Anda di halaman 1dari 21

PEDOMAN

PROGRAM PENGENDALIAN
PENYAKIT KUSTA

UPTD PUSKESMAS KEDUNGJATI


DINAS KESEHATAN
KABUPATEN GROBOGOAN
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN
PEDOMAN
PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT KUSTA
UPTD PUSKESMAS KEDUNGJATI

Kedungjati 2 Januari 2020


Mengetahui,
Kepala UPTD Puskesmas Kedungjati Penanggung jawab Penyakit Kusta

S U G I T O. S.Kep. Ns Hidayatul Musabakoh, AMK.


NIP. 19650514 199103 1 007
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan hidayahNya, sehingga penyusunan Pedoman Program Pengendalian
Penyakit Kusta dapat diselesaikan dengan baik.
Upaya pengendalian penyakit kusta perlu terus ditingkatkan untuk mencapai
tingkat population imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga dapat
memutuskan rantai penularan penyakit kusta. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan tehnologi, upaya pengendalian penyakit kusta dapat semakin efektif dan efisien
dengan harapan dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan
keluarga serta masyarakat lainnya.
Pedoman Program Pengendalian Penyakit Kusta ini merupakan acuan bagi
petugas kesehatan di UPTD Puskesmas Kedungjati dalam melaksanakan
pengendalian penyakit kusta di wilayah kerja Puskesmas.
Kami menyadari bahwa pedoman pelayanan Unit Pengobatan Umum ini
belum sempurna dan masih banyak kekurangan, untuk itu masukan dan saran
sangat kami harapkan untuk kesempurnaannya di masa yang akan datang.
Harapan kami semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi para petugas
kesehatan dalam melaksanakan pelayanan pengendalian penyakit kusta di UPTD
Puskesmas Kedungjati
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian internal dan terpenting dari
pembangunan nasional, tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan
adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan
mutu dan daya saing sumberdaya manusia Indonesia.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional di selenggarakan
berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu.
Puskesmas sebagai organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat. Melalui program dan kegiatannya, puskesmas berperan serta
mewujudkan keberhasilan pembangunan kesehatan Indonesia, khususnya di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Puskesmas yang merupakan garda terdepan Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya
di wilayah kerjanya.
UKM adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan . UKM mencakup upaya
promosi kesehatan perorangan, mencegah penyakit, pengobatan rawat jalan,
pengobatan rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan
terhadap perorangan. Dalam UKM juga dilengkapi dengan upaya kesehatan yang
menunjang. Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan primer perlu disusun Pedoman Pengendalian Penyakit
Kusta di UPTD Puskesmas Kedungjati.

B. Tujuan Pedoman
Pedoman program pengendalian penyakit kusta ini disusun dengan maksud
digunakan sebagai acuan bagi pengelola program pengendalian penyakit kusta di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Kedungjati, sehingga dapat meningkatkan
cakupan pengendalian penyakit kusta secara optimal serta dapat meningkatkan
jangkauan serta mutu pelayanan penyakit kusta di UPTD Puskesmas Kedunghjati
secara efektif dan efisien sehingga dapat menurunkan angka kesakitan,,
kecacatan dan kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan penemuan
dini dan diberikan pengobatan Penyakit Kusta (MDT).

C. Sasaran Pedoman
Sasaran pedoman program pengendalian penyakit kusta adalah lintas sektor
dan lintas program yang ada di UPTD Puskesmas Kedungjati sesuai dengan
kewenangannya.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pedoman Program Pengendalian Penyakit Kusta yang
dimaksud meliputi pelayanan pengendalian penyakit kusta yaitu :
1. Penemuan penderita secara aktip dan pasif.
2. Pengawasan pengobatan,POD dan perawatan diri.
3. Melacak kasus mangkir.
4. Pelatihan santri di pondok pesantren.
5. Supervisi dan bimbingan tehnis.
6. Pertemuan tehnis progam kusta.
7. Pembinaan mantan dan penderita kusta.
8. Pengelolaan obat dan logistik.
9. Pencatatan dan pelaporan.

E. Definisi Operasional
1. Definisi Kusta
Kusta adalah penyakit menular, menahun disebabkan oleh Mycobacterium
Kustae yang bersifat intraseluler obligat. Penularan kemungkinan terjadi
melalui saluran pernapasan atas dan kontak kulit pasien lebih dari 1 bulan
terus menerus. Masa inkubasi rata-rata 2,5 tahun, namun dapat juga
bertahun-tahun.
2. Anamnesa
Hasil Anamnesis (Subjective) : Keluhan Bercak kulit berwarna merah atau
putih berbentuk plakat, terutama di wajah dan telinga. Bercak kurang/mati
rasa, tidak gatal. Lepuh pada kulit tidak dirasakan nyeri. Kelainan kulit tidak
sembuh dengan pengobatan rutin, terutama bila terdapat keterlibatan saraf
tepi. Faktor Risiko :
a. Sosial ekonomi rendah.
b. Kontak lama dengan pasien, seperti anggota keluarga yang didiagnosis
dengan kusta.
c. Imunokompromais
d. Tinggal di daerah endemik kusta
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective).
Pemeriksaan Fisik Tanda Patognomonis
a. Tanda-tanda pada kulit
Perhatikan setiap bercak, bintil (nodul), bercak berbentuk plakat dengan
kulit mengkilat atau kering bersisik. Kulit tidak berkeringat dan berambut.
Terdapat baal pada lesi kulit, hilang sensasi nyeri dan suhu, vitiligo. Pada
kulit dapat pula ditemukan nodul.
b. Tanda-tanda pada saraf
Penebalan nervus perifer, nyeri tekan dan atau spontan pada saraf,
kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota gerak, kelemahan
anggota gerak dan atau wajah, adanya deformitas, ulkus yang sulit
sembuh.Ekstremitas dapat terjadi mutilasi.
3. Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis Diagnosis ditegakkan apabila terdapat satu dari tanda-tanda
utama atau cardinal (cardinal signs), yaitu:
Tanda utama Kusta tipe PB dan MB PB MB
Bercak Kusta Jumlah 1-5 Jumlah > 5
Penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi
Hanya 1 Lebih dari 1
(mati rasa dan atau kelemahan otot, di daerah
saraf saraf
yang dipersarafi saraf yang bersangkutan)
Kerokan jaringan kulit BTA negatif BTA positif
1. Kelainan (lesi) kulit yang mati rasa

2. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf

3. Adanya basil tahan asam (BTA) dalam kerokan jaringan kulit (slit skin smear)
Sebagian besar pasien Kusta didiagnosis berdasarkan pemeriksaan klinis.
Klasifikasi Kusta terdiri dari 2 tipe, yaitu Pausibasilar (PB) dan Multibasilar
(MB).

Diagnosis Banding

a. Bercak eritema

1. Psoriasis

2. Tinea circinata

3. Dermatitis seboroik

b. Bercak putih

1. Vitiligo

2. Pitiriasis versikolor

3. Pitiriasis alba

c. Nodul

1. Neurofibromatosis

2. Sarkoma Kaposi

3. Veruka vulgaris

Faktor pencetus reaksi tipe 1 dan tipe 2


Reaksi Tipe 1 Reaksi Tipe 2
Pasien dengan bercak multiple dan Obat MDT, kecuali lampren
diseminata, mengenai area tubuh yang
luas sertaketerlibatan saraf multipel
Bercak luas pada wajah dan lesi dekat BI >4+
mata, berisiko terjadinya lagoftalmos
karena reaksi
Saat puerpurium (karena peningkatan Kehamilan awal (karena stress mental),
CMI). Paling tinggi 6 bulan pertama trisemester ke-3, dan puerpurium
setelah melahirkan/ masa menyusui (karena stress fisik), setiap masa
kehamilan (karena infeksi penyerta
Infeksi penyerta: Hepatitis B dan C Infeksi penyerta: streptokokus, virus,
cacing, filarial, malaria
Neuritis atau riwayat nyeri saraf Stress fisik dan mental
Lain-lain seperti trauma, operasi, imunisasi protektif, tes Mantoux positif kuat, minum
kalium hidroksida.
4. Penatalaksanaan
a. Pasien diberikan informasi mengenai kondisi pasien saat ini, serta
mengenai pengobatan serta pentingnya kepatuhan untuk eliminasi
penyakit.
b. Hygiene diri dan pola makan yang baik perlu dilakukan.
c. Pasien dimotivasi untuk memulai terapi hingga selesai terapi dilaksanakan.
d. Terapi menggunakan Multi Drug Therapy (MDT) pada:
e. Pasien yang baru didiagnosis kusta dan belum pernah mendapat MDT.
f. Pasien ulangan, yaitu pasien yang mengalami hal-hal di bawah ini:
1) Relaps
2) Masuk kembali setelah default (dapat PB maupun MB)
3) Pindahan (pindah masuk)
4) Ganti klasifikasi/tipe
g. Terapi pada pasien PB:
1) Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat diminum di
depan petugas) terdiri dari: 2 kapsul rifampisin @ 300mg (600mg) dan
1 tablet dapson/DDS 100 mg.
2) Pengobatan harian: hari ke 2-28 setiap bulannya: 1 tablet dapson/DDS
100 mg. 1 blister obat untuk 1 bulan.
3) Pasien minum obat selama 6-9 bulan (± 6 blister).
4) Pada anak 10-15 tahun, dosis rifampisin 450 mg, dan DDS 50 mg.
h. Terapi pada Pasien MB:
1) Pengobatan bulanan: hari pertama setiap bulannya (obat diminum di
depan petugas) terdiri dari: 2 kapsul rifampisin @ 300mg (600mg), 3
tablet lampren (klofazimin) @ 100mg (300mg) dan 1 tablet
dapson/DDS 100 mg.
2) Pengobatan harian: hari ke 2-28 setiap bulannya: 1 tablet lampren 50
mg dan 1 tablet dapson/DDS 100 mg. 1 blister obat untuk 1 bulan.
3) Pasien minum obat selama 12-18 bulan (± 12 blister).
4) Pada anak 10-15 tahun, dosis rifampisin 450 mg, lampren 150 mg dan
DDS 50 mg untuk dosis bulanannya, sedangkan dosis harian untuk
lampren 50 mg diselang 1 hari.
i. Dosis MDT pada anak <10 tahun dapat disesuaikan dengan berat badan:
1) Rifampisin: 10-15 mg/kgBB
2) Dapson: 1-2 mg/kgBB
3) Lampren: 1 mg/kgBB
4) Obat penunjang (vitamin/roboransia) dapat diberikan vitamin B1, B6,
dan B12.
5) Tablet MDT dapat diberikan pada pasien hamil dan menyusui. Bila
pasien juga mengalami tuberkulosis, terapi rifampisin disesuaikan
dengan tuberkulosis.
6) Untuk pasien yang alergi dapson, dapat diganti dengan lampren, untuk
MB dengan alergi, terapinya hanya 2 macam obat (dikurangi DDS).
5. Pencatatan dan Pelaporan
a. Petugas mengisi Kartu Penderita ( lampiran 1 )
b. Petugas mengisi register/ monitoring penderita PB/ MB (lampiran 2)
c. Petugas mengisi formulir pencatatan pencegahan cacat (lampiran 3)
d. Petugas mengisi formulir evaluasi pengobatan reaksi ( lampiran 4 ) jika ada
penderita reaksi
e. Petugas membuat surat/ bon untuk meminta obat/ MDT ke DKK
f. Petugas membuat laporan kusta setiap bulan ke DKK

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Perencanaan SDM Kesehatan merupakan salah satu unsur utama yang
menekankan pentingnya upaya penetapan jenis, jumlah dan kualifikasi SDM
sesuai dengan pembangunan kesehatan. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 81/MENKES/SK/I/2004 tentang Pedoman
Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota
serta Rumah Sakit, maka pola ketenagaan minimal untuk penyelenggaraan
manajemen Puskesmas Rawat Jalan sesuai standar minimal ketenagaan di
Puskesmas.
Tenaga pengelola program pengendalian penyakit kusta harus memenuhi
kualifikasi tertentu yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan. Sedangkan
dalam hal pengendalian penyakit kusta dilaksanakan oleh dokter, perawat. Dokter
di puskesmas dapat mendelegasikan kewenangan pengendalian penyakit kusta
kepada bidan dan perawat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
untuk melaksanakan imunisasi wajib sesuai program Pemerintah.
Sumber daya manusia adalah pilar terpenting bagi UPTD Puskesmas
Kedungjati karena semua aktifitas dan layanan bagi masyarakat sangat
dittentukan oleh kualitas sumber daya manusia di UPTD Puskesmas Kedungjati,

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan tenaga Kusta di poli unit pelayanan di kooordinir
oleh penanggung jawab UKM sesuai dengan kesepakatan. Tenaga pengelola
program pengendalian penyakit kusta terdiri dari 1 orang Perawat sebagai
penanggung jawab program Kusta dan sebagai penangung jawab logistic
Pengendalian Penyakit Kusta di UPTD Puskesmas Kedungjati. Sedangkan
tenaga pelaksana pelayanan Kusta di sebagai berikut :
1. Dokter umum : 3 orang
2. Perawat : 18 orang
3. Bidan : 30 orang

C. Jadwal Kegiatan
Jadwal pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit Kusta di Puskesmas
Kedungjati dilaksanakan pada saat jam kerja yang telah disepakati.
Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Sosialisasi dan √ √ √ √ √ √
Penyuluhan
Kusta di
Posyandu
2 Penemuan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Kasus Secara
Dini
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Penyakit Kusta


Koordinasi pelaksanaan kegiatan program Pengendalian Penyakit Kusta UPTD
Puskesmas Kedungjati dilakukan sesuai alur pelayanan pasien.
B. Standar Fasilitas Puskesmas
Standar fasilitas yang digunakan dalam program pengendalian penyakit kusta
di UPTD Puskesmas Kedungjati sesuai dengan fungsi dalam menjalankan
Puskesmas, harus tersedia data dan informasi yang digunakan untuk
pengambilan keputusan dan untuk peningkatan pelayanan Puskesmas.
Pengelola program pengendalian penyakit kusta diharuskan melakukan
pencatatan dan pelaporan rutin serta pelaporan khusus kepada Dinas Kesehatan
Kota Kediri.
1. Pencatatan dalam program pengendalian penyakit kusta antara lain :
a. Buku Register
b. Buku Kohort
2. Pelaporan :
a. Laporan bulanan
b. Laporan pemakaian logistic
c. Laporan penemuan kasus dini
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan program pengendalian penyakit kusta meliputi pelayanan
penemuan kasus dini, pemeriksaan POD, pengobatan MDT.

B. Metode
Peningkatan mutu dari program pengendalian penyakit kusta dapat dilakukan
dengan cara melihat status Desa/Kelurahan UCI yang ada di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Kedungjati serta dengan melihat cakupan dari kegiatan pengendalian
penyakit kusta yang dilaksanakan. Dengan diketahuinya Desa/Kelurahan yang
tidak UCI maka wilayah kerja tersebut dapat lebih diperhatikan dan dicarikan
pemecahan masalahnya.

C. Langkah Kegiatan
Kegiatan disesuaikan dengan matriks UPTD Puskesmas Kedungjati mengenai
rehabilitasi berbasis masyarakat dimana kegiatan merupakan kebutuhan yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
1. Kesehatan Rehabilitasi Medis
a. Memperbaiki sistem rujukan dan mengembangkan jejaring dengan
layanan rehabilitasi medis.
b. Meningkatkan kemampuan petugas.
c. Memfasilitasi akses kepada penyediaan alat bantu (alat bantu kaki)
d. Membentuk dan memfasilitasi kelompok perawatan diri (KPD)
2. Pendidikan
a. Melakukan sosialiasi di sekolah tentang kusta dan kecacatannya.
b. Melakukan penyuluhan tentang hak anak untuk mendapatkan pendidikan
dan perlakuan yang sama disekolah.
3. Kehidupan Sosial Ekonomi dan Pemberdayaan
a. Membentuk kelompok mandiri (self help group)
b. Memfasilitasi klien untuk konseling dan mendapatkan bantuan dari
program pemberdayaan sosial ekonomi yang ada di masyarakat.
BAB V
LOGISTIK

Logistik yang tersedia di Pukesmas direncanakan untuk menunjang


pelaksanaan kegiatan program pokok Puskesmas. Setiap program membutuhkan
dukungan logistik yang jumlah dan jenisnya berbeda-beda. Pada program
pengendalian penyakit kusta di UPTD Puskesmas Kedungjati, logistik yang
dibutuhkan antara lain obat oral MB dan PB untuk dewasa dan anak, alat pelindung
diri (APD) dan dokumen pencatatan status klien sesuai dengan kebutuhan.
Jenis dan jumlah logistik ditentukan berdasarkan kebutuhan Puskesmas,
disusun dalam suatu perencanaan. Standar minimal jumlah peralatan Puskesmas
ditentukan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan buku Standar Puskesmas Dinas
Kesehatan Kabupaten Grobogan.
Pencatatan penerimaan dan pengeluaran barang harus dibuat oleh petugas
yang bertanggungjawab dalam sarana dan prasarana puskesmas dalam bentuk
inventaris Puskesmas.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan sasaran kegiatan adalah unsur yang paling penting dalam


pelayanan kesehatan, maksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong
peningkatan spesifikdalam keselamatan pasien dalam kegiatan/program
pengendalian penyakit kusta di wilayah Kerja UPTD Puskemas Kedungjati
Keselamatan sasaran kegiatan / program Kusta antara lain:
1. Ketepatan Identifikasi pasien ( Nama, tanggal lahir, nama orang tua, Alamat
RT/RW)
2. Peningkatan Komunikasi efektif
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami
oleh resipien/penerima akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien.Komunikasi dapat secara elektronik, lisan,
atau tertulis.
3. Melakukan pemeriksaan dan pengkajian riwayat klien, status klien dan
memberikan konseling pra maupun pasca pemeriksaan.
4. Pengurangan resiko infeksi terkait layanan kesehatan dengan melakukan Hand
hygiene secara tepat, dan pada waktu-waktu yang tepat, pembuangan limbah
secara tepat
5. Petugas melakukan inform konsent
6. Pengurangan resiko cedera akibat pasien jatuh.
a. Mengamati dengan teliti lingkungan kerja anda terhadap fasilitas, alat,
sarana dan prasarana yang berpotensi menyebabkan pasien cidera karena
jatuh.
b. Melaporkan pada atasan atas temuan risiko fasilitas yang dapat
menyebabkan pasien cidera.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja dipuskesmas ditujukan untuk melindungi pekerja agar


hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerja. Upaya kesehatan kerja yang dimaksud meliputi pekerja
disektor formal dan informal dan berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang
berada dilingkungan tempat kerja. Berdasarkan Kepmenkes Nomor
128/MENKES/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar puskesmas menyatakan bahwa
puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan diwilayah
kerjanya termasuk upaya kesehatan kerja.
Program kesehatan kerja merupakan suatu upaya pemberian perlindungan
kesehatan dan keselamatan kerja bagi masyarakat pekerja yang bertujuan untuk
memeliharan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja, mencegah
timbulnya gangguan kesehatan, melindungi pekerja dari bahaya kesehatan serta
menempatkan pekerja dilingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan
psikis pekerja. Upaya kesehatan kerja mencakup kegiatan pelayanan, pendidikan
dan pelatihan serta penelitian di bidang kesehatan melalui upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit termasuk pengendalian faktor resiko,
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan termasuk pemulihan kapasitas
kerja (Depkes RI, 2005).
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah unit fungsional pelayanan
kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota atau
kabupaten yang melaksanakan upaya penyuluhan, pencegahan dan penanganan
kasus-kasus penyakit di wilayah kerjanya, secara terpadu dan terkoordinasi.
Puskesmas merupakan tempat kerja serta berkumpulnya orang-orang sehat
(petugas dan pengunjung) dan orang-orang sakit (pasien), sehingga puskesmas
merupakan tempat kerja yang mempunyai resiko kesehatan maupun penyakit akibat
kecelakaan kerja. Oleh karena itu petugas puskesmas tersebut mempunyai resiko
tinggi karena sering kontak dengan agent penyakit menular, dengan darah dan
cairan tubuh maupun tertusuk jarum suntik bekas yang mungkin dapat berperan
sebagai transmisi beberapa penyakit seperti hepatitis B, HIV AIDS dan juga potensial
sebagai media penularan penyakit yang lain.
Sasaran Keselamatan Kerja dalam pelaksanaan Program imunisasi adalah
sebagai berikut :
1. Kepatuhan melaksanakan setiap prosedur tahapan kewaspadaan universal
2. Puskesmas membuat pedoman kerja dan prosedur dengan mengutamakan
upaya peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif).
3. Melakukan monitoring dan evaluasi.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (Quality Control) dalam manajemen mutu merupakan


suatu sistem kegiatan yang bersifat rutin dan dirancang untuk mengukur serta
menilai mutu jasa yang diberikan kepada pelanggan.Pengendalian mutu pada
pelayanan kesehatandiperlukanagar produk layanan kesehatan terjaga kualitasnya
sehingga memuaskan masyarakat sebagai pelanggan.Penjaminan mutu layanan
kesehatan dapat diselenggarakan melalui berbagai model manajemen kendali
mutu.Salah satu model manajemen mutu yang dapat digunakan adalah model PDCA
(Plan Do Cek Action). Yang akan menghasilkan pengembangan berkelanjutan
(continous improvement).
Yoseph M. Juran terkenal dengan konsep “Trilogy Mutu” dan
mengidentifikasikan dalam tiga kegiatan yaitu:
1. Perencanaan Mutu, meliputi : siapa pelanggan, apa kebutuhannya, dan
merencanakan proses untuk suatu produksi.
2. Pengendalian mutu : mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan
antara keadaan actual dan tujuan.
3. Peningkatan mutu : membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan
peningkatan mutu.
Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-langkah yang mengacu pada
upaya peningkatan mutu. Peluang untuk memecahkan masalah harus digunakan
pada saat yang tepat oleh mereka yang bertanggung jawab melalui langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Langkah 1 : Mengidentifikasi,memilih, dan mendefinisikan masalah. Kenali
hal-hal yang berpotensi menjadi masalah dan kaji situasi dimana staf
mungkin dapat memperbaikinya. Tentunya kriteria untuk memilih masalah
yang paling penting. Definisikan secara operasional masalah yang dipilih,
misalnya bagaimana staf mengetahui bahwa masalah sudah sudah
terpecahkan dengan cara menentukan kriteria keberhasilan pemecahan
masalah.
2. Langkah 2 : Pelajari dengan seksama proses yan terjadi dari segala aspek
masalah.
3. Langkah 3 : tentukan sebab masalah yang pokok dan tentukan faktor-faktor
yang menimbulkan masalah dan keterkaitannya dengan masalah. Gunakan
metode untuk mengetes hipotesis dan untuk menentukan factor penyebab
yang paling dominan.
4. Langkah 4 : Identifikasi semua solusi yang mungkin.Berfikirlah secara
kreatif untuk mengetahui sebab-sebab masalah yang mungkin dapat diatasi.
5. Langkah 5 : Pilih solusi yang dapat dilaksanakan. Analisalah cara-cara
pemecahan masalah yang mungkin dilaksanakan, dikaji dari aaspek kriteria
kebeerhasilan memecahkan masalah, biaya yang diperlukan, kemungkinan
solusi yang dapat dilaksanakannya, atau kriteria lainnya.
6. Langkah 6 : Melaksanakan pemecahan masalah yang berkualitas dengan
PDAC.
Empat langkah menuju pelaksanaan solusi yang efektif yaitu:
1. Merencanakan (PLANN): sebelum dilaksanakan solusi perlu ditentukan tujuan
dan apa kriteria keberhasilan.Pimpinan harus menentukan “siapa, apa,
dimana, dan bagaimana” solusi akan dilaksanakan. Pada tahap ini
diperlukan penjelasan tentang berbagai asumsi dan dipikirkan tentang
kemungkinan adanya penolakan dari pihak yang dijadikan sasaran. Harus
sudah diputuskan tentang data yang harus dikumpulkan untuk menentukan
keberhasilan pelaksanaan solusi masalah.
2. Pelaksanaan (DO) : melaksanakan solusi yang sering melibatkan pelatihan,
termasuk proses pengumpulan data/informasi untuk memantau perubahan
yang terjadi, dan mengamati tingkat kemudahan/ kesulitan pelaksanaan
solusi. Amati bagaimana solusi tersebut dilaksanakan. Buat catatan tentang
segala sesuatu yang dianggap menyimpang dari kesepakatan. Setiap
masalah/ kesalahan yang muncul dalam proses itu harus dijadikan sebagai
kesempatan untuk membuat perbaikan.
3. Cek (CHECK): Amati efek pelaksanaan solusi dan simpulkan pelajaran apa
yang diperoleh dari tindakan yang sudah dilaksanakan.
4. Bertindak (ACTION) : Ambil langkah-langkah praktis dengan pelajaran yang
diperoleh dari tindakan yang sudah diambil. Lanjutkan proses solusi atau
hentikan dan ulang kembali tindakan dari awal dengan tujuan melakukan
modifikasi
BAB IX
PENUTUP

Pedoman program Kusta di puskesmas Kedungjati merupakan sarana


penunjang yang sangat di butuhkan oleh petugas pengelola program pengendalian
kusta dan juga petugas pelaksana program pengendalian kusta sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di UPTD Puskesmas Kedungjati
Keberhasilan kegiatan pelayanan Kusta ini sangat tergantung pada komitmen
yang kuat dari semua pihak terkait dan seluruh karyawan di Puskesmas Puskesmas
Kedungjati.dalam upaya meningkatkan derajad kesehatan masyarakat.
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan.
Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu.
Managemen resiko dan keselamatan pasien perlu diterapkan dalam pengelolaan
puskesmas dalam memberikan layanan kesehatan yang optimal.
Pedoman ini menyampaikan hasil kajiaan ketenagaan, sarana dan
pendayagunaaan agar puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara optimal
perlu dikelola dengan baik, baik kinerja pelayanan, proses pelayanan maupun
sumberdaya yang digunakan.
Diharapkan para petugas mampu merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi semua kegiatan yang ada dalam program pengendalian kusta secara
terpadu bersama dengan lintas program dan lintas sektor terkait.

Anda mungkin juga menyukai