Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum Hari/tanggal : Rabu, 9 September 2020

Toksikologi Veteriner Dosen Pembimbing : Dr. Drh. Andriyanto, MSi


Kelompok Praktikum : Kelompok 1/ Paralel 6

ABSORBSI DAN REABSORBSI

Disusun Oleh

1. Ribka Vania Rusli B04170071


2. Ardhini Rizka Handayani B04170072
3. Rizky Nur Hidayah B04170073
4. Desi Nurpremani Dermawan B04170074
5. Fitria Nurmustari B04170075

DEPARTEMEN ANATOMI, FISIOLOGI, DAN, FARMAKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN...............................................................................................3
1.1 Latar Belakang..............................................................................................3
1.2 Tujuan............................................................................................................3
II. METODE PRAKTIKUM................................................................................3
2.1 Alat dan Bahan..............................................................................................3
2.2 Prosedur Kerja...............................................................................................3
III. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................4
IV. KESIMPULAN................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................6
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan efek dan toksisitas suatu zat meliputi uji toksikokinetik dan
uji toksikodinamik. Uji toksisitas menghasilkan data toksisitas yang dapat
digunakan sebagai dasar penggunaan zat sebagai obat sehingga tidak
menimbulkan efek toksik. Salah satu fungsi uji toksikokinetik adalah untuk
mendapat data absorbsi suatu bahan (Lestari et al. 2017).
Absorpsi adalah pergerakan partikel-partikel obat dari saluran
gastrointestinal ke dalam caira tubuh. Absorpsi obat dipengaruhi oleh aliran
aliran darah, rasa nyeri, stress, kepalaran, makanan, dan pH. Suasana pH di
lambung dapat mempengaruhi kecepatan dan jumlah obat yang diabsorpsi di
lambung dengan mempengaruhi jumlah obat yang ada dalam bentuk terion
dan tidak terion. Penurunan ionisasi meningkatkan absorpsi (Wahab 2000).

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan mengetahui pengaruh pH terhadap banyaknya


obat yang diabsorpsi dan direabsorbsi oleh lambung.

II. METODE PRAKTIKUM


2.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah spuid, papan fiksasi,
selang karet three-way stop cock, kertas saring, corong gelas, alat ukur,
benang, tabung reaksi, rak tabung, tikus, asam salisilat dalam susunan asam
dan bahan yang digunakan terdiri dari ketamine, xylazine, HCl 0.1 N, larutan
NaCl 0.9%, FeCl3 1% dalam HNO3 1 N, dan asam salisilat.

2.2 Prosedur Kerja

1. Tikus dipuasakan selama 24 jam.


2. Tikus dianestesi dengan Xylazine dan Ketamin rute intraperitoneal.
3. Setelah dianestesi, tikus dilentangkan pada papan fiksasi.
4. Rambut tikus digunting agar memudahkan proses preparasi.
5. Kulit di daerah linea alba digunting, di belakang kartilago xipoideus ke
arah belakang kira-kira 3-4 cm. kemudian gunting hingga terlihat isi perut.
6. Lambung dikeluarkan.
7. Esofagus diikat menggunakan benang.
8. Dibuat sayatan di daerah pylorus kemudian dimasukkan pipa gelas/kateter.
9. Pipa diikatkan pada usus agar tidak mudah lepas.
10. Dihubungkan pipa dengan alat suntuk melalui stopcock.
11. Lambung di bersihkan dengan larutan NaCl 0,9%.
12. Setelah itu dimasukkan asam salisilat.
13. Cairan yang berada di lambung tersebut kemudian diambil kembali, lalu
disaring menggunakan kertas saring.
14. Ditambahkan reagen FeCL3
15. Warna yang terbentuk kemudian dibandingkan dengan warna pada deretan
konsentrasi standar asam salisilat pada tabung reaksi.
16. Hitung presentase absorbsi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Obat-obatan yang diberikan secara oral pada umumnya sebagian besar
akan diabsorpsi di usus halus, tapi proses transit di lambung pun memiliki
peran penting dalam absorpsi (Yamashita 2013). Lambung manusia mampu
menyerap obat-obatan yang bersifat asam seperti asam salisilat, aspirin,
thiopental, secobarbital, dan antipirin. Sementara itu, obat-obatan yang
terionisasi larutan asam seperti phenol red, kuinin, efedrin, dan aminopyrin
sulit untuk diserap. Selain itu, obat dengan molekul kecil dan dosis besar
lebih mudah diserap oleh lambung. Ini memungkinkan difusi pasif obat di
lambung (Hogben et al. 1957).

t 0=35 %

t 1=20 %

20−35
%absorpsi= ×100 %
35
%absorpsi=42,9 %

Asam salisilat adalah asam beta-hidroksi dan asam fenol yang ada
secara alami di tumbuhan. Zat ini memiliki aktivitas antiinflamasi dan bekerja
sebagai antibakteri topikal dan bersifat asam sedang (NCBI 2020). Salisilat
menyumbang 1% angka keracunan dan 5,6 kematian karena racun di Amerika
Utara pada tahun 2000 (Litovitz et al. 2001), terutama dalam bentuk salisilat
bersalut enterik, metilsalisilat, dan salisilat berkonsentrasi tinggi lainnya.
Konsumsi metilsalisilat dapat membunuh balita (Hoffman et al. 2002).
Gambar 1. Formasi kompleks ungu asam salisilat-FeCl3 (Campanile et al. 2016)

FeCl3 sering digunakan sebagai indikator kualitatif dalam deteksi


salisilat di urin pada kasus keracunan salisilat. Jika bertemu salisilat, molekul
Fe dari FeCl3 yang terdisosiasi berikatan dengan salisilat dan menghasilkan
kompleks Fe-salisilat dengan warna ungu yang khas (Hoffman et al. 2002).
Semakin pekat warna ungu yang muncul, semakin besar konsentrasi salisilat
dalam larutan. Pada praktikum, teramati bahwa konsentrasi salisilat dalam
suasana asam di lambung berkurang dari yang semula 35% menjadi 20%
setelah satu jam. Berkurangnya konsentrasi salisilat ini menunjukkan bahwa
telah terjadi penyerapan oleh mukosa lambung sebesar 42,9%. Angka ini
mendekati hasil yang ditemukan oleh Yamashita et al. (2013), di mana sekitar
40% asam salisilat diserap di lambung sebelum lambung dikosongkan
menuju usus halus. Meskipun dalam praktikum tidak ditunjukkan prosedur
serupa dalam suasana basa, diperkirakan absorpsinya akan lebih rendah
karena pH lambung yang tinggi dapat menghambat penyerapan obat (Mitra
dan Kesisoglu 2013).

IV. KESIMPULAN
pH berpengaruh terhadap banyaknya obat yang diabsorpsi oleh lambung.
Pada pH lambung yang asam, obat yang bersifat asam seperti salisilat akan
lebih mudah diabsorpsi. Sedangkan dalam suasana basa, diperkirakan
absorpsinya akan lebih rendah karena pH lambung yang tinggi dapat
menghambat penyerapan obat.
DAFTAR PUSTAKA

[NCBI] National Center for Biotechnology Information. 2020. PubChem


Compound Summary for CID 338, Salicylic acid. Diakses 16 Sept 2020
dari https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Salicylic-acid.
Campanile A, Morral K, Aljammal MK, Felix OK, Elena T, Shabbir M, Beadham
IG, Morral-Cardoner J. 2016. Development of a versatile laboratory
experiment to teach the metabolic transformation of hydrolysis. British
Journal of Pharmacy. 1 (1): 106-114.
Hoffman RJ, Nelson LS, Hoffman RS. 2002. Use of Ferric Chloride to Identify
Salicylate Containing Poisons. Clin Toxicol. 40(5): 547-549.
Lestari B, Soeharto S, Nurdiana, Permatasari N, Kalsum U, Khotimah H,
Nugrahenny D, Mayangsari E. 2017. Buku Ajar Farmakologi Dasar.
Malang (ID): UB Press
Litovitz, T.L.; KleinSchwartz, W.; White, S.; et al. Annual Report of the
American Association of Poison Control Centers Toxic Exposure
Surveillance System. Am. J. Emerg. Med. 2001, 19 (5).
Mitra A, Kesisoglou F. 2013. Impaired drug absorption due to high stomach pH:
A review of strategies for mitigation of such effect to enable
pharmaceutical product development. Molecular Pharmaceutics. 10(11):
3970-3979.
Wahab AS, editor. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. 1. E/15. Terjemahan
dari: Nelson Textbook of Pediatrics. 15/E. Jakarta (ID): Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Yamashita S, Kataoka M, Higashino H, Sakuma S, Sakamoto T, Uchimaru H,
Tsukikawa H, Shiramoto M, Uchiyama H, Tachiki H, et al. 2013.
Measurement of Drug Concentration in the Stomach After Intragastric
Administration of Drug Solution to Healthy Volunteers: Analysis of
Intragastric Fluid Dynamics and Drug Absorption. Pharm Res. 30: 951-
958.

Anda mungkin juga menyukai