Disusun Oleh
I. PENDAHULUAN...............................................................................................3
1.1 Latar Belakang..............................................................................................3
1.2 Tujuan............................................................................................................3
II. METODE PRAKTIKUM................................................................................3
2.1 Alat dan Bahan..............................................................................................3
2.2 Prosedur Kerja...............................................................................................3
III. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................4
IV. KESIMPULAN................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................6
I. PENDAHULUAN
Pemeriksaan efek dan toksisitas suatu zat meliputi uji toksikokinetik dan
uji toksikodinamik. Uji toksisitas menghasilkan data toksisitas yang dapat
digunakan sebagai dasar penggunaan zat sebagai obat sehingga tidak
menimbulkan efek toksik. Salah satu fungsi uji toksikokinetik adalah untuk
mendapat data absorbsi suatu bahan (Lestari et al. 2017).
Absorpsi adalah pergerakan partikel-partikel obat dari saluran
gastrointestinal ke dalam caira tubuh. Absorpsi obat dipengaruhi oleh aliran
aliran darah, rasa nyeri, stress, kepalaran, makanan, dan pH. Suasana pH di
lambung dapat mempengaruhi kecepatan dan jumlah obat yang diabsorpsi di
lambung dengan mempengaruhi jumlah obat yang ada dalam bentuk terion
dan tidak terion. Penurunan ionisasi meningkatkan absorpsi (Wahab 2000).
1.2 Tujuan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah spuid, papan fiksasi,
selang karet three-way stop cock, kertas saring, corong gelas, alat ukur,
benang, tabung reaksi, rak tabung, tikus, asam salisilat dalam susunan asam
dan bahan yang digunakan terdiri dari ketamine, xylazine, HCl 0.1 N, larutan
NaCl 0.9%, FeCl3 1% dalam HNO3 1 N, dan asam salisilat.
t 0=35 %
t 1=20 %
20−35
%absorpsi= ×100 %
35
%absorpsi=42,9 %
Asam salisilat adalah asam beta-hidroksi dan asam fenol yang ada
secara alami di tumbuhan. Zat ini memiliki aktivitas antiinflamasi dan bekerja
sebagai antibakteri topikal dan bersifat asam sedang (NCBI 2020). Salisilat
menyumbang 1% angka keracunan dan 5,6 kematian karena racun di Amerika
Utara pada tahun 2000 (Litovitz et al. 2001), terutama dalam bentuk salisilat
bersalut enterik, metilsalisilat, dan salisilat berkonsentrasi tinggi lainnya.
Konsumsi metilsalisilat dapat membunuh balita (Hoffman et al. 2002).
Gambar 1. Formasi kompleks ungu asam salisilat-FeCl3 (Campanile et al. 2016)
IV. KESIMPULAN
pH berpengaruh terhadap banyaknya obat yang diabsorpsi oleh lambung.
Pada pH lambung yang asam, obat yang bersifat asam seperti salisilat akan
lebih mudah diabsorpsi. Sedangkan dalam suasana basa, diperkirakan
absorpsinya akan lebih rendah karena pH lambung yang tinggi dapat
menghambat penyerapan obat.
DAFTAR PUSTAKA