
Pusat menetapkan strategi, yaitu :