Dan Stewart, MD, FAAP, William Benitz, MD, FAAP, Komite Fetus dan Neonatus
Infeksi post partum masih menjadi penyebab peningkatan morbiditas pada neonatus
dan mortalitas diseluruh dunia. Tingginya persentase infeksi tersebut berasal dari kolonisasi
bakteri dari umbilicus, karena pada praktek sehari-harinya, perawatan tali pusat masih erat
kaitannya budaya tradisional dan berdampak pada komunitas serta berefek secara global.
Setelah lahir bayi, devitalisasi tali pusat sering kali menjadi substrat ideal bagi
pertumbuhan bakteri dan meningkatkan akses langsung menuju aliran darah pada neonatus.
Kolonisasi bakteri pada tali pusat tidak berkaitan langsung terhadap kejadian omphalitis
dan keterkaitannya terhadap trombophlebitis, selulitis ataupun nekrosis. Beberapa obat
topikal dapat digunakan untuk perawatan tali pusat dan digunakan diseluruh dunia untuk
mengurangi risiko serius dari infeksi tersebut. Baru-baru ini, terutama negara yang
memiliki sumber daya yang besar, paradigma pengobatan terhadap infeksi tali pusat beralih
kepada perawatan tali pusat dengan metode dry. Artikel ini mereview bukti penelitian
tentang rekomendasi dalam perawatan tali pusat dalam situasi klinis yang berbeda-beda.
Pengenalan
Disamping dari peningkatan proses globalisasi yang signifikan beberapa dekade ini,
infeksi bakteri seperti sepsis, meningitis, dan pneumonia menjadi penyebab kematian
sekitar 700.0000 kematian neonatus tiap tahunnya, hampir 1,5 persen dari 3 juta kematian
neonatus di seluruh dunia.1,2 Meskipun, kematian tersebut masih belum dapat dijelaskan
secara jelas, tali pusat dapat menjadi jalur masuk paling mudah bagi bakteri patogen dan
dapat menginvasi masuk degan mudah sehingga menyebabkan timbulnya gejala omphalitis
atau bahkan tidak terdapat gejala sama sekali.3
Kematian neonatus (0-28 hari kelahiran) erat kaitannya dengan kontaminasi bakteri
pada tali pusat yang menjadi sorotan paling penting pada abad 21 ini. Faktor risiko
umumnya kejadian omphalitis pada neonatus antara lain kelahiran yang tidak dipersiapkan
atau sepsis pada saat melahirkan, berat badan lahir rendah, ketuban pecah dini, kateterisasi
umbilicus dan chorioamnionitis.4,5 Berbagai negara yang memiliki sumber daya terbatas,
risiko kejadian omphalitis lebih tinggi akibat angka kelahiran yang terjadi di rumah
dibandingkan dengan angka kelahiran di rumah sakit.6
Komplikasi multiple dapat terjadi akibat kolonisasi bakteri dan infeksi pada
perawatan tali pusat dikarenakan tali pusat merupakan akses langsung menuju peredaran
darah. Komplikasi tersebut antara lain abses intra-abdomen, selulitis periumbilical,
thrombophlebitis pada vena porta dan vena umbilicalis, peritonitis, dan iskemik usus. 13–16
Omphalitis pada neonatus memiliki 4 derajat yaitu
Derajat 1) Funisitis / discharge pada umbilicus. (Tali pusat yang tidak sehat dengan
purulen dan discharge berbau)
Derajat 2) Omphalitis dengan selulitis dinding abdomen (eritema pada periumbilical dan
nyeri tekan (jarang), dischage pada tali pusat)
Derajat 4) Omphalitis dengan nekrosis (ekimosis, krepitasi, bulla dan mengenai daerah
fascia superficial dan fascia profundus, dapat terjadi syok dan sepsis.6
Observasi dilakukan secara terpisah dan setting yang berbeda sehingga didapatkan
rekomendasi dari WHO dalam perawatan tali pusat bayi. Dimana metode kering pada
perawatan tali pusat dinrumah sakit menurunkan angka mortalitas neonatus dan pemberian
larutan chlorhexidine atau gel chlorhexidine untuk bayi baru lahir yang lahir di rumah.
Penggunaan juga bermanfaat bagi neonatus yang memiliki risiko mortalitas tinggi. 20
Pemberian antisepsis pada perawatan tali pusat masih kontroversial, walaupun hal
tersebut terjadi di negara maju. Di negara berkembang yang masih menganut budaya
tradisional, higienitas yang rendah sering dipraktekkan pada perawatan tali pusat. Banyak
penelitian tentang perkembangan omphalitis pada neonatus dan bagaimana cara
mencegahnya. Untuk mencapai tujuan dalam memcegah terjadinya omphalitis diseluruh
dunia, pada saat partus wajib menjaga higienitas terutama pada perawatan tali pusat. Tali
pusat harus dipotong dengan pisau bedah dan gunting bedah uang steril, menggunakan
sarung tangan steril untuk mencegah kontaminasi bakteri yang dapat berkembang menjadi
omphalitis ataupun tetanus pada neonatus.
Tali pusat yang dirawat dengan metode kering tanpa pemberian obat topikal sering
digunakan di negara maju. Kelahiran yang terjadi di rumah sakit, penggunaan
chlorhexidine direkomendasikan bagi bayi baru lahir diluar rumah sakit pada suatu
komunitas dengan angka mortalitas yang tinggi pada neonatus.20 Metode perawatan tali
pusat secara kering di uji coba pafa 4 studi meta analisis, 21-24 termasuk 2 buah review yang
dilakukan cochrane.23,24
Meskipun the scope dan metodologinya memilki review yang berbeda, seluruh
hasilnya mengemukakan bahwa angka kelahiran tertinggi dilakukan di rumah dan angka
kejadian mortalitas neonatus tertinggi terjadi di rumah sakit. Analisis ini menyimpulkan
bahwa 3 studi (termasuk > 44.000 subjek terlibat) di daerah asia selatan dengan angka
mortalitas neonatus tinggi.3, 25- 26 Effektivitas penggunaan 4% larutan chlorhexidine atau gel
yang diberikan pada tali pusat 24 jam setelah kelahiran, menurunkan kejadian omphalitis
secara signifikan (relative risk [RR]: 0.48; 95% confidence interval [CI] :0.40–0.57) dan
mortalitas neonatus (RR: 0.81; 95% CI: 0.71–0.92) dibandingkan dengan menggunakan
metode kering dalam perawatan tali pusat. 24
Tidak terdapat manajemen perawatan tali pusat lain yang di evaluasi secara
sistematis, tetapi penggunaan bahan tradisinal (bubuk, herbal ataupun campuran serbuk
sayur, dan asi) dapat menjadi sumber kontaminasi bakteri patogen, termasuk Clostridium
tetani.27 Meta-analisis menunjukkan bahwa terdapat sedikit bukti penelitian dari manfaat
penggunaan obat topikal pada perawatan tali pusat bayi baru lahir di rumah sakit. 22–24
Sampel yang digunakan tergolong sedikit dan bukti penelitian berkualitas rendah.22
Review dari Cochrane yang dilakukan oleh Imdad et al,23 membandingkan berbagai macam
agen topikal dan didapatkan hasil yang sama. Meta-analisis terkini yang dilakukan oleh
24 28,34
Sinha et al yang melibatkan 2 studi membandingkan penggunaan clorhexidine
dengan metode kering perawatan tali pusat. 140 infant yang ada di NICU sebuah rumah
sakit di India Utara diberikan larutan chlorhexidine atau perawatan tali pusat dengan
metode kering.28
Kriteria inklusi adalah usia kehamilan >32 minggu dan berat badan lahir >1500
gram, tetapi data demographic menunjukkan bahwa infant yang premature memiliki risiko
terjadi asfiksia, distres pernafasan, ventilasi mekanik dan nekrosis enterocolitis. Tidak adda
kejadian sepsis umbilicalis yang dilaporkan pada masing-masing grup, tetapi kultur
membuktikan terdapat sepsis pada grup dengan metode perawatan kering tali pusat
dibandingkan dengan grup yang menggunakan clorhexidine dalam perawatan tali pusat (15
dari 70 vs 2 dari 70; P = .002).
Observasi tidak dapat dilakukan generalisasi pada bayi baru lahir di rumah sakit.
Penelitian kedua melibatkan 669 subjek yang di randomisasi mendapatkan terapi dengab
bedak chlorhexidine atau rawat tali pusat secara kering.34 Infeksi tali pusat (termasuk erosi,
iritasi, lesi, omphalitis, eritema, granuloma umbilicalis, purulensi, berdarah, discharge)
terjadi pada grup perawatan tali pusat dengan metode kering (29% vs 16%; P = .001), tetapi
tidak terdapat perbedaan pada kedua grup mengenai komplikasi (2.1% pada dua grup) atau
insidensi kejadian omphalitis (2.1% vs 0.6%; P = .1). Meskipun meta-analisis menunjukkan
perbedaan yang signifikan terhadap risiko omphalitis (RR: 0.48; 95% CI: 0.28–0.84), pada
pemeriksaan kultur tidak menunjukkan adanya kejadian omphalitis.28,34 Analisis ini
merupakan bukti yang tidak kuat dan tidak terdapat manfaat penggunaan clorhexidine.
Sejak tahun 1998, WHO melakukan penelitian terhadap penggunaan metode kering
dalam merawat tali pusat di negara maju.35 Perawatan tali pusat secara kering membuat tali
pusat menjadi bersih dan mengurangi kontak dengan luar serta tertutup oleh baju yang
bersih. Ketika terjadi lembab, tali pusat dibersihkan dengan menggunakan sabun dan air
bersih. Pada situasi negara berkembang dengan higienitas yang rendah dan atau angka
infeksi yang tinggi, WHO merekomendasikan chlorhexidine.16
Karena insidensi omphalitis sangat rendah pada negara maju dan memiliki derajat
rendah infeksi tali pusat, bukti penelitian menunjukkan metode kering dalam perawatan tali
pusat masih unggul.
Munculnya kolonisasi bakteri non patogen pada infeksi tali pusat dapat berisiko
terjadinya kejadian omphalitis. Dengan cara hubungan plasenta antara ibu dan anak, salah
satu diantaranya dapat membuat lingkungan menjadi kondusif untuk kolonisasi bakteri
biasa berasal dari flora normal ibunya.39
Tipe kolonisasi ini dapat menurunkan kolonisasi dan infeksi dari potensial bakteri patogen
yang terjadi pada rumah sakit. Terjadi penurunan kolonisasi bakteri dengan menggunakan
agen antimikroba topikal digunakan pada pasien yang dicurigai resisten dan organisme
patogen (tingkat kepercayaan insidensi : 95%).
Implikasi pada saat perawatan klinis.
1. Gunakan antimikroba terpilih guna menjadi manfaat bagi bayi baru lahir di rumah
dengan sumber daya terbatas di negara berkembang yang memiliki risiko kejadian
omphalitis.
2. Penggunaan antimikroba terpilih dalam perawatan tali pusat bayi baru lahir secara jelas
tidak memiliki manfaat dalam menurunkan kolonisasi bakteri dan virus. Negara
berkembang mulai menghindari pemakaian antimikroba pada perawatan tali pusat.
3. Kelahiran yang dilakukan di rumah sakit dan populasi dengan sumber daya terbatas
(sebagai contoh Native American Communities), Aplikasi penggunaan profilaksis
antimikroba topikal dalam perawatan tali pusat.
4. Jika terjadi discharge saat itu, edukasi orang tua sangat penting untuk mengenal gejala
dan tanda omphalitis. Dapat menurunkan signifikansi dan angka kejadian mortalitas
menurun.
5. Seluruh fasilitas kesehatan wajib melaporkan infeksi yang berkaitan dengan perawatan
tali pusat. Perkembangan terjadinya efek pada lokal sistem akibat kelainan omphalitis di
anak. Kita akan membuat data yang lebih teruji secara klinis yaitu paradigma pengobatan di
masa yang akan datang.