Anda di halaman 1dari 18

Nama : Fitria Nurmustari

NIM : B04170075

Bahan Diskusi Epidemiologi


Investigasi Outbreak
Skenario I

Ada bukti yang kuat bahwa avian influenza sedang mewabah di peternakan di daerah
anda. Anda terpilih sebagai salah satu anggota tim petugas kesehatan hewan yang
bertugas melakukan investigasi status kesehatan di peternakan nonkemersial (sektor
4) di daerah anda.

Pertanyaan A
1. Berikanlah contoh pemeriksaan/uji yang dapat digunakan untuk mencurigai
adanya kejadian outbreak avian influenza.
Jawab: pemeriksaan/uji yang dapat digunakan untuk mencurigai adanya kejadian
outbreak avian influenza yaitu dengan mengambil sampel secara normal dari
hewan yang terlihat sakit tetapi juga dari hewan yang sehat. Pemeriksaan uji dapat
dilakukan dengan cara diagnosa lapangan untuk menemukan tanda-tanda atau
gejala klinis dan patologi anatomi yang terjadi. Serta harus memperhatikan
kematian ternak yang tiba-tiba mendadak mati dalam waktu kurang dari 24 jam
dengan tingkat kematian harian mencapai 5% dalam kelompoknya selama
beberapa hari.
Sedangkan pemeriksaan/uji laboratorium yang dapat dilakukan untuk memeriksa
kejadian outbreak avian influenza karena hanya laboratorium yang bisa
mengkonfirmasi bahwa itu avian influenza atau bukan, yaitu:
1. Real time PCR: keberadaan virus AI dapat dideteksi dengan reverse
transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR).
2. ELISA
3. Isolasi virus
4. Uji serologik
- Uji HA
- Uji Haemagglutination Inhibition (HI)
- Agar gel immunodifussion (AGID).

Tim anda mengevaluasi 82 peternakan sektor 4 di desa outbreak. Anda dan anggota
team lainnya menguji unggas-unggas dalam setiap peternakan dan mencatat jika ada
unggas yang memperlihatkan gejala klinis penyakit respiratori (lesu, batuk-batuk,
bernafas dengan mulut terbuka, kotoran pada hidung). Selanjutnya, diambil sampel
(usap trakhea) dari unggas untuk menentukan status infeksi dari setiap peternakan.
Jika satu atau lebih sampel yang diambil dari satu peternakan menunjukkan hasil
positif dengan Real-Time PCR, maka seluruh peternakan dianggap positif untuk virus
avian influenza dan diklasifikasikan sebagai “terinfeksi”. Jika unggas-unggas di
dalam peternakan tersebut tidak memperlihatkan gejala klinis penyakit respiratori dan
seluruh sampel yang diambil menunjukkan hasil negatif dengan Real-Time PCR,
maka seluruh peternakan tersebut dianggap negatif untuk virus avian influenza.
Pertanyaan B
1. Apakah adanya gejala klinis penyakit respiratori pada unggas (lihat gejala yang
disebutkan di atas) merupakan definisi kasus untuk avian influenza?
Jawab :
Tidak, gejala klinis penyakit respiratori (lesu, batuk-batuk, bernafas dengan mulut
terbuka, dan kotoran pada hidung) bukan gejala klinis pada flu burung saja
sehingga belum bisa digunakan untuk mendefinisikan kasus AI karena masih
terdapat kasus lain yang memiliki gejala klinis penyakit respiratori yang mirip
dengan kasus ini.
2. Apakah perlu untuk mengumpulkan sampel biologis dari unggas di seluruh
peternakan, atau sebaiknya melakukan sampling? Kenapa ya atau kenapa tidak?
Jawab :
Ya, Perlu dilakukan pengambilan sampel biologis dari unggas dari masing-masing
peternakan yang akan dilanjutkan dengan diperiksa dengan uji-uji laboratorium
tertentu untuk mempertegas diagnosa. Sebaiknya melakukan sampling dengan
tujuan sampel biologis dari masing-masing peternakan dapat merepresentasikan
kejadian sesungguhnya pada populasi. Selain itu sampling yang dilakukan dapat
menghemat waktu dan biaya pengendalian outbreak AI.
3. Untuk tujuan dari penyelidikan awal ini, status infeksi suatu peternakan ditentukan
seperti yang disebutkan di atas. Apakah ini merupakan cara yang dapat diterima
untuk mengklasifikasi sebuah peternakan tersebut sebagai “terinfeksi”? Kenapa ya
atau kenapa tidak?
Jawab :
Ya, Cara tersebut dapat diterima untuk mengklasifikasi sebuah peternakan tersebut sebagai
“terinfeksi” karena metode Real Time PCR merupakan konfirmasi diagnosis. Konfirmasi
diagnosis berfungsi untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dan
menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang menyebabkan peningkatan
kasus yang dilaporkan. Hal ini menunjukkan bahwa, bila terdapat satu kasus positif
konfirmasi (confirmed cases) maka menunjukkan peternakan tersebut telah terinfeksi suatu
agen penyakit karena telah dibuktikan adanya agen di peternakan terebut melalui diagnosis
konfirmasi. Selain itu, dalam konsep outbreak, untuk kasus tertentu, walaupun hanya
ditemukan satu kasus maka sudah dapat dikatakan outbreak jika terjadi pada wilayah yang
tidak pernah terinfeksi sebelumnya
4. Jelaskan bagaimana anda mengklasifikasikan peternakan sebagai “terinfeksi”? Apa
definisi kasus anda?
Jawab :
Peternakan akan diklaklasifikasikan sebagai “terinfeksi” bila terdapat hewan ternak
tertentu yang megalami gajala klinis atau gambaran klinis tertentu sesuai dengan
penyakit tertentu, sampel biologis hewan tersebut menunjukkan hasil positif
terhadap konfirmasi diagnosa.
Definisi kasus Avian Influenza (AI)
 Hewan ternak : Unggas
 Gejala Klinis : Jengger, Pial, Kelopak mata, Telapak kaki, Perut kebiruan;
Ptechie pada daerah tubuh yang tidak ditumbuhi rambut; Cairan/kotoran keluar
dari hidung dan mata; Batuk; Bersin; Bengkak pada muka dan kepala; serta
Kematian mendadak.
 Tempat : peternakan yang sedang dilakukan pemeriksaan
 Waktu : periode waktu pemeriksaan yang ditentukan
 Level kasus : confirmed (bila unggas bergejala klinis disertai dengan positif
pengujian lab), probable (memiliki seluruh gejala klinis tanpa pemeriksaan lab),
suspect (memiliki beberapa gejala klinis menyerupai)
 Konfirmasi diagnosis: RT-PCR

Sebagai bagian dari penyelidikan, anda dan tim harus menjaring data mengenai 1)
apakah ada kontak antara unggas di dalam peternakan dengan unggas liar; 2)
Bagaimana penerapan biosekuriti di peternakan tersebut; 3) Apakah melakukan
vaksinasi AI.

Pada 82 peternakan yang anda evaluasi, 45 diantaranya teridentifikasi positif terkena


virus avian influenza dan diklasifikasikan sebagai “terinfeksi”. Sejumlah 45 peternakan
diketahui mempunyai kontak dengan unggas liar dan 30 diantaranya diklasifikasikan
sebagai “terinfeksi”. Sejumlah 40 peternakan mempunyai biosekuriti yang baik dan
hanya 5 diantaranya yang diklasifikasikan sebagai “terinfeksi”. Terakhir, 2 peternakan
dari 22 yang melakukan vaksinasi AI diklasifikasikan sebagai “terinfeksi”.

Pertanyaan C
1. Hitunglah proporsi peternakan yang diklasifikasikan “terinfeksi”? Apakah ini
merupakan alat pengukuran kejadian penyakit yang berguna? Informasi apa yang
dapat Anda peroleh dari ini?
Jawab:
45
proporsi= =0,54 x 100=54 %
82

Alat pengukuran penyakit ini tidak terlalu berguna


Informasi yang didapatkan hanyalah perbandingan antara peternakan yang
terinfeksi dengan jumlah total atau populasi peternakan yang dilakukan evaluasi
2. Dengan menghitung Attack rate untuk masing-masing faktor risiko, serta nilai
attributable rate dan risiko relatif, tentukan faktor apa yang paling berpengaruh
terhadap kejadian AI?
Jawab:
Faktor Dengan Faktor Resiko Tanpa Faktor Resiko
Resiko Tidak
Tidak
Total Terinfeksi AR Total Terinfeksi Terinfek AR
Terinfeksi si
Kontak
dengan 45 30 15 66.67% 37 15 22 40.50%
unggas liar
penerapan
40 5 35 12.50% 42 40 2 95.23%
biosekuriti
vaksinasi AI 22 2 20 9.09% 60 43 17 71.60%
AR1=66,67
AR2=40,50
Attributable Risk=AR 1− AR 2
¿ 66,67−40,50
¿ 26.17
AR 1 66.67
Relative Risk= = =1.64
AR 2 40.50

Sehingga, faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian AI adalah adanya


kontak antara unggas di dalam peternakan dengan unggas liar

Skenario II
Anda diminta untuk menyelidiki kemungkinan adanya outbreak AI. Kelompok
yang diteliti adalah peternakan sektor 4 skala kecil. Pemilik unggas memelihara
ayam dan bebek. Saat Anda tiba di tempat pemeliharaan, Anda berbicara dengan
pemilik untuk mengumpulkan riwayat lengkap keadaannya.
Pertanyaan A
1. Karena ini adalah kemungkinan outbreak dan Anda diminta untuk
melakukan penyelidikan, pertanyaan-pertanyaan umum apa sajakah yang
perlu dijawab sebagai hasil dari penyelidikan Anda?
Pertanyaan- pertanyaan umum yang dapat diatanyak antara lain :
 Jenis dan jumlah masing-masing ternak
 Tujuan budidaya
 Luas dan lokasi lahan peternakan
 Asal unggas yang dibudidaya
 Adanya kasus penyakit unggas dengan gejala klinis AI
 Riwayat peternakan pernah terkena AI
 Jika terdapat riwayat AI pada peternakan, waktu terakhir penemuan kasus AI;
jumlah ternak yang terkena AI; konfirmasi kasus dilakukan oleh pihak mana;
perlu diketahui
 Riwayat vaksinasi AI terhadap unggas (jenis vaksin, sumber vaksin, operator
vaksin, dosis vaksin, berapakali vaksin)
 Sistem atau manajemen pemeliharaan unggas
 Tindakan pengendalian khusus terhadap AI
 Tindakan penanganan limbah unggas
 Tindakan penanganan terhadap unggas yang sakit
 Sistem pelaporan unggas yang sakit atau mati mendadak
2. Buat formulir untuk menyelidiki outbreak AI. Pastikan untuk menyediakan
tempat yang cukup untuk mencatat seluruh data yang harus dikumpulkan.
FORM PENYELIDIKAN
OUTBREAK AVIAN INFLUENZA
PETERNAKAN UNGGAS
i. Isilah setiap butir pertanyaan dengan jawaban yang jelas
ii. Pilihlah jawaban a,b,c,d,e yang disediakan dengan tanda silang
iii. Butir pertanyaan 1-26 dilakukan wawancara terhadap peternak
iv. Butir pertanyaan 27-30 dilakukan pemeriksaa/uji AI oleh petugas penyelidikan

Nama Peternak :
Umur Peternak :
Pendidikan Terakhir :
Alamat Peternak
:

No Pertanyaan Jawaban
1 Jenis dan jumlah ternak unggas Ayam=
yang dipelihara Bebek=
2 Tujuan dalam budidaya ternak Usaha pokok Usaha sampingan
unggas Hobi
3 Lokasi peternakan

