Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KONTROL VARIASI NORMAL

ORAL MEDICINE
MORSICATIO BUCCARUM

Disusun oleh :
Nama : Dewi Yunita Sari
NIM : J3A020038

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH KONTROL VARIASI NORMAL
ORAL MEDICINE MORSICATIO BUCCARUM

Disusun oleh :
Nama : Dewi Yunita Sari
NIM : J3A020038

Semarang, 01 Februari 2021

Disetujui Oleh
Preseptor

drg. Ratna Sulistyorini, M.Si.Med


NIK 28.6.1026.185
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Lesi oral yang terkait dengan trauma relatif umum ditemukan dalam
praktek dokter gigi. Berbagai gangguan mukosa mulut yang disebabkan oleh
trauma akut dan kronis dapat bermanifestasi dalam mukosa mulut sebagai
ulkus akut atau kronis, lesi putih atau lesi merah, mucositis, dan reaktif
hiperplasia atau bahkan penonjolan tulang (Mersil, 2019). Salah satu contoh
lesi oral yang terkait dengan trauma adalah morsicatio.
Morsicatio merupakan sebuah kondisi kronik akibat iritasi secara fisik,
misalnya kebiasaan menggigit pada lidah (Morsicatio lingualis), mukosa bukal
(Morsicatio buccarum) ataupun mukosa labial (Morsicatio labiorum) secara
terus-menerus (Kang, 2012). Morsicatio Buccarum biasanya terlihat di bagian
anterior mukosa bukal dan jarang pada mukosa labial. Lesi dapat unilateral atau
bilateral dan dapat terjadi disegala usia. Area mukosa putih menunjukkan
permukaan tidak beraturan, dan pasien dapat mengeluarkan atau mengangkat
sisa-sisa daerah putih dari area yang terlibat. Mukosa yang berubah biasanya
terletak di bagian tengah mukosa bukal anterior sepanjang bidang oklusal
(Mersil., 2019).
Mengunyah atau menggigit merupakan kebiasaan yang umumnya
dilakukan oleh penderitanya dan sering kali dilakukan pada saat gelisah. Pada
awalnya akan membentuk plak putih dan akibat bertambahnya trauma akan
menimbulkan respons hiperplastik yang memperbesar ukuran plak. Kadang-
kadang terlihat pola garis atau menyebar, dengan daerah tebal dantipis tampak
berdampingan. Cedera yang menetap akan menimbulkan eritema dan
ulserasitraumatic yang bersebelahan.Tidak ada laporan predileksi jenis
kelamin atau ras (Langlais, 2009).
Prevalensi terjadinya morsicatio dilaporkan sekitar 0,5-1,12% di
populasi dengan perbandingan penderita pria dan wanita sebesar 1 : 3. Kondisi
ini biasanya terjadi pada usia lebih dari 35 tahun, penderita yang memiliki
tingkat stres tinggi atau penyakit mental (Mortazavi, 2019). Dalam melakukan
diagnosis morsicatio diperlukan kepastian visual dan verbal dari kebiasaan
melampiaskan ketegangan. Meskipun morsicatio buccarum tidak mempunyai
potensi keganasan, pasien-pasien harus diingatkan terhadap perubahan mukosa
tersebut (Langlais, 2009). Selain itu pada kasus yang meragukan
direkomendasikan untuk melakukan biopsy (Mortazavi, 2019).

B. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Nn. R.A
2. Umur : 21 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswi
6. Alamat : Pedurungan
7. Diagnosa Medis : Morsicatio Buccarum
8. No Rekam Medis :-

C. DESKRIPSI KASUS

1. Pemeriksaan Subjektif

a. Keluhan

Pasien datang dengan keluhan pipi bagian dalam bergerenjal apabila


dirasakan dengan lidah dan ketika bercermin terlihat tidak rata dan
berwarna keputihan, yang sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu.
Bentuk tidak rata pada pipi tersebut terletak pada sisi kanan dan kiri serta
tidak terasa sakit . Pasien memiliki kebiasaan menggigit pipi dengan
intensitas sering dan meningkat ketika dalam kondisi banyak pikiran..
Pasien belum pernah memeriksakan keluhan tersebut sebelum dan belum
pernah meminum obat-obatan untuk menghilangkan keluhan tersebut.
Pasien memiliki kebiasaan menggigit pipi.
b. Riwayat medis

Pasien suspek tidak memiliki riwayat penyakit sistemik, tidak


pernah dirawat di Rumah Sakit dan tidak sedang mengkonsumsi obat
rutin. Pasien tidak memiliki alergi makanan, minuman, dan cuaca serta
obat-obatan.
c. Riwayat gigi geligi terdahulu

Pasien pernah datang ke dokter gigi untuk melakukan perawatan


pembersihan karang gigi 6 bulan yang lalu.
d. Riwayat keluarga

Ayah, ibu, dan kakak pasien memiliki ukuran rahang yang normal
dengan susunan gigi yang tidak rapi dan tidak mempunyai suspek
penyakit sistemik.
e. Riwayat sosial

Pasien merupakan seorang mahasiswa, tinggal dilingkungan


yang bersih, belum menikah, jarang berolahraga, tidak mengkonsumsi
narkoba dan minuman beralkohol, sering mengkonsumsi teh, serta
jarang mengkonsumsi buah dan sayur. Air minum yang dikonsumsi
sehari-hari oleh pasien berasal dari air minum kemasan.

2. Pemeriksaan Objektif
Terdapat lesi berparut bilateral, berwarna putih tidak beraturan pada
mukosa bukal disekitar gigi caninus hingga sudut mulut dengan tepi lesi
putih serta patch berwarna merah pada mukosa bukal bilateral disekitar gigi
caninus hingga premolar 1 dan tidak terasa sakit. (pain scale : 0)
3. Assessment

Berdasarkan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif,


didapatkan bahwa :

Diagnosis : Morsicartio Buccarum

Differential diagnosis : Linea Alba

Prognosis : Ad Bonam

4. Planning
a. KIE
 Mengkomunikasikan dan menginformasikan tentang kondisi yang
dialami pasien merupakan suatu variasi normal yang beberapa
orang miliki, penyebab, dan perawatan yang dapat dilakukan

 Mengedukasi pasien untuk :


a) Menghentikan kebiasaan buruk menggigit pipi bagian
dalamnya
b) Menjaga oral hygine dengan gosok gigi minimal 2x sehari saat
setelah sarapan dan malam sebelum tidur
c) Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, vitamin
A, zink untuk mempercepat penyembuhan luka pada pipi
bagian dalamnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Morsicatio Buccarum
Morsicatio merupakan sebuah kondisi kronik akibat iritasi secara fisik
(Kang, 2012). Morsicatio berasal dari bahasa Latin ‘morsus’ yang artinya
menggigit(Mortazavi, 2019). Menggigit mukosa secara tidak sengaja adalah
kejadian umum yang biasa terjadi dan pada akhirnya menyebabkan perdarahan
mukosa dan ulserasi yang menyakitkan. Lesi seperti itu umumnya sembuh
dalam waktu beberapa hari tanpa komplikasi. Namun kebiasaan
menggigitmukosa oral yang kronis dapat menyebabkan bercak putih sementara
atau persisten.Gigitan kronis pada mukosa bukal sering mengarah untuk
menghasilkan benang longgar seperti serpihan keratin atau daerah deskuamatif
pada permukaan mukosa. Lesi seperti itu disebut sebagai morsicatio buccarum
ketika terjadi pada mukosa bukal dan morsicatio labiorum dan morsicatio
linguorum ketika terjadi pada mukosa labial dan batas lateral lidah (Anura,
2014).

B. Etiologi Morsicatio Buccarum


Penyebab terjadinya morsicatio buccarum yaitu psikogenik, yang
disebabkan oleh berbagai macam emosi.Biasanya kebiasaan menggigit pipi
mengacu pada lesi yang dangkal dan sering disebabkan oleh gerakan
menggosok, menghisap atau mengunyah berulang kali yang mengikis
permukaan area yang luas tanpa menghasilkan ulserasi diskrit (Mortazavi,
2019).
Kebiasaan menggigit pipi merupakan kebiasaan yang terjadi secara tidak
sadar. Untuk mencegah agar akibatnya tidak semakin memburuk, penderita
cukup menghentikan kebiasaan menggigit pipi tersebut (Kang, 2012) .

C. Gambaran Klinis Morsicatio Buccarum


Pada awalnya akan membentuk plak putih dan akibat bertambahnya
trauma akan menimbulkan respons hiperplastik yang memperbesar ukuran
plak. Kadang-kadang terlihat pola garis atau menyebar, dengan daerah tebal
dantipis tampak berdampingan. Cedera yang menetap akan menimbulkan
eritema dan ulserasitraumatic yang bersebelahan (Langlais, 2009).Lesi dapat
unilateral atau bilateral dan dapat terjadi disegala usia. Area mukosa putih
menunjukkan permukaan tidak beraturan, dan pasien dapat mengeluarkan atau
mengangkat sisa-sisa daerah putih dari area yang terlibat. Mukosa yang
berubah biasanya terletak di bagian tengah mukosa bukal anterior sepanjang
bidang oklusal (Mersil., 2019).Tidak ada laporan predileksi jenis kelamin atau
ras (Langlais, 2009).

Gambar : Gambaran Klinis Morsicatio Buccarum

D. Gambaran Histologis
Berdasarkan hasil biopsy didapatkan hasil bahwa terdapat
hiperparakeratosis yang luas dan sering menghasilkan permukaan yang sangat
kasar.Ciri yang didapatkan yaitu terdapat kolonisasi bakteri pada
permukaannya. Pada kasus morsicatio buccarum pola histologisnya memiliki
kemiripan seperti oral hairy leukoplakia (OHL), yaitu lesi yang paling sering
terjadi pada penderita yang terinfeksi human immunodeficiency (HIV) atau
stomatitis uremic(Anura, 2014)
.

Gambar : Gambaran Histologis

E. Treatment dan Prognosis


Tidak ada treatment yang dapat dilakukan untuk kasus morsicatio
buccarum (cheek biting). Perubahan pada mukosa tidak akan mengganggu
penderita dalam jangka panjang. Bagi pasien yang menginginkan untuk
dilakukan treatment, dapat dibuatkan peiranti akrilik yang berfungsi untuk
memisahkan gigi dengan mokosa yang berdekatan (Anura, 2014).

F. Diagnosis Banding
1. Linea Alba
Linea alba merupakan garis putih yang dapat ditemukan pada
intraoral yang tampak berupa gelombang putih menonjjol dengan
panjang bervariasi dan terletak mencolok pada garis oklusi di mukosa
bukal. Umumnya tidak bergejala dan mempunyai lebar 1-2 mm yang
meluas secara horizontal dari molar kedua hingga regio caninus mukosa
bukal, berakhir pada kalikulus angularis. Lesi ini paling sering
ditemukan bilateral dan tidak bisa dihilangkan dengan digosok. Lesi
berkembang sebagai respon terhadap aktivitas gesekan gigi-gigi yang
mengikibatkan epitel menjadi menebal (hiperkeratotik). Kondisi ini
sering dihubungkan dengan lidah krenasi dan dapat menjadi tanda dari
bruxism, clenching, atau trauma menghisap. Gambaran klinisnya sangat
mudah untuk didiagnosis dan tidak memerlukan perawatan.
Gambar : Linea Alba
BAB 3
PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan pipi bagian dalam bergerenjal apabila dirasakan
dengan lidah dan ketika bercermin terlihat tidak rata dan berwarna keputihan, yang
sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Bentuk tidak rata pada pipi tersebut terletak
pada sisi kanan dan kiri serta tidak terasa sakit pasien memiliki kebiasaan menggigit
pipi dengan intensitas sering dan meningkat ketika dalam kondisi banyak pikiran.
Pasien belum pernah melakukan perawatan untuk keluhan tersebut. Hal ini menurut
Mortazavi (2019) dikenal sebagai morsicatio. Morsicatio berasal dari bahasa Latin
‘morsus’ yang artinya menggigit. Langlais (2009) mengungkapkan bahwa
mengunyah atau menggigit merupakan kebiasaan yang umumnya dilakukan oleh
penderitanya dan sering kali dilakukan pada saat gelisah.
Berdasarkan pemeriksaan objektif yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
terdapat temuan lesi berparut bilateral, berwarna putih tidak beraturan pada mukosa
bukal disekitar gigi caninus hingga sudut mulut dengan tepi lesi putih serta patch
berwarna merah pada mukosa bukal bilateral disekitar gigi caninus hingga premolar
1. Langlais (2009) menyebutkan bahwa morsicatio buccarum biasanya terlihat di
bagian anterior mukosa bukal dan jarang pada mukosa labial. Lesi dapat unilateral
atau bilateral dan dapat terjadi disegala usia. Area mukosa putih menunjukkan
permukaan tidak beraturan, dan pasien dapat mengeluarkan atau mengangkat sisa-
sisa daerah putih dari area yang terlibat.Mukosa yang berubah biasanya terletak di
bagian tengah mukosa bukal anterior sepanjang bidang oklusal.
Penatalaksanaan yang dilakukan operator kepada pasien meliputi
Mengkomunikasikan dan menginformasikan tentang kondisi yang dialami pasien
merupakan suatu variasi normal yang beberapa orang miliki, penyebab, dan
perawatan yang dapat dilakukan. Mengedukasi pasien untuk menghentikan
kebiasaan buruk menggigit pipi bagian dalamnya, menjaga oral hygine dengan
gosok gigi minimal 2x sehari saat setelah sarapan dan malam sebelum tidur, dan
mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C, vitamin A, zink untuk
mempercepat penyembuhan luka pada pipi bagian dalamnya. Menurut Mahromi
(2019) penatalaksanaan gizi(penambahan asupan makanan ataupun obat-obatan)
untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Diet seimbang mengandung bahan
nutrisi yang dibutuhkan untuk perbaikan luka, yaitu asam amino, vitmin C, vitamin
A, vitamin B, zink, bahan mineral, dan air.
Pemberikan edukasi kepada pasien bahwa hal tersebut adalah hal yang wajar
dan tidak perlu untuk dikhawatirkan sehingga kondisi yang dialami pasien tidak
memerlukan perawatan. Hal tersebut dapat dihindari agar tidak bertambah parah
dengan cara berhati – hati ketika mengunyah makanan, pastikan pipi kanan dan kiri
pasien tidak tergigi ketika melakukan aktivitas tersebut. Selain itu edukasi untuk
selalu menjaga kebersihan rongga mulut seperti menyikat gigi secara teratur,
membersihkan bagian lidah dan selalu makan – makanan bergizi.Selain itu juga
diharapkan pasien untuk menghilangkan.Tidak lupa untuk selalu kontrol ke dokter
gigi setiap 6 bulan sekali.
Pada beberapa kasus morsicatio buccarum, diagnostic berdasarkan
pemeriksaan klinis tidak cukup sehingga memerlukan pemeriksaan
biopsy.Pemeriksaan biopsy diperlukan apabila pasien beresiko tinggi terinfeksi
HIV (Human Immunodeficiency Virus).Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menegakan diagnosis terkait HIV OHL (Oral Hairy Leukoplakia (Langlais, 2009).
BAB IV
PENUTUP

Morsicatio buccarum adalah istilah yang digunakan untuk menyebut


perubahan pada mukosa mulut yang disebabkan oleh menggigit pipi atau
mengunyah pipi. Pada awalnya akan muncul plak putih yang sedikit menonjol dan
tidak teratur dalam pola difus yang menutupi daerah trauma. Bertambahnya cedera
akan menimbulkan respon hiperplastik yang memperbesar ukuran plak.
Penyebab etrjadinya morsicatio buccarum yaitu psikogenik, yang disebabkan
oleh berbagai macam emosi.Biasanya kebiasaan menggigit pipi mengacu pada lesi
yang dangkal dan sering disebabkan oleh gerakan menggosok, menghisap atau
mengunyah berulang kali yang mengikis permukaan area yang luas tanpa
menghasilkan ulserasi diskrit.
Gambaran klinis dari morsicatio buccarum yaitu ditemukannya pola linear
atau striae yang terdiri atas daerah yang menebal, kasar, tebal, zona eritema yang
berada diantaranya, erosi atau ulserasi traumatik. Cedera yang persisten
menyebabkan pembesaran plak dengan zona eritema dan ulserasi traumatic yang
tidak teratur. Lesi dapat dapat terlihat unilateral atau bilateral serta dapat timbul
pada semua usia. Tidak ada treatment yang dapat dilakukan untuk kasus morsicatio
buccarum (cheek biting). Perubahan pada mukosa tidak akan mengganggu
penderita dalam jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA

Anura, Ariyawardana. 2014. Traumatic Oral Mucosa Lesions : A Mini Review and
Clinical Update. Australia: School of Medicine and Dentistry, James Cook
University.
Kang, Ho Song.et al. 2012. Three Cases of ‘Morsicatio Labiorum’.Ann Dermatol
Vol. 24, No. 4, 2012
Langlais R P, Miller C S, Nield Gehrig J S. 2013, Atlas Berwarna Lesi Mulut yang
Sering Ditemukan Edisi 4. Jakarta: EGC.
Mahromi, Wilda G dan Erni G. 2019. Hubungan Tingkat Konsumsi Suplemen Zink
Dengan Penyembuhan Luka Perineum Pada Postpartum Di Rskia Pku
Muhammadiyah Kotagede – Yogyakarta. Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Ahmad Dalan.
Mersil, Sarah dan Laras HS. 2019. Frictional Keratosis “Mimicking” Leukoplakia
Jurnal Ilmiah Dan Teknologi Kedokteran Gigi Fkg Updm (B) Issn 1693-3079
Eissn 2621-8356.
Mortazavi, H. et al. 2019. Oral White Lesions: An Updated Clinical Diagnostic
Decision Tree. Dent. J. 2019, 7, 15; doi:10.3390/dj7010015.

Anda mungkin juga menyukai