Dosen Pengempu :
1. Ainun wulandari, M.SE. Apt
2. Rika veriyanti, M Farm – Klin,Apt
3. Teodhora, M.Farm, Apt
Disusun Oleh :
Muhammad Haafizh Majidiansyah (18330004)
BAB I
PENDAHULUAN
2. Memahami faktor yang melandasi perbedaan dalam sifat dan potensi kerja anastetika
local.
BAB III
Metodologi Praktikum
3.1. Alat, Bahan dan Prosedur
1. Anastesi Lokal Metode Permukaan
Hewan coba : Kelinci (jumlah 1 ekor), bobot tubuh ±1,5 kg
Obat : - Tetes mata prokain HCl 2% sebanyak 1-2 tetes
- Tetes mata lidokain HCl 2% sebanyak 1-2 tetes
Alat : Gunting, aplikator, kotak kelinci, stop watch
Prosedur:
1. Siapkan kelinci. Gunting bulu mata kelinci agar tidak mengganggu aplikator.
2. Sebelum pemberian obat, cek ada/ tidaknya respon refleks ocular mata (mata berkedip)
dengan menggunakan aplikator pada kornea mata secara tegak lurus pada menit ke-0.
CATATAN: Jangan terlalu keras menggunakan aplikator dan ritme harus diatur.
3. Teteskan ke dalam kantong konjungtiva kelinci:
a. Mata kanan : tetes mata prokain HCL 2% sebanyak 1-2 tetes
b. Mata kiri : tetes mata lidokain HCl 2% sebanyak 1-2 tetes
4. Tutup masing-masing kelopak mata kelinci selama satu menit.
5. Cek ada/ tidaknya respon refleks ocular mata (mata berkedip) dengan menggunakan
aplikator pada kornea mata secara tegak lurus pada menit ke-5, 10, 15, 20, 30, 45, 60.
6. Catat dan tabelkan pengamatan.
7. Setelah percobaan di atas selesai, teteskan larutan fisiologis NaCl 0,9% pada kedua mata
kelinci.
Prosedur:
1. Siapkan kelinci. Gunting bulu mata kelinci agar tidak mengganggu aplikator.
2. Sebelum pemberian obat, cek ada/ tidaknya respon refleks ocular mata (mata berkedip)
dengan menggunakan aplikator pada kornea mata secara tegak lurus pada menit ke-0.
CATATAN: Jangan terlalu keras menggunakan aplikator dan ritme harus diatur.
3. Teteskan ke dalam kantong konjungtiva kelinci:
a. Mata kanan : tetes mata prokain HCl 2% sebanyak 1-2 tetes
b. Mata kiri : tetes mata lidokain HCl 2% sebanyak 1-2 tetes
4. Tutup kelopak mata kelinci selama satu menit.
5. Cek ada/ tidaknya respon refleks ocular mata (mata berkedip) dengan menggunakan
aplikator pada kornea mata secara tegak lurus pada menit ke-8, 15, 20, 25, 30, 40, 50, 60.
6. Ketentuan metode Regnier:
a. Pada menit ke-8:
- Jika pemberian aplikator sampai 100 kali tidak ada respon refleks okuler maka dicatat
angka 100 sebagai respon negative.
- Jika pemberian aplikator sebelum 100 kali terdapat respon refleks okuler maka dicatat
angka terakhir saat memberikan respon sebagai respon negative.
b. Pada menit ke-15, 20, 25, 30, 40, 50, 60:
- Jika pemberian aplikator pada sentuhan pertama terdapat respon refleks okuler maka
dicatat angka 1 sebagai respon negative dan menit-menit yang tersisa juga diberi angka 1.
c. Jumlah respon refleks okuler negative dimulai dari menit ke-8 hingga menit ke-60. Jumlah
ini menunjukkan angka Regnier dimana efek anastetika local dicapai pada angka Regnier
minimal 13 dan maksimal 800.
7. Setelah percobaan di atas selesai, teteskan larutan fisiologis NaCl 0,9% pada mata kanan
dan kiri kelinci.
8. Catat dan tabelkan pengamatan.
Ada/tidak respon refleks okuler
Percobaan Bahan Obat (menit ke-)
0 5 10 15 20 30 45 60
Mata kanan Prokain HCl
Anastesi local metode kelinci 2%
permukaan Mata kiri Lidokain
kelinci HCl 2%
0 10 15 20 25 30
Prokain HCl
2%
Anastesi local Lidokain HCl
Mencit
metode konduksi 2%
Larutan NaCl
0,9%
Respon Haffner adalah refleks mencit yang apabila ekornya dijepit, maka terjadi respon angkat ekor/
mencit bersuara.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Berikut adalah tabel hasil pengamatan pada masing-masing metode:
1. Anastesi Lokal Metode Permukaan
4.2 Pembahasan
Anaesthesia adalah cara menghilangkan sensasi atau kontrol terhadap tubuh. Biasa
digunakan untuk mendeskribsikan proses reversible yang membiarkan prosedur operasi atau
juga terapi yang akan menyebabkan rasa nyeri hebat untuk dilakukan tanpa pasien merasa
stres maupun tidak nyaman. Teknik anestesi pada umum dapat dilakukan dengan anestesi
inhalasi, anestesi intravena, ataupun kombinasi kedua antara teknik – teknik tersebut. Saat
memilih teknik dan obat yang akan digunakan dalam pengobatan anestesi umum, perlu
adanya dipertimbangkan banyak hal, antara lain adalah keamanan dan kemudahan unutk
mendapatkan tindakan tersebut, kecepatan menerimaan dan pemulihan tubuh, stabilitas
hemodinamik, efek samping yang akan ditimbulkan, serta biaya yang diperlukan selama
melakukan teknik tersebut.
1) Anastesi Lokal Metode Permukaan
Pada percobaan kali ini adalah anastesi lokal metode permukaan kepada kelinci. Bahan
obat yang digunakan lidocain Hcl 2% sampai 2 tetes dan diteteskan ke mata kanan kelinci
dan kiri kelinci , disaat pertama kali meneteskan terdapat respon di menit ke -0 , dimenit ke-5
ada respon juga dengan adanya kedipan dimata kanan dan kiri , selanjutnya dari menit ke-10
sampai menit ke-30 tidak ada respon kedipan , pada menit ke-45 terjadi respon kedipan
sampai menit ke-60 , disimpulkan bahwa lidocain hcl di sebut asam dan memberikan rasa
kering terhadap mata kelinci.
Pada percobaan kali ini saya mengunakan metode uji anastesi lokal metode reginer
dengan bahan lidocain HCL 2% sebanyak 1 – 2 tetes pada mata kelinci ,percobaan dimulai
melalui mata kanan kelinci pada menit ke-0 meberikan rspin 1x kedipan , dilanjutkan denagn
menit ke-8 dengan 10 kali kedipan , lalu dimenit ke-15 semakin naik dengan 50x kedipan
mata , dimenit ke-20 sampai menit ke-25 menjadi 100x , dimenit ke-30 turun menjadi 50x
kedipan mata,dimenit ke-40 menjadi 10x kedipan ,lalu dari menit ke-50 hanya 1 kali berkedip
dan pada menit ke-60 hanya 1x kedipan mata. Dilakukan pada mata sebelah kiri pada kelinci
menghasilkan hasil yang sama pula . disimpulkan bahwa di menit ke-0 diteteskan lidocain
HCL 2% sampai ke menit ke-20 mengalami kenaikan respon kedipan sedangkan dari menit
ke-25 sampai menit ke-60 mengalami penurunan respon kedipan mata dengan jumlah respon
kedipan mata nya itu 323x respon kedipan mata , disetiap mata kanan dan kiri kelinci.
Pada praktikum kali ini saya mengunakan uji anastesi lokal dengan metode inflitasi yang
mengunakan bahan obat lidocain dicampulkan dengan adrenalin dan lidocain saja , dan diuji
cobakan apda kelinci yang lebih sefesifik adalah punggung kelinci. Pada percobaan pertama
kali saya mengunakan lidocain dengan dicampurkan dengan adrenalin yang di suntikan di
punggung kanan kelinci dengan diukur oleh 6x getaran otot punggung kelinci dengan peniti,
pada menit ke-0 kelinci terdapan getaran pada punggung kelinci menimbulkan efek anastesi ,
tetapi di menit ke 15 sampai menit ke-60 tidak ada getaran otot pada kelinci, sedangakan
dipercibaan selanjutnya saya suntikan lidocain saja dipunggung kiri kelinci dan pada menit
ke-0 menimbulkan getaran di area otot punggung kiri kelinci , sampai di menit ke-15 masih
menimbulkan getaran pada punggung kelinci tetapi dari menit ke-20 sampai menit ke-45
tidak ada getaran yang muncul di otot punggung kelinci ,tetapi di menit ke-60 terjadi getaran
pada otot punggung kembali , disimpulkan bahwa pada pemberian lidocain + adrenalin
terjadi efek mulai dari awal penyuntikan sampai melewati masa pengujian ,teapi di
pemberian lidocain pada menit ke-0 sampai menit ke-15 menampakan efek anastesinya
berlaku sampai menit ke-45 sampai kelinci menjadi emmbaik di menit ke-60 menjadikan efek
anastesinya hilang dan kelinci menjadi normal.
4) Anastesi lokal metode konduksi
Pada praktikum kali ini saya akan menguji anastesi lokal dengan metode konduksi pada
mencit dan bahan obat yang dipergunakan adalah lidocain dan NaCl 0,9% , pada praktikum
kali ini akan di sediakan dua mencit :
Pada percobaan pertama kita menyuntikan lidocain ke mencit yag disuntikan di dareah
dekat ekor untuk melihat respon haffter pada mencit. Pada mencit ke-1 disuntikan dimenit ke-
0 mencit mengeluarkan respon haffter yang dipastikan memulai berefek anastesi didalam
ekor mencit sampai di menit ke-30 tidak ada respon kembali
Pada percobaan kedua saya menyuntikan NaCl 0,9% ke mencit untuk melihat ada respon
haffner pada mencit. Pada mencit ke-2 pada menit ke-0 mencit mengalami haffner sampai
menir ke 30 terus terjadi respon haffner pada mencit .
Disimpulkan bahwa mencit yang disuntikan lidocain pada menit ke-0 langsung terjadi
efek anatesi pada mencit tetapi di NaCl 0,9% tidak mengalami efek anastesi pada menit
kareana kegunakan NaCl 0,9% bukanlah untuk anastesi tetapi untuk pengobatan dehiderasi
hidro isotonik ekstraseluler sedangkan lidocain di memang digunkan unutk anastesi local
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Anestesi lokal adalah obat yang menghambat konduksi saraf apabila dikenakan
secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar ataupun dosis yang cukup.
- Lidocain yang digunkaan pada praktikum kali ini dapat dibuktikan bahwa obat
anestesi yang bekerja dengan mencegah transimisi impuls saraf dengan menghambat
pengiriman ion membran selektif pada membran saraf kanal anestesi.
- Lidocain yang dipergunakan dalam praktikum kali ini yang dberikan kepada mencit
maupun kelinci akan memberikan respon onkeur atau kedipan , respon getaran diaoto
punggung maupun respon haffner
DAFTAR PUSTAKA
Marcovitch, H., 2005., Blacks Medical dictionary 21 edition., A & C Black, London.
Welsh, L., 2009., Anaesthesia for Veterinary Nurses Second edition. Wiley
blackwell., Singapore.
Ernerst, Mutschler. 1991. Dinamika Obat edisi kelima. Bandung. ITB.
Ganiswara, S. 1995. Farmakologi dan Terapi. FK UI : Jakarta
Katzung G,B. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika : Jakarta
Tim Penerjemah EGC. Anestesi. Dalam: Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC 1996; 96.
Petres J, Rompel R, Robins P. Anesthesia. Dalam: Dermatologic Surgery: Textbook
and Atlas. New York: Springer 1996; A(3): 17-23.
Buku Panduan Praktikum Farmakologi ISTN