4 Luas lahan peternakan ...................m2

5 Asal unggas yang diternakan Daerah:


Riwayat AI:
a. Ada
b. Tidak Ada
6 Adanya kasus penyakit unggas a. Ada..................ekor
dengan Gejala Klinis Avian b. Tidak ada
Influenza
a. Batuk
b. Bersin
c. Cairan pada mata dan hidung
yang berlebihan
d. Bengkak pada wajah
dan kepala
e. Kebiruan pada jengger, pial,
telapak kaki, perut, pangkal
sayap
f. Perdarahan titik/ptechie
pada bagian tubuh unggas
yang tidak ditumbuhi bulu
g. Kematian mendadak
7 Adanya/pernah ditemukan a. Pernah
kasus AI sebelumnya pada b. Tidak pernah (Jika tidak pernah langsung
peternakan menjawab pertanyaan No. 11)
8 Waktu terakhir penemuan Tahun.........
kasus AI Bulan.........
9 Jumlah ternak yang pernah ...................Ekor
terkena AI/mati mendadak
karena AI
10 Pihak yang melakukan a. Dinas Pertanian dan Peternakan daerah
konfirmasi kasus AI setempat
b. Puskeswan daerah setempat
c. Lainnya,
sebutkan.....................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................
11 Tindakan Vaksinasi AI pada a. Pernah
unggas b. Tidak pernah (Jika tidak pernah langung
menjawab pertanyaan No. 18)
12 Jenis vaksin a. Live
b. Killed
Merek vaksin:
13 Sumber vaksin

14 Operator vaksin a. Dokter hewan

b. Paramedik veteriner
c. Petugas dinas
d. Petugas puskeswan
e. Vaksinasi sendiri
f. Lainnya, sebutkan......................................
...................................................................
15 Rute pemberian vaksin a. Tetes
b. Parenteral (suntik sayap/suntik dada)
c. Lainnya, sebutkan......................................
...................................................................
16 Dosis pemberian vaksin

17 Waktu pemberian vaksin Vaksinasi dilakukanKali


Pada umur unggas
a. Ayam:............................minggu
b. Bebek:............................minggu
18 Sistem pemeliharaan unggas a. Kandang tertutup
b. Kandang semitertutup
c. Kandang terbuka pekarangan
d. Dibiarkan berkeliaran bebas
19 Tindakan pengendalian khusus a. Ada (sanitasi, isolasi, pengawasan lalu
terhadap AI lintas)
b. Tidak ada (Jika tidak ada langung
menjawab pertanyaan No. 26)
20 Tindakan pembersihan tempat Cara pembersihan
pakan, tempat minum unggas a. Dilakukan dengan menyemprot tempat
pakan dan minum menggunakan air
mengalir
b. Dilakukan dengan menyemprot tempat
pakan dan minum menggunakan air
mengalir dan sabun
c. Hanya dibersihkan dari sisa pakan dan
minum
Frekuensi pembersihan
a. Setiap hari
b. Setiap 3 hari sekali
c. Setiap 1 minggu sekali
d. Setiap 2 minggu sekali
e. Setiap 1 bulan sekali
21 Tindakan pembersihan kotoran a. Dibuang di selokan
unggas b. Dibuang di tong sampah
c. Dibakar
d. Ditimbun diatas tanah
e. Ditimbun didalam tanah
f. Dijadikan pupuk kandang
22 Tindakan pemisahan unggas a. Dilakukan
sakit b. Tidak dilakukan
23 Tindakan pemisahan unggas a. Dilakukan
mati b. Tidak dilakukan
24 Tindakan pemisahan unggas a. Dilakukan

yang baru datang b. Tidak dilakukan

25 Tindakan khusus terhadap a. Dilakukan (ada zona khusus tranportasi


orang non pegawai dan dan orang, desinfeksi alat transportasi
tranportasi pakan/tray/dll sebelum masuk peternakan)
b. Tidak dilakukan
26 Pemahaman peternak a. Paham dan pernah melakukan pelaporan
mengenai alur pelaporan kasus b. Paham dan tidak pernah melakukan
kematian mendadak unggas pelaporan
pada pihak terkait
c. Tidak paham tapi pernah melakukan
pelaporan pada pihak terkait
d. Tidak paham dan tidak pernah melakukan
pelaporan
27 Jenis Uji Cepat yang dilakukan a. Patologi Anatomi
b. AGID
c. HA
d. HI
28 Jenis Uji Konfirmasi yang
dilakukan
29 Apakah terdapat unggas Jumlah unggas
a. Supect AI a. Supect AI................................Ekor
b. Probable AI b. Probable AI:...........................Ekor
c. Confirm AI c. Confirm AI.............................Ekor
30 Jenis unggas confirmed AI 1. Ayam.............................Ekor
2. Bebek.............................Ekor
Riwayat yang diperoleh dari Pemilik Unggas
Tiga hari yang lalu, si pemilik memiliki 37 ekor ayam dan 9 ekor bebek.
Unggasunggas tersebut ditempatkan pada tiga lokasi terpisah. Pemilik itu memiliki
sebuah kandang ayam kecil dimana ia menempatkan ayam petelur. Di kandang
tersebut ada 25 ekor ayam. Dua dari ayam-ayam ini adalah ayam jantan, sisanya ayam
petelur. Si pemilik juga memiliki dua buah kandang lain yang kecil. Ia menempatkan
seluruh bebeknya dalam salah satu kandang (ia memiliki 6 ekor bebek betina dan 3
ekor bebek jantan). Kandang satunya lagi diperuntukkan untuk menyimpan unggas
yang dibeli secara teratur dari pasar unggas. Ada 12 ekor unggas di kandang ini (5
ekor ayam jantan dan 7 ekor ayam betina). Bebek dan unggas yang dibeli dari pasar
adalah untuk dikonsumsi. Sebagian besar telur yang dihasilkan dan unggas yang
dipotong dikonsumsi oleh keluarga pemilik yang tinggal di lokasi yang sama. Pemilik
memberitahu Anda bahwa dua hari yang lalu, pagi-pagi ia memberi makan unggas
peliharaannya dan mengumpulkan telur. Ia mendapati 3 ekor bangkai ayam di kandang
unggas yang dibeli dari pasar. Kemarin ia mendapati 4 ekor bangkai lainnya dari
kelompok unggas yang dibeli dari pasar dan 4 ekor bangkai ayam dari kelompok ayam
petelur. Seluruh bangkai unggas tersebut diletakkan begitu saja di luar kandang.
Untungnya, cuacanya dingin akhir-akhir ini sehingga kondisi bangkainya masih cukup
baik.
Anda memeriksa sisa unggas yang ada. Dalam kandang unggas yang dibeli dari pasar,
Anda dapati 2 ekor bangkai unggas. Dari ke-3 ekor yang masih hidup, 2 di antaranya
menunjukkan gejala klinis yang mengarah pada AI (batuk, dispnea, lethargi, ataxia).
Dalam kandang ayam petelur, Anda mendapati 7 ekor bangkai ayam. Dari ke-14 ekor
yang masih hidup, 9 di antaranya menunjukkan gejala klinis yang mengarah pada AI.
Dalam kandang bebek, Anda mendapati 2 ekor bangkai bebek. Dari ke-7 ekor yang
masih hidup, satu tampak amat lemah dan enggan bangkit berdiri.
Anda menekropsi seluruh unggas yang mati. Banyak di antaranya memiliki lesio yang
mengarah pada infeksi AI, termasuk diantaranya pembengkakan kepala dan kaki
akibat edema subkutan; hemoragi pada kaki, pial dan jengger; hemoragi pada
epikardium; dan fokus nekrosa pada limpa, jantung dan pankreas.
Anda mengumpulkan sampel untuk pengujian AI dari seluruh bangkai di sana. Anda
ambil swab trakhea dan kloaka untuk keperluan uji real-time reverse-transcriptase
polymerase chain reaction.
Pertanyaan B
3. Informasi apa yang penting untuk dicatat dalam kejadian wabah ini? Bagaimana
cara Anda mengatur data ini untuk mempermudah bagi perhitungan-perhitungan
epidemiologis seperti tabel attack rate?
Informasi penting untuk dicatat adalah
 Asal unggas
 Jenis unggas yang dipelihara yang rentan AI
Tabel AR:
Terpapar factor Tidak terpapar factor
unggas asal pasar 21 14 7 25 20 5
Jenis unggas yang rentan AI 37 31 6 9 3 6
4. Berapa proporsi ayam dalam kelompok ini? Berapa proporsi bebek?
jml ayam 37
Proporsi ayam dalam kelompok ini = = = 0.804
jml unggas keseluruhan 46
jml bebek 9
Proporsi bebek = = = 0.196
jml unggas keseluruhan 46
5. Hitung mortality rate dan case fatality rate masing-masing kelompok unggas.
Interpretasikan hasil yang Anda peroleh.
MR dan CFR
Ayam:
jml ayam yang mati 20
MR = = = 0.54
jml populasi berisiko 37
jml ayam yang mati 20
CFR = = = 0.65
jml ayam yang sakit 31
Bebek:
jml bebek yang mati 2
MR = = = 0.22
jml populasi berisiko 9
jml bebek yang mati 2
CFR = = = 0.67
jml bebek yang sakit 3
Interpretasi :
Dari hasil dapat diketahui bahwa tingkat kefatalan kasus (CFR) pada bebek tinggi,
tapi tingkat kematian (MR) rendah.

6. Definisikan suatu kasus berdasarkan data yang Anda kumpulkan. Masukkan


mortality rate atau case fatality rate sebagai bagian dari definisi Anda. Mengapa
mortality rate atau case fatality rate penting untuk dimasukkan dalam definisi kasus
Anda?
Pada ayam nilai CFR lebih rendah dari bebek, sedangkan MR pada ayam lebih
tinggi dari bebek. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kefatalan pada bebek lebih
tinggi namun tingkat kematian paling tinggi pada ayam.

7. Tentukan besarnya / keparahan masalah di kelompok backyard ini dengan


menghitung tingkat serangannya. Untuk perhitungan ini, anggaplah bahwa
kematian dan gejala-gejala klinis konsisten dengan definisi kasus Anda untuk HPAI
(tanpa memandang hasil pengujian AI-nya).
jml kasus(hewan mati) 34
AR = = = 0.739
jml populasi berisioko 46
AR yang digunakan adalah AR untuk keseluruhan unggas dalam peternakan.

8. Periksa data yang ada untuk menemukan pola temporal, spasial dan hewan. Hitung
tingkat serangannya. Gunakan tabel data yang disediakan (Table 1). Pola yang
digunakan adalah pola hewan

AR berdasarkan factor
Terpapar AR Tidak terpapar AR
factor factor
unggas asal 21 14 7 14/21 = 25 20 5 20/25 =
pasar 0.67 0.8
Jenis unggas 37 31 6 31/37 = 9 3 6 3/9 = 0.33
yang rentan AI 0.84
9. Apa hipotesis Anda mengenai penyakit dalam kelompok ini? Jelaskan penalaran
Anda.
Hipotesis: TP=TTP
TP = terpapar factor; TTP= tidak terpapar factor
Tingkat serangan pada kelompok yang terpapar factor dan yang tidak terpapar
factor tidak berbeda
10. Apakah ada informasi yang tidak Anda peroleh selama kunjungan Anda yang
menurut Anda dapat bermanfaat?
Informasi penting yang tidak diperoleh:
 Jarak antar kandang
 Penanganan bangkai unggas
 Biosecurity yang diterapkan
 Vaksinasi yang telah dilakukan
11. Langkah-langkah apa sajakah yang perlu segera dilakukan untuk mengendalikan
masalah dalam kelompok unggas ini dan mencegah penyebarannya ke kelompok
unggas lain di sekitarnya?
Langkah yang dapat dilakukan untuk mengendalikan masalah dan mencegah
penularannya:
 Mengubur bangkai
 Disinfeksi kandang
 Vaksinasi
 Penerapan biosecurity

Pertanyaan C
12. Hasil uji AI diserahkan pada Anda dan dapat dilihat pada Tabel 2.
13. Berapa proporsi unggas yang teruji positif AI dalam kelompok tersebut?
37
Proporsi unggas yang teruji AI dalam kelompok = = 80,43%
46
14. Berapa proporsi unggas yang teruji positif AI dalam kelompok ayam? Dalam
kelompok bebek? Bandingkan hasil-hasil yang Anda dapatkan dengan
perhitungan tingkat serangan yang Anda hitung sebelumnya. Lihat jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan dalam pertanyaan B.
30
Proporsi ayam yang teruji positif AI = = 81,08%
37
7
Proporsi bebek yang teruji positif AI= = 77,77%
9
15. Apakah proporsi unggas yang teruji positif AI lebih tinggi dalam kelompok
unggas yang dibeli dari pasar daripada dalam kelompok ayam petelur? Jelaskan
hasil yang Anda dapatkan.
11
Proporsi unggas dibeli di pasar = = 91,67%
12
19
Proporsi kelompok ayam petelur = = 76%
25
Ya, terlihat bahwa proporsi lebih tinggi pada unggas yang dibeli dari pasar. Hal
ini terjadi karena pemeliharaan unggas saat di pasar tidak sebaik daripada ayam
petelur yang dipelihara. Di pasar unggas-unggas tersebut berkontak dengan
unggas lain yang terinfeksi sehingga mudah terjadi penularan AI.
16. Menurut hipotesa yang Anda buat apa yang mungkin menjadi rute utama
penularan AI dari kelompok yang terinfeksi ke kelompok lain di sekitarnya?
Bagaimana Anda menyelidiki teori-teori Anda?
Rute utama penularan AI dari kelompok yang terinfeksi ke kelompok lain adalah
kontak. Kontak dapat berupa fisik antar unggas dalam dalam kandang, kotoran,
dan peralatan kandang. Untuk menyelidiki hal ini dapat diamati dan dilakukan
evaluasi unggas yang terinfeksi dengan kepadatan populasi serta penerapan
biosekuriti dalam kandang.
17.Rekomendasi biosekuriti apa yang akan Anda sarankan pada pemilik unggas dan
para pemilik unggas lain di sekitarnya untuk menghentikan peyebaran penyakit
ini?
Rekomendasi yang dapat diberikan adalah selalu menjaga kebersihan kandang dan
menerapkan prinsip animal welfare serta menerapkan prilaku hidup bersih dan
sehat kepada pemilik unggas.
AI pada kandang di peternakan sektor 4

Tabel 1
Nomor Jenis Jenis Kelamin Lokasi Gejala Mati/Hidup
Unggas klinis
1 Ayam Betina Kandang unggas belian Mati
2 Ayam Jantan Kandang unggas belian Mati
3 Ayam Betina Kandang unggas belian Mati
4 Ayam Jantan Kandang unggas belian Mati
5 Ayam Jantan Kandang unggas belian Mati
6 Ayam Betina Kandang unggas belian Mati
7 Ayam Betina Kandang unggas belian Mati
8 Ayam Jantan Kandang unggas belian Mati
9 Ayam Betina Kandang unggas belian Mati
10 Ayam Betina Kandang unggas belian Ya Hidup
11 Ayam Betina Kandang unggas belian Ya Hidup
12 Ayam Jantan Kandang unggas belian Tidak Hidup
13 Ayam Jantan Kandang petelur Mati
14 Ayam Betina Kandang petelur Mati
15 Ayam Betina Kandang petelur Mati
16 Ayam Betina Kandang petelur Mati
17 Ayam Jantan Kandang petelur Mati
18 Ayam Betina Kandang petelur Mati
19 Ayam Betina Kandang petelur Mati
20 Ayam Betina Kandang petelur Mati
21 Ayam Betina Kandang petelur Mati
22 Ayam Betina Kandang petelur Mati
23 Ayam Betina Kandang petelur Mati
24 Ayam Betina Kandang petelur Ya Hidup
25 Ayam Betina Kandang petelur Ya Hidup
26 Ayam Betina Kandang petelur Ya Hidup
27 Ayam Betina Kandang petelur Ya Hidup
28 Ayam Betina Kandang petelur Ya Hidup
29 Ayam Betina Kandang petelur Ya Hidup
30 Ayam Betina Kandang petelur Ya Hidup
31 Ayam Betina Kandang petelur Ya Hidup
32 Ayam Betina Kandang petelur Ya Hidup
33 Ayam Betina Kandang petelur Tidak Hidup
34 Ayam Betina Kandang petelur Tidak Hidup
35 Ayam Betina Kandang petelur Tidak Hidup
36 Ayam Betina Kandang petelur Tidak Hidup
37 Ayam Betina Kandang petelur Tidak Hidup
38 Bebek Betina Kandang bebek Mati
39 Bebek Betina Kandang bebek Mati
40 Bebek Betina Kandang bebek Ya Hidup
41 Bebek Betina Kandang bebek Tidak Hidup
42 Bebek Jantan Kandang bebek Tidak Hidup
43 Bebek Jantan Kandang bebek Tidak Hidup
44 Bebek Betina Kandang bebek Tidak Hidup
45 Bebek Jantan Kandang bebek Tidak Hidup
46 Bebek Betina Kandang bebek Tidak Hidup
Tabel 2
Nomor Hasil tes AI Nomor Hasil tes AI Nomor Hasil tes AI
Unggas Unggas Unggas
1 Positif 17 Positif 33 Positif
2 Positif 18 Positif 34 Negatif
3 Positif 19 Negatif 35 Negatif
4 Positif 20 Positif 36 Positif
5 Positif 21 Positif 37 Negatif
6 Negatif 22 Positif 38 Positif
7 Positif 23 Negatif 39 Positif
8 Positif 24 Positif 40 Positif
9 Positif 25 Positif 41 Positif
10 Positif 26 Positif 42 Positif
11 Positif 27 Negatif 43 Positif
12 Positif 28 Positif 44 Negatif
13 Positif 29 Positif 45 Positif
14 Positif 30 Positif 46 Negatif
15 Positif 31 Positif
16 Positif 32 Positif
Skenario III

Food-BorneOutbreak
Background
An outbreak (epidemic) of gastroenteritis occurred in Greenport, a suburban
neighborhood, on the evening of April 28. A total of 89 people went to the emergency
departments of the three local hospitals during that evening. No more cases were
reported afterward. These patients complained of headache, fever, nausea, vomiting and
diarrhea. The disease was severe enough in 19 patients to require hospitalization for
rehydration. Gastroenteritis outbreaks like this are usually caused by the consumption of
a contaminated or poisoned meal. Meal contamination can often be caused by pathogenic
viruses or bacteria. However, acute outbreaks are more often produced by toxins
from bacteria such as Staphylococcius spp., Clostridium perfringens, Salmonella spp.
and Vibrio cholerae. Food poisoning can also be caused by chemicals or heavy metals,
such as copper, cadmium or zinc, or by shellfish toxins.

1. Please discuss these findings.


Jawab: gastroenteritis merupakan gangguan pencernaan yang bersifat akut atau
memiliki masa inkubai yang singkat sehiingga menimbulkan gejala klinis sesaat
setelah agen masuk ke dalam tubuh. Wabah gastroenteritis dapat disebabkan
oleh konsumsi makanan yang terkontaminasi atau beracun. Gejala yang
ditimbulkan juga berupa gejala keracunan pada umumnya yaitu, sakit kepala,
mual, muntah, nyeri abdomen, hingga diare. Wabah gastroenteritis ini dapat
menimbulkan banyak korban diwaktu yang sama sehingga apabila failitas
kesehatan tidak cukup untuk jumlah pasien maka akan timