Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum Hari, tanggal : Rabu, 12 Februari 2020

Farmakologi II Dosen : Dr. Drh. Andi Aulia Mustika, MSi.

ANAESTHESI LOKAL

KELOMPOK 7

Arief Eka Prawida B04170061


Annisa Maulidya W. B04170066
Fitria Nurmustari B04170075
Joan Elviyanti B04170084
Danny Bagus W. B04170088
Aisyah Nurfitria A. B04170097

DIVISI FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI


DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN FARMAKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN, IPB UNIVERSITY
BOGOR
2020
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN…………………………………………………………………1
1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………… 1
1.2 TUJUAN………………………………………………………………... .1
METODE………………………………………………………………………….2
2.1 ALAT DAN BAHAN…………………………………………………….2
2.2 CARA KERJA……………………………………………………………2
HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………………2
SIMPULAN………………………………………………………………...…… .4
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………...………………...5
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anestesi secara umum berarti upaya yang dilakukan untuk menghilangkan
rasa sakit pada tubuh selama pembedahan dan prosedur lainya yang bisa
menimbulkan rasa sakit. Anestesi dibuat dalam berbagai macam sediaan dan cara
kerja, namun secara umum anestesi menjadi tiga golongan yaitu anestesi umum,
regional dan lokal. Anestesi lokal adalah suatu upaya untuk menghilangkan
berbagai macam sensasi seperti rasa nyeri untuk sementara waktu yang terjadi pada
beberapa bagian tubuh tanpa diikuti dengan hilangnya kesadaran. Bahan
anestetikum lokal yang digunakan dengan kadar yang cukup dapat menghambat
penghantaran impuls ke ujung saraf bebas dengan menghasilkan blokade gerbang
sodium yang akan menurunkan sensasi rasa sakit pada sebagian tubuh tanpa
merusak serabut atau sel saraf dan bersifat reversibel. Anestesi lokal bersifat ringan
dan hanya digunakan untuk tindakan yang memerlukan waktu singkat, karena efek
yang diberikan bahan anestetikum lokal hanya dapat bertahan selama kurun waktu
sekitar 30 menit setelah diinjeksikan (Sasongko 2017).
Bahan anestesi lokal terbagi atas dua golongan yaitu ester dan amida. Jenis
bahan anestesi yang termasuk dalam golongan ester diantaranya yaitu kokain,
prokain, 2-kloroprokain, tetrakain dan benzokain sedangkan yang termasuk dalam
golongan amida diantaranya yaitu lidokain, mepivakain, bupivakain, prilokain,
etidokain dan artikain (Ikhsan et al. 2013). Anestetikum lokal sebaiknya tidak
mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen, harus efektif dengan
pemberian secara injeksi atau penggunaan setempat pada membran mukosa dan
memiliki toksisitas sistemik yang rendah. Mula kerja bahan anestetikum lokal harus
sesingkat mungkin, sedangkan masa kerja harus cukup lama sehingga operator
memiliki waktu yang cukup untuk melakukan tindakan operasi, tetapi tidak
demikian lama sampai memperpanjang masa pemulihan. Zat anestesi lokal juga
harus larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, serta tahan pemanasan
bila disterilkan tanpa mengalami perubahan (Sasongko 2017).
Anestesi lokal dibedakan berdasarkan potensi dan lama kerjanya menjadi 3
group. Group I meliputi prokain dan kloroprokain yang memiliki potensi lemah
dengan lama kerja singkat. Group II meliputi lidokain, mepivakain dan prilokain
yang memiliki potensi dan lama kerja sedang. Group III meliputi tetrakain,
bupivakain dan etidokain yang memiliki potensi kuat dengan lama kerja panjang.
Anestesi lokal juga dibedakan berdasar pada mula kerjanya. Kloroprokain,
lidokain, mepevakain, prilokain dan etidokain memiliki mula kerja yang relatif
cepat. Bupivakain memiliki mula kerja sedang, sedangkan prokain dan tetrakain
bermula kerja lambat (Samodro et al. 2017).

1.2 Tujuan
Praktikum bertujuan mengetahui cara aplikasi obat khususnya anestesi
perinjeksi serta mampu mengenali tanda-tanda onset dan durasi obat yang bekerja
sebagai anestetik lokal.
METODE
2.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah syringe 1 cc, kain lap, kapas, spidol dan silet.
Bahan yang digunakan adalah lidokain, prokain, bupivakain, alkohol 70%,
campuran epinephrine dengan prokain, dan hewan tikus.

2.2 Cara Kerja


Bobot tikus ditimbang dan dicatat. Kapas ber-alkohol disiapkan. Rambut
pada punggung tikus dibasahi dengan kapas ber-alkohol dan dicukur dengan silet
sampai kulit terlihat. Sediaan anestesi lokal disiapkan pada syringe masing-masing
0,5 ml. Tikus dihandle menggunakan kain lap. Kapas ber-alkohol diusap pada
bagian kulit tikus yang ingin diinjeksi. Anestesi diinjeksi pada ke-4 titik berbeda
yang masing-masing berjarak dan ditandai dengan spidol. Masing-masing obat
diinjeksikan secara intracutan sebanyak 0,05 ml dengan tanda kulit yang
menggembung berisi cairan. Kemudian bagian yang diinjeksi diamati dengan cara
menusuk bagian kulit. Respon sakit tikus diperhatikan, respon sakit diamati tiap 5
menit sampai obat menunjukkan onset, durasi, dan withdrawal time. Hasil
pengamatan dicatat dalam bentuk tabulasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Perbandingan Anastetik
Menit 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55

Lidokain + + + + + - - - - - - -

Prokain + + + + + - - - + + + +

Prokain + + + + + + - - - - + + +
Epinefrin

Bupivakain + + + + + - - - - - - -

Keterangan : + = ada respon nyeri


- = tidak ada respon nyeri

Hasil praktikum penggunaan obat anestesi lokal perinjeksi lidokain


menunjukkan onset pada menit ke 25 . Pada menit ke 25 respon rasa nyeri dan
refleks sudah tidak ada. Durasi anestesi bisa dikatakan begitu lama, sebab sampai
akhir pengamatan yaitu pada menit ke 55, pada tikus yang dijadikan sebagai hewan
percobaan terlihat masih tidak ada respon nyeri dan refleks. Menurut Samodra et
al. (2011) Lidokain merupakan obat anestesi lokal kuat yang digunakan secara luas
dengan pemberian topical dan injeksi. Obat ini menimbulkan hambatan hantaran
yang lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih ekstensif dari pada yang
ditimbulkan oleh prokain.
Prokain merupakan obat anestesi lokal yang lazim dipakai untuk golongan
ester. Prokain memiliki mula kerja yang relatif lambat (Brown dan Factor 1996).
Menurut Samodro et al. (2011), prokain selama ini digunakan sebagai tambahan
dalam teknik anestesi umum, karena kemampuannya menurunkan MAC dari
anestesi inhalasi sampai 40%. Prokain bekerja untuk memperpanjang efek obat.
Hasil dari praktikum anestesi perinjeksi dengan penggunaan prokain menunjukkan
onset pada menit ke-25. Hingga menit ke-25, respon rasa nyeri dan refleks menurun
hingga tidak ada. Durasi anestesi berlangsung selama 10 menit. Pada menit ke-40,
respon rasa nyeri dan refleks sudah kembali.
Hasil anastesi perinjeksi dengan penggunaan epinephrine dikombinasikan
bersama procain menunjukkan onset pada menit ke 25. Pada menit ke 25 respon
rasa nyeri dan refleks tidak ditunjukkan. Durasi anastesi hanya terjadi selama 15
menit, pada menit ke 45 respon rasa nyeri dan refleks sudah kembali. Procaine
bekerja untuk memperpanjang efek obat. Penambahan epinefrin pada procain untuk
memperpanjang aksi anestetik lokal (Goodman dan Gilman 2011). Penambahan
epinefrin menyebabkan vasokonstriksi pada tempat pemberian anestesi. Hal ini
menyebabkan penurunan absorpsi dan peningkatan pengambilan neuronal,
sehingga meningkatkan kualitas analgesia, memperpanjang durasi, dan
meminimalkan efek toksik. Efek vasokonstriksi yang digunakan biasanya dari obat
yang memiliki masa kerja pendek. Epinefrin juga dapat meningkatkan kualitas
analgesia dan memperlama kerja lewat aktivitasnya terhadap resptor adrenergik α2
(Ratno et al. 2011).
Hasil dari praktikum anestesi lokal perinjeksi dengan menggunakan
bupivacaine menunjukkan onset pada menit ke 25 . Pada menit ke 25 respon rasa
nyeri dan refleks sudah tidak ada. Durasi anestesi sangat lama. Sampai akhir
pengamatan yaitu pada menit ke 55, masih tidak ada respon nyeri dan refleks.
Bupivakain merupakan anestesi lokal golongan amide. Bupivakain memiliki
potensi kuat dengan lama kerja panjang yaitu 2-4 jam. Bupivakain memiliki mula
kerja sedang yaitu 15 menit (Brown dan Factor 1996).
SIMPULAN

Lidokain, Prokain, Prokain Epinefrin, dan Bupivakain merupakan contoh


obat yang bekerja untuk anasthesi lokal. Penggunaan obat tersebut menyebabkan
hilangnya respon sakit. Bupivakain mempunyai onset yang cepat dan durasi yang
lama. Lidokain mempunyai onset yang cepat dan durasinya lama. Prokain onsetnya
cepat namun durasinya tidak lama. Prokain dikombinasikan dengan Epinefrin
menyebabkan durasi anasthesi lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA

Brown DL, Factor DA. 1996. Regional Anesthesia and Analgesia. Philadelphia
(UK): WB Saunders.
Goodman, Gilman. 2011. Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta (ID): EGC.
Ikhsan M, Mariati NW, Mintjelungan C. 2013. Gambaran penggunaan bahan
anestesi lokal untuk pencabutan gigi tetap oleh dokter gigi di kota Manado.
Jurnal e-GiGi. 1(2): 105-114.
Samodro R, Sutiyono D, Satoto H. 2011. Mekanisme kerja obat anestesi lokal.
Jurnal Anestesiologi Indonesia. 3(1): 48-59.
Sasongko ADF. 2017. Kontaminasi sel darah merah pada sisa bahan anestesi dalam
cartridge pasca injeksi anestesi lokal menggunakan syringe intraligamen
merek Y [Disertasi]. Semarang (ID): Universitas Muhammadiyah
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai