Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI

EFEK LOKAL OBAT


(METODE ANASTESI LOKAL)

Disusun Oleh :
Nama : Zufar Firza Mahendra
NIM : 17330090
Kelas : B

FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Anestesi lokal adalah obat yang disuntikkan pada jaringan agar mati rasa.
Anestesi lokal menghentikan kerja saraf untuk sementara sehingga tidak merasakan
sakit. Bentuk paling sederhana dari anestesi lokal adalah dengan menyuntikkan anestesi
hanya pada bagian di mana operasi akan dilakukan. Dapat juga dilakukan pada seluruh
saraf pada lengan atau kaki (nerve block)

Anestesi lokal juga merupakan obat yang dapat menghilangkan penghantaran


saraf ketika digunakan secara lokal pada jaringan saraf dengan konsentrasi tepat.
Anestetik lokal juga merupakan obat untuk penggunaan local atau setempat yang dapat
menghalangi secara reversible (bolak-baik) penerusan impuls saraf ke SSP dan dengan
demikian menghilangkan atau mengurangi gatal-gatal, rasa nyeri, rasa dingin / panas.
Banyak persenyawaan lain juga memiliki daya kerja demikian, tetapi efeknya tidak
reversible dan menyebabkan kerusakan permanen terhadap sel-sel saraf. Misalnya cara
mematikan rasa setempat juga dapat dicapai dengan pendinginan yang kuat (freezing
anaesthesia) atau melalui keracunan protoplasma (fenol).

Anestesi lokal dapat menghilangkan keterangsangan dari organ yang


menghantarkan nyeri serta menghilangkan kemungkinan penghantaran dari serabut
saraf sensibel secara bolak-balik pada tempat tertentu. Sebagai akibatnya rasa (sensasi)
nyeri untuk sementara hilang. Anestetika lokal struktur senyawanya umumnya terdiri
dari; suatu gugus amino hidrofil (tersier atau sekunder) yang dihubungkan oleh ikatan
amida dengan suatu gugus aromatis lipofil atau ester (alkohol). Semakin panjang gugus
alcohol pada strukturnya semakin meningkat toksisitasnya, tetapi daya kerja
anastetiknya juga semakin besar.
Anastetika lokal adalah obat yang menghambat konduksi saraf apabila
dikenakan secara local pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Contoh anastetika local
adalah kokain dan ester asam para amino benzoate (PABA) yaitu prokain dan lidokain.
B. Tujuan
1. Mahasiwa dapat mengenal berbagai teknik untuk menyebabkan anastesi local pada
hewan coba.
2. Mahasiswa dapat memahami faktor yang melandasi perbedaan dalam sifat dan
potensi kerja anastetika local.
3. Mahasiswa dapat memahami faktor yang mempengaruhi potensi kerja anastetika
local.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Anestesi lokal merupakan obat yang menghasilkan blokade lorong natrium atau
blokade konduksi pada dinding saraf secara sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang
saraf, jika digunakan pada saraf perifer atau sentral. Setelah anestetik lokal keluar dari saraf
diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara lengkap dan spontan tanpa adanya kerusakan
struktur saraf.

Penghantaran saraf dihilangkan dengan anestetik lokal ketika digunakan secara lokal
pada jaringan saraf dengan konsentrasi yang tepat. Obat ini bekerja pada setiap serabut saraf
dan sebagian Sistem Saraf Pusat (SSP). Pada ujung saraf sensorik kerja anestetik lokal tidak
spesifik. Hanya kepekaan berbagai struktur yang dapat dirangsang berbeda. Diameter pada
serabut saraf motorik lebih besar daripada serabut sensorik. Oleh sebab itu, efek anestetika
lokal menurun sejalan dengan kenaikan diameter serabut saraf, maka serabut saraf sensorik
dihambat lebih awal kemudian baru pada dosis lebih besar serabut saraf motorik dihambat.

Beberapa teknik untuk menyebabkan anastesi local pada hewan coba di antaranya:

1. Anastesi lokal metode permukaan


Efek anastesi ini tercapai ketika anastetika local ditempatkan di daerah yang ingin
dianastesi.
2. Anastesi lokal metode regnier
Mata normal apabila disentuh pada kornea akan memberikan respon refleks ocular
(mata berkedip). Bila diteteskan anstestika local, timbul respon refleks ocular
setelah beberapa kali kornea disentuh sebanding dengan kekuatan besaran
sentuhan yang diberikan dan kerja anastetika. Tidak adanya respon refleks
ocular setelah kornea disentuh 100 kali dianggap sebagai tanda adanya anastesi
total.
3. Anastesi lokal metode infiltrasi
Anastetika local yang disuntikkan ke dalam jaringan akan mengakibatkan
kehilangan sensasi pada struktur sekitarnya.
4. Anastesi lokal metode konduksiRespon anastesi local yang disuntikkan ke dalam
jaringan dilihat dari ada/ tidaknya respon Haffner. Respon Haffner adalah refleks
mencit yang apabila ekornya dijepit, maka terjadi respon angkat ekor/ mencit bersuara.
Mekanisme kerja

Anestetika lokal mengakibatkan kehilangan rasa dengan beberapa cara. Misalnya


dengan jalan menghindarkan untuk sementara pembentukan dan transmisi impuls melalui sel
saraf dan ujungnya.

Pusat mekanisme kerjanya terletak di membran sel. Juga seperti barbital dan alkohol,
penghambatan anestetik local terhadap penerusan impuls menurunkan permebilitas membran
sel saraf untuk ion-natrium, yang penting bagi fungsi saraf. Hal ini dikarenakan adanya
persaingan dengan ion-kalsium yang berdekatan dengan saluran natrium di membran neuron.
Pada waktu yang sama, karena laju depolarisasi menurun, ambang kepekaan terhadap
rangsangan listrik lama kelamaan meningkat, sehingga terjadi kehilangan rasa setempat secara
reversibel.

Ion-kalsium memegang peranan penting dalam proses stabilisasi membran, yakni


sebagian ion-kalsium didorong oleh molekul lipofil besar dari anestetik lokal di dalam
membran sel tanpa mengambil alih fungsinya. Dengan demikian membransel menjadi lebih
padat dan stabil, serta dapat lebih baik melawan segalasesuatu perubahan mengenai
permeabilitasnya. Penghambatan penerusan impuls dapat pula dicapai dengan melalui
meracuni protoplasma sel (fenol) atau pendinginan kuat (etilklorida).
BAB III

ALAT, BAHAN DAN METODE KERJA

A. Anastesi Lokal Metode Permukaan


1. Alat dan Bahan
Hewan coba Kelinci (jumlah 1 ekor), bobot tubuh ±1,5 kg
Obat - Tetes mata prokain HCl 2% sebanyak 1-2 tetes
- Tetes mata lidokain HCl 2% sebanyak 1-2 tetes
Alat - Gunting
- Aplikator
- Kotak kelinci
- Stop watch

2. Metode Kerja

1) Siapkan kelinci. Gunting bulu mata kelinci agar tidak mengganggu aplikator.
2) Sebelum pemberian obat, cek ada/ tidaknya respon refleks ocular mata (mata
berkedip) dengan menggunakan aplikator pada kornea mata secara tegak lurus
pada menit ke-0. CATATAN: Jangan terlalu keras menggunakan aplikator dan
ritme harus diatur.
3) Teteskan ke dalam kantong konjungtiva kelinci:
a. Mata kanan : tetes mata prokain HCL 2% sebanyak 1-2 tetes
b. Mata kiri : tetes mata lidokain HCl 2% sebanyak 1-2 tetes
4) Tutup masing-masing kelopak mata kelinci selama satu menit.
5) Cek ada/ tidaknya respon refleks ocular mata (mata berkedip) dengan
menggunakan aplikator pada kornea mata secara tegak lurus pada menit ke-5, 10,
15, 20, 30, 45, 60.
6) Catat dan tabelkan pengamatan.
7) Setelah percobaan di atas selesai, teteskan larutan fisiologis NaCl 0,9% pada
kedua mata kelinci.
B. Anastesi Lokal Metode Regnier

1. Alat dan Bahan

Hewan coba Kelinci (jumlah 1 ekor), bobot tubuh ±1,5 kg


Obat - Tetes mata prokain HCl 2% sebanyak 1-2 tetes
- Tetes mata lidokain HCl 2% sebanyak 1-2 tetes
Alat - Gunting
- Aplikator
- Kotak kelinci
- Stop watch

2. Metode Kerja

1) Siapkan kelinci. Gunting bulu mata kelinci agar tidak mengganggu aplikator.
2) Sebelum pemberian obat, cek ada/ tidaknya respon refleks ocular mata (mata
berkedip) dengan menggunakan aplikator pada kornea mata secara tegak lurus pada
menit ke-0. CATATAN: Jangan terlalu keras menggunakan aplikator dan ritme harus
diatur.
3) Teteskan ke dalam kantong konjungtiva kelinci:
a. Mata kanan : tetes mata prokain HCl 2% sebanyak 1-2 tetes
b. Mata kiri : tetes mata lidokain HCl 2% sebanyak 1-2 tetes
4) Tutup kelopak mata kelinci selama satu menit.
5) Cek ada/ tidaknya respon refleks ocular mata (mata berkedip) dengan menggunakan
aplikator pada kornea mata secara tegak lurus pada menit ke-8, 15, 20, 25, 30, 40, 50,
60.
6) Ketentuan metode Regnier:
a. Pada menit ke-8:
- Jika pemberian aplikator sampai 100 kali tidak ada respon refleks okuler → maka
dicatat angka 100 sebagai respon negative.
- Jika pemberian aplikator sebelum 100 kali terdapat respon refleks okuler → maka
dicatat angka terakhir saat memberikan respon sebagai respon negative.
b. Pada menit ke-15, 20, 25, 30, 40, 50, 60:

- Jika pemberian aplikator pada sentuhan pertama terdapat respon refleks okuler →
maka dicatat angka 1 sebagai respon negative dan menit-menit yang tersisa juga
diberi angka 1.
c. Jumlah respon refleks okuler negative dimulai dari menit ke-8 hingga menit ke60.
Jumlah ini menunjukkan angka Regnier dimana efek anastetika local dicapai pada
angka Regnier minimal 13 dan maksimal 800.

7) Setelah percobaan di atas selesai, teteskan larutan fisiologis NaCl 0,9% pada mata
kanan dan kiri kelinci.
8) Catat dan tabelkan pengamatan.

C. Anastesi Lokal Metode Infiltrasi

1. Alat dan Bahan

Hewan coba Kelinci (jumlah 1 ekor), bobot tubuh ±1,5 kg


Obat - Larutan prokain HCl 1% sebanyak 0,2 ml secara SC
- Larutan prokain HCl 1% dalam adrenalin (1:50.000)
sebanyak 0,2 ml secara SC
- Larutan lidokain HCl 1% sebanyak 0,2 ml secara SC
- Larutan lidokain H
Alat - Gunting
- Aplikator
- Kotak kelinci
- Stop watch

2. Metode Kerja

1) Siapkan kelinci. Gunting bulu punggung kelinci dan cukur hingga bersih
kulitnya (hindari terjadinya luka).
2) Gambar empat daerah penyuntikan dengan jarak ±3 cm.
3) Sebelum pemberian obat, cek ada/ tidaknya respon getaran otot punggung
kelinci dengan menggunakan peniti sebanyak enam kali sentuhan pada daerah
penyuntikan pada menit ke-0.
CATATAN: Jangan terlalu keras menggunakan peniti dan ritme harus diatur.
4) Suntikkan larutan obat tersebut pada daerah penyuntikan.
5) Cek ada/ tidaknya respon getaran otot punggung kelinci dengan
menggunakan peniti sebanyak enam kali sentuhan pada daerah penyuntikan
pada menit ke-5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 60.
6) Catat dan tabelkan pengamatan.
D. Anastesi Lokal Metode Konduksi

1. Alat dan Bahan

Hewan coba Mencit putih, jantan (jumlah 3 ekor), bobot tubuh 20-30 g
Obat - Larutan prokain HCl 0,5 mg/kgBB mencit secara IV
- Larutan lidokain HCl secara IV
- Larutan NaCl 0,9% secara IV
Alat - Gunting
- Aplikator
- Kotak kelinci
- Stop watch

2. Metode Kerja

1) Siapkan mencit. Sebelum pemberian obat, cek ada/ tidaknya respon Haffner
pada menit ke-0.
2) Hitung dosis dan volume pemberian obat dengan tepat untuk masing-masing
mencit.
3) Mencit pertama disuntik dengan larutan prokain HCl secara IV.
4) Mencit kedua disuntik dengan larutan lidokain HCl secara IV.
5) Mencit ketiga disuntik dengan larutan NaCl 0,9%.
6) Cek ada/ tidaknya respon Haffner (ekor mencit dijepit lalu terjadi respon
angkat ekor/mencit bersuara) pada menit ke-10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Anestesi Lokal Metode Permukaan

Ada atau tidaknya respon reflex


Percoba
Bahan Obat okuler (Menit ke-)
an
0 5 10 15 20 30 45 50
Anestesi Mata Lidokain HCl + + - - - - + +
lokal kelinci 2%
metode kanan
permuka Mata Lidokain HCl + + - - - - + +
an kelinci kiri 2%

2. Anestesi Lokal Metode Regnier

Jumlah sentuhan yang memberi respon


Percoba reflex okuler
Bahan Obat
an (Menit ke-)
0 8 15 20 25 30 40 50 60
Mata Lidokain 1 100 100 100 10 50 1 1 1
Anestesi
kelinci HCl 2% 0
lokal
kanan
metode
Mata Lidokain 1 100 100 100 10 50 1 1 1
regnier
kelinci kiri HCl 2% 0
3. Anestesi Lokal Metode Infiltrasi
Ada atau tidaknya getaran otot punggung
kelinci sebanyak 6 kali dengan
Percoba
Bahan Obat menggunakan peniti
an
(Menit ke-)
0 15 20 25 30 35 40 45 60
Punggung Lidokain + + - - - - - - - -
Anestesi
kelinci Adrenalin
lokal
kanan
metode
Punggung Lidokain + + - - - - - - +
infiltrasi
kelinci kiri

4. Anestesi Lokal Metode Konduksi

Ada atau tidaknya respon


Percoba haffner
Bahan Obat
an (Menit ke-)
0 10 15 20 25 30
Anestesi Lidokain + - - - - -
lokal metode Mencit NaCl + + + + + +
konduksi 0,9%
Catatan : obat yang digunakan dalam praktikum ini hanya
lidokain (metode 1-4) dan adrenalin (metode 3)
B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan uji anastesi local, telah diketahui bahwa anastesi
local berfungsi menghambat konduksi saraf apabila dikenakan secara local pada jaringan
saraf dengan kadar yang cukup. Dalam percobaan anastesi local ini terdapat 4 metode yaitu
motode permukaan, metode regnier, metode infiltrasi dan metode konduksi. Obat anastesi
local yang digunakan dalam percobaan ini adalah golongan PABA yaitu prokain dan
lidokain.

Pada percobaan anestesi lokal metode permukaan digunakan hewan coba kelinci
dengan berat badan ± 1,5 kg dengan menggunakan obat tetes mata lidokain HCl 2%.
Pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan kelinci dan menggunting bulu mata kelinci agar
tidak mengganggu aplikator. Saat sebelum pemberian obat yaitu pada menit ke 0
didapatkan hasil positif yaitu timbul efek respon reflek ocular mata (mata berkedip) yang
pada saat awal obat diberikan belum menimbulkan efek anestesi , dilakukan dengan
menggunakan aplikator pada kornea mata secara tegak lurus. Setelah itu dilakukan
penetesan obat lidokain ke mata kanan dan kiri sebanyak 1-2 tetes dan masing-masing
kelopak mata ditutup selama 1 menit. Setelah itu diamati dan didapatkan tabel hasil
pengamatan bahwa kedua mata pada menit ke 5 menimbulkan efek positif artinya ada
respon reflek ocular mata (mata berkedip) / efek anestesi belum terjadi, kemudian pada
menit ke 10 didapatkan hasil negative artinya tidak memberikan respon reflek ocular mata
(mata berkedip) artinya efek anestesi sudah terjadi, pada menit ke 15 didapatkan hasil
negative tidak memberikan respon reflek ocular mata (mata berkedip), pada menit ke 20
didapatkan hasil negative tidak memberikan respon reflek ocular mata (mata berkedip),
pada menit ke 30 didapatkan hasil negative tidak memberikan respon reflek ocular mata
(mata berkedip), pada menit ke 45 menimbulkan respon positif yaitu reflek ocular mata
(mata berkedip), dan pada menit ke 50 menimbulkan respon positif reflek ocular mata
(mata berkedip). Setelah percobaan selesai diberikan larutan fisiologis NaCl 0,9% agar
kedua mata kelinci kembali steril, Karena NaCl ini digunakan merupakan larutan steril
untuk injeksi intravena. Dan dapat disimpulkan juga bahwa efek anestesi permukaan ini
terjadi pada menit ke 10 hingga 30, dan pada menit ke 45 hingga 50 efek anestesi sudah
hilang.
Pada metode anastesi local metode regnier langkah-langkahnya mirip seperti
metode permukaan tetapi respon refleks ocular mata (mata berkedip) menggunakan
aplikator pada kornea mata dicek pada menit ke-8, 15, 20, 25, 30, 40, 50, 60. Menit ke-0
hasilnya masih negative/ tidak menunjukkan efek anastesi local, kemudian hasil
pengamatannya menunjukkan urutan; ; 100, 100, 100, 100, 50, 1, 1 dan 1 Dari hasil tersebut
terlihat bahwa dari menit ke-8 sampai menit ke-25 efeknya positif yang menandakan
adanya reflex ocular mata kelinci saat disentuh dengan aplikator dan pada menit ke 50-60
efeknya menunjukkan hasil negative lagi, hal itu dikarenakan hilangnya efek anastesi.
Berdasarkan literature bahwa percobaan anestesi local regnier pada mata normal apabila
disentuh pada kornea akan memberikan respon refleks ocular. Jika ditesteskan anestetika
local, respon ocular timbul setelah beberapa kali kornea disentuh sebanding dengan
kekuatan kerja anestetika dan besaran sentuhan yang diberikan. Anestetika local
mengurangi atau menghilangkan sensasi dengan beberapa cara. Misalnya dengan
menghindarkan sementara pembentukan transmisi impuls melalui saraf ujungnya. Pusat
mekanisme kerjanya di membrane sel menghambat penerusan impus dengan jalan
menurunkan permeabilitas membrane sel untuk ion natrium.

Pada pemberian lidokain, reflex berkedip pada mata kelinci lebih lama. Hal ini
karena potensi lidokain terhadap anestesi lokal lebih besar karena lidokain merupakan
anestesi golongan amida yang mempunyai masa kerja yang lebih panjang yang berkaitan
dengan onset dan durasi kerja yang pendek. Sesuai prinsipnya bahwa anestesi lokal dapat
dikatakan tercapai jika reflex okuler tidak terjadi sampai penyentuhan 100 kali paxda
kornea kelinci uji. Pada pengujian dengan metode infiltrasi dengan cara menggunting bulu
pungung kelinci dan cukur hingga bersih kulitnya kemudian dicek ada tidaknya getaran
otot punggung kelinci denggan menggunakan peniti sebanyak enam kali sentuhan pada
daerah penyuntikan pada menit ke 0. Kemudian suntikan larutan lidokain HCl 1% 0,2 ml
dalam adrenalin dan larutan Lidokain HCl 1% 0,2 ml, keduanya disuntikkan secara SC
(Subcutan) selanjutnya tunggu efek pada menit ke 15,20,25,30,35,40,45,60 Pada punggung
kanan kelinci yang diberikan lidokain + adrenalin setelah disentuh 6 kali menggunakan
peniti efek anastesi mulai muncul pada menit ke 15 sampai menit 60, sedangkan pada
punggung kiri kelinci yang hanya diberi lidokain efeknya baru muncul pada menit ke 20
sampai menit 45. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa lidokain + adrenalin
mempunyai efek mula kerja obat lebih cepat dibandingkan lidokain dan durasi kerja obat
lidokain + adrenalin juga lebih lama dibandingkan durasi kerja obat lidokain. Hal ini sesuai
dengan literature yang menyebutkan bahwa apabila lidokain ditambah adrenalin, maka
waktu yang diperlukan efek hilang dari tempat suntikan 4 jam. Lidokain + adrenalin
mempunyai afinitas tinggi pada jaringan lemak, detoksifikasi terjadi di hati secara destilasi
dan pemecahan ikatan amida. Daya penetrasainya sangat baik, mula kerjanya lebih cepat
dari prokain dan lama kerjanya 2 kali lebih lama dari prokain. Penelitian lain menyebutkan
bahwa anastesi local lidokain HCl dengan adrenalin memiliki onset yang lebih besar
dibandingkan dengan anastesi local lidokain HCl karena efek vascular dari adrenalin
terutama pada arteriol dan stingter prakapiler, sehingga daerah pembedahan menjadi kering
dan anastesi bertahan cukup lama.

Semua larutan anastesi local menyebabkan vasodilatasi setempat. Vasodilatasi


tersebut memberi kerugian, yaitu pendarahan dan larutan anastesi local terlalu cepat diserap.
Oleh karena itu biasanya larutan anastetik ditambah vasokonstriktor (Adrenalin). Maanfaat
lain dari penambahan adrenalin juga dapat menambah pengontrolan rasa sakit dan lamanya
masa baal, dimana kemungkinan keracunan anastetik local berkurang. Pada percobaan
anestesi lokal metode konduksi digunakan hewan coba mencit putih jantan berjumlah 3
ekor dengan berat tubuh 20-30 g menggunakan larutan lidokain HCl dan NaCl 0,9% secara
Intra vena. Pertama disiapkan mencitnya terlebih dahulu. Sebelum pemberian obat cek ada
atau tidaknya respon Haffer pada menit ke 0. Respon Haffner adalah refleks mencit yang
apabila ekornya dijepit, maka terjadi respon angkat ekor mencit bersuara. Hitung dosis dan
volume pemberian obat . dihitung volume dosis lidokain yang akan diinjeksikan pada mencit
pertama sebanyak 0,5 ml, diinjeksikan melalui rute Intravena (IV) dan mencit kedua
sebanyak 0,5 ml NaCl diambil kemudian diinjeksikan secara IV kepada mencit dengan BB
25 gram, 0,5 ml merupakan volume maksimal pemberian terhadap mencit melalui rute
Intravena. Berdasarkan tabel pengamatan pada menit ke 0 terjadi respon Haffner
menggunakan lidokain dan NaCl 0,9%, kemudian menggunakan obat lidokain pada menit
ke 10,15,20,25,dan 30 tidak terjadi respon Haffner artinya efek anestesi sudah bekerja.
Menggunakan obat NaCl 0,9% pada menit ke 10,15,20,25, dan 30 terjadi respon Haffner
yang artinya tidak menimbulkan efek anestesi , hal tersebut dikarenakan NaCl bukan
merupakan obat anastesi, NaCl berfungsi sebagai pembanding dan control serta merupakan
larutan steril untuk injeksi intravena.
Obat anestesi lokal bekerja pada reseptor spesifik pada saluran natrium (Sodium
channel), mencegah peningkatan permeabilitas sel saraf terhadap natrium dan kalium.
sehingga terjadi depolarisasi pada selaput saraf dan hasilnya tidak terjadi konduksi saraf.
Potensi kerja obat anestesi lokal dipengaruhi oleh kelarutan dalam lemak. makin larut makin
poten. Ikatan dengan protein (protein binding) mempengaruh. lama kerja dan konstanta
dissosiasi (pKa) mcnentukan awal kerja.Sebagai anastesi local Lidokain menstabilkan
membrane saraf dengan cara mencegah depolarisasi pada membrane saraf melalui
penghambatan masuknya ion Natrium, Obat anastesi lokal mencegah transmisi impuls saraf
(blockade konduksi) dengan menghabat perjalanan ion natrium melalui salura ion selektif
Na+ dalam membran saraf. Saluran Na sndiri merupakan reseptor spesifik untuk molekul
anastesi lokal. Kemacetan pembukaan saluran Na oleh molekul anastesi lokal sedikit
memperbesar hambatan keseluruh permeabilitas Na. Kegagalan saluran ion terhadap Na
memperhambat peningkatan kecepatan depolarisasi sehingga ambang potensial tidak dicapai
dan dengan demikian potensial aksi tidak disebarkan.
BAB V

KESIMPULAN

Pada praktikum kali ini dilakukan 4 percobaan yaitu anestesi lokal metode permukaan,
anestesi lokal metode regnier, anestesi lokal metode infiltrasi, anestesi lokal metode konduksi.
Dapat disimpukan dari semua metode yang sudah dilakukan bahwa lidokain ini memiliki refek
anestesi yang cepat, namun apabila lidokain + adrenalin efeknya jauh lebih cepat dan waktunya
jauh lebih lama dan hal ini sesuai dengan literature yang menyebutkan bahwa apabila lidokain
ditambah adrenalin, maka waktu yang diperlukan efek hilang dari tempat suntikan 4 jam.

Anestesi lokal adalah obat yang disuntikkan pada jaringan agar mati rasa. Anestesi lokal
menghentikan kerja saraf untuk sementara sehingga tidak merasakan sakit. Bentuk paling
sederhana dari anestesi lokal adalah dengan menyuntikkan anestesi hanya pada bagian di mana
operasi akan dilakukan. Dapat juga dilakukan pada seluruh saraf pada lengan atau kaki (nerve
block). Obat ini bekerja pada tiap bagian susunan syaraf.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Refdanita, Putu R.V, dkk. 2018. Petunjuk dan Paket Materi Praktikum Farmakologi.
Jakarta: Institut Sains dan Teknologi Nasional.

Tjay, H.T.,dan Rahardja K., 2007 , Obat- Obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek- Efek
Sampingnya, edisi IV . Dit. Jen. POM, Dep. Kes. RI, Jakarta.
Latief, Said A. dkk., 2007, Petunjuk Praktis Anestesiologi, FKUI: Jakarta
Mutschler, 1986, Dinamika Obat, diterjemahkan oleh Widianto, M.B dan Ranti, E.S., edisi V,
Penerbit ITB, Bandung.

Ganiswarna .S,. 1995. Farmakologi dan Terapi, Edisi IV. Jakarta : Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai