Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fitria Nurmustari

NIM : B04170075
Paralel 2
Tuliskan contoh-contoh obat antasida dan pencahar serta mekanisme kerjanya!
Antasida adalah senyawa yang mempunyai kemampuan untuk menetralkan asam
lambung atau mengikatnya (Depkes RI 2008). Antasida berguna untuk
menghilangkan nyeri akibat asam lambung terlalu banyak di lambung (Gunawan
2016). Mekanisme kerjanya adalah antasida yang merupakan basa lemah bereaksi
dengan asam hidro klorida lambung untuk membentuk garam dan air
(menetralkan lambung) (Katzung 2011). Menurut Tjay dan Rahardja (2007)
Golongan antasida antara lain sebagai berikut:
1) Natrium bikarbonat. Antasida diabsorpsi dalam usus halus sehingga
menyebabkan urin bersifat alkalis. Contoh obat: Natrium bikarbonat tablet
500-1000 mg
2) Aluminium hidroksida. Zat ini berkhasiat adstringens yaitu menciutkan
selaput lender berdasarkan sifat ion alumunium yang membentuk
kompleks dengan protein. Serta dapat menutupi tukak lambung dengan
suatu lapisan pelindung. Contoh obat: Tomaag, Magtral, Corsamaag,
Aludonna, Actal, Waisan, Polysilane
3) Magnesium hidroksida. Contoh obat: Promag, Ticomag, Tomaag,
Farmacro, Mylacid
4) Kombinasi Mg(OH)2, CaCO2, Famotidin. MgO lebih efektif untuk
mengikat asam, tetapi memiliki sifat pencahar sebagai efek sampingnya,
maka zat ini diberikan dalam kombinasi dengan alumunium hidroksida
atau kalsium karbonat yang memiliki sifat sembelit. Contoh obat:
Neosanmag fast dan Promag double action
5) Kompleks magnesium hidrotalsit. Hidrotalsit adalah magnesium
alumunium hidroksikarbonat dengan daya netralisasi tetapi agak lemah.
Zat ini juga bekerja sebagai antipepsin yang dapat mengikat dan
menginaktivasi empedu yang mengalir naik ke dalam lambung akibat
refluks. Setelah kembali di suasana basa dari usus, garam-garam empedu
dibebaskan lagi. Contoh obat: Promag, Talcit, Ultacit
6) Magnesium karbonat. Contoh obat: Alumunium hidroksida dan
Magnesium trisilikat, Antasida DOEN, Decamag, Hufamag, Magasida,
Mylanta, Promag, Stopmag, Waisan.
7) Magnesium trisilikat. Daya netralisasinya cukup baik, juga berkhasiat
adsorben (menyerap zat-zat lain pada permukaanya). Obat ini bereaksi
dengan asam lambung dan membentuk selesium hidroksida yang menutupi
tukak lambung dengan suatu lapisan pelindung yang berbentuk gel.
Laksansia atau pencahar bekerja dengan cara menstimulasi gerakan peristaltik
dinding usus sehingga mempermudah buang air besar (defikasi) dan meredakan
sembelit. Tujuannya adalah untuk menjaga agar tinja (feces) tidak mengeras dan
defikasi menjadi normal (Arif & Sjamsudin 1995). Secara umum, mekanisme
kerja obat pencahar meliputi pengurangan absorpsi air dan elektrolit,
meningkatkan osmolalitas dalam lumen, dan meningkatkan tekanan hidrostatik
dalam usus. Obat pencahar ini mengubah kolon, yang normalnya merupakan
organ tempat terjadinya penyerapan cairan menjadi organ yang mensekresikan air
dan elektrolit (Dipiro et al. 2005).
Obat pencahar dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu:
1) pencahar yang melunakkan feses dalam waktu 1-3 hari, yaitu pencahar
bulk-forming, docusates, dan laktulosa.
2) pencahar yang mampu menghasilkan feses yang lunak atau semi-cair
dalam waktu 6-12 jam, yaitu derivat difenilmetan dan derivat antrakuinon.
Contoh obat: bisakodil (nama dagang: Dulcolax) dan fenolptalein.
3) pencahar yang mampu menghasilkan pengeluaran feses yang cair dalam
waktu 1-6 jam, contohnya yaitu saline cathartics, minyak castor, dan
larutan elektrolit polietilenglikol.

Daftar Pustaka
Arif A, Sjamsudin U. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta:
Universitas Indonesia
Depkes RI. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI). Jakarta: Badan
POM RI
Dipiro JT et al. 2005. Pharmacotherapy Handbook. Edisi VI. New York (USA):
Mc. Graw Hill Company.
Gunawan SG. 2016. Farmakologi dan Terapi. Edisi 6. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI.
Katzung BG. 2011. Farmakologi Dasar & Klinik. Edisi 10. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Tjay, Rahardja K. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.

Anda mungkin juga menyukai