KLASIFIKASI LEPRA
a. Keputihan Fisiologis
1. Infeksi
1) Infeksi Jamur
1) Gardnerella vaginalis
10. Iritasi
5) Pembersih vagina
B. Patogenesis
Fluor albus merupakan keadaan yang terjadi secara fisiologis dan dapat
menjadi fluor albus yang patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Sekresi
vagina fisiologis terdiri atas lendir serviks (transudat dari epitel skuamos vagina)
dan sel skuamos vagina yang terkelupas.9 Suasana area vagina normal ditandai
dengan adanya hubungan dinamis antara Lactobacillus acidophilus (flora normal)
dengan flora endogen lainnya, estrogen, glikogen, pH vagina, dan metabolit
lainnya. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang bersifat
toksik terhadap bakteri patogen. Adanya pengaruh estrogen pada epitel vagina,
produksi glikogen, laktobasilus (Döderlein) dan produksi asam laktat mengatur pH
vagina sekitar 3,8-4,5 yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri lainnya.8 Pada
kondisi tertentu, pH vagina bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari normal. Jika pH
vagina naik (lebih basa) mengakibatkan kuman penyakit mudah berkembang dan
hidup subur serta menginfeksi vagina.10
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
5. Pewarnaan gram
9. Pap Smear
D. Penatalaksanaan Fluor albus
Apabila Fluor albus yang dialami adalah yang fisiologik tidak perlu
pengobatan, cukup hanya menjaga kebersihan pada bagian kemaluan. Apabila
Fluor albus yang patologik, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan, tujuannya
menentukan letak bagian yang sakit dan dari mana Fluor albus itu berasal.
Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat tertentu akan lebih
memperjelas. Kemudian merencanakan pengobatan setelah melihat kelainan yang
ditemukan. Fluor albus yang patologik yang paling sering dijumpai yaitu Fluor
albus yang disebabkan Vaginitis, Candidiasis, dan Trichomoniasis.
1) Terapi farmakologi
Pengobatan Fluor albus yang disebabkan oleh Candidiasis dapat
diobatidengan anti jamur atau krim. Biasanya jenis obat anti jamur yang
sering digunakan adalah Imidazol yang disemprotkan dalam vagina
sebanyak 1 atau 3 ml. Ada juga obat oral anti jamur yaitu ketocinazole
dengan dosis 2x1 hari selama 5 hari. Apabila ada keluhan gatal dapat
dioleskan salep anti jamur.11
Pengobatan Fluor albus yang disebabkan oleh Trichomoniasis
mudah dan efektif yaitu setelah dilakukan pemeriksaan dapat diberikan
tablet metronidazol (Flagy) atau tablet besarTinidazol (fasigin) dengan
dosis 3x1 hari selama 7-10 hari. Pengobatan Fluor albus (Fluor albus)
yang disebabkan oleh vaginitis sama denganpengobatan infeksi
Trichomoniasis yaitu dengan memberikan metronidazol atau Tinidazol
dengan dosis 3x1 selama 7- 10 hari. Pengobatan kandidiasis vagina
dapat dilakukan secara topikal maupun sistemik.12
Obat anti jamur tersedia dalam berbagai bentuk yaitu: gel, krim,
losion, tablet vagina, suppositoria dan tablet oral. Nama obat adalah
sebagai berikut: (1) Derivat Rosanillin, Gentian violet 1-2 % dalam
bentuk larutan atau gel, selama 10 hari. (2) Povidone – iodine,
Merupakan bahan aktif yang bersifat antibakteri maupun anti jamur. (3)
Derivat Polien; Nistatin 100.000 unit krim/tablet vagina selama 14 hari.
Nistatin 100.000 unit tablet oral selama 14 hari. (4) Drivat Imidazole:
Topical( Mikonazol : 2% krim vaginal selama 7 hari, 100 mg tablet
vaginal selama 7 hari, 200 mg tablet vaginal selama 3 hari, 1200 mg
tablet vaginal dosis tunggal.12
Ekonazol 150 mg tablet vaginal selama 3 hari. Fentikonazol 2%
krim vaginal selama 7 hari, 200 mg tablet vaginal selama 3 hari, 600 mg
tablet vaginal dosis tunggal. Tiokonazol 2% krim vaginal selama 3 hari,
6,5 % krim vaginal dosis tunggal. Klotrimazol 1% krim vaginal selama
7 – 14 hari, 10% krim vaginal sekali aplikasi, 100 mg tablet vaginal
selama 7 hari, 500 mg tablet vaginal dosis tunggal. Butokonazol 2%
krim vaginal selama 3 hari. Terkonazol 2% krim vaginal selama 3
hari).Sistemik ( Ketokanazol 400 mg selama 5 hari. Trakanazol 200 mg
selama 3 hari atau 400 mg dosis tunggal. Flukonazol 150 mg dosis
tunggal.12
2) Terapi Nonfarmakologi
a. Perubahan Tingkah Laku
Fluor albus yang disebabkan oleh jamur lebih cepat
berkembang dilingkungan yang hangat dan basah maka untuk
membantu penyembuhan menjaga kebersihan alat kelamin dan
sebaiknya menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari katun
serta tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat
(Jones,2005). Fluor albus bisaditularkan melalui hubungan
seksual dari pasangan yang terinfeksi oleh karena itu sebaiknya
pasangan harus mendapat pengobatan juga.1
b. Personal Hygiene
Memperhatikan personal hygiene terutama pada bagian alat
kelamin sangatmembantu penyembuhan, dan menjaga tetap
bersih dan kering, seperti penggunaan tisu basah atau produk
panty liner harus betul-betul steril. Bahkan, kemasannya pun
harus diperhatikan. Jangan sampai menyimpan sembarangan,
misalnya tanpa kemasan ditaruh dalam tas bercampur dengan
barang lainnya. Karena bila dalam keadaan terbuka, bisa saja
panty liner atau tisu basah tersebut sudah terkontaminasi.
Memperhatikan kebersihan setelah buang air besar atau kecil.
Setelah bersih, mengeringkan dengan tisu kering atau handuk
khusus. Alat kelamin jangan dibiarkan dalam keadaan lembab.1
Daftar Pustaka
1. Djuanda et al. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI. 2011.
2. Lastoria JC. Leprosy: review of the epidemiological, clinical, and
etiopathogenic aspects - Part 1. An Bras Dermatol. 2014 Mar-Apr; 89(2):
205–218.
3. Amiruddin MD. Penyakit Kusta Sebuah Pendekatan Klinis. Surabaya : Brilian
Internasional. 2012.
4. World Health Organization. Weekly epidemiological record 2012;34:317- 28
5. WHO (2012). Leprosy. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs101/en/ di
akses 11 Desember 2019.
6. Sibagariang E . Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : TIM. 2010.
7. Kusmiran E. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, Jakarta : Salemba
Medika. 2011
8. Monalisa, Bubakar, A Rahman. Clinical Aspects Fluor Albus Of Female And
Treatment Vol.1 No.1 2012. Universitas Hasanuddin/Rumah Sakit Wahidin
Sudirohusodo Makassar diakses 11 Desember 2019.
9. Benson, P & Pernoll. Buku saku Obsetry Gynecology William. Jakarta EGC. 2009.
10. Hollingworth T. Diagnosis Banding Dalam Obstetri Dan Ginekologi. EGC.
Jakarta. 2012.
11. Mayer FL et al. Inciden Of Candidiasis And Trichomoniasis In Leucorrhoea
patients. 2013. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3654610/
12. Panda S et al. Inciden Of Candidiasis And Trichomoniasis In Leucorrhoea Patients
Vol. 5 Issue 3. International Journal Of Current Research And Review (IJCRR).
Indian. Radiance Research Academy. 2013. http//ijcrr.com/archive.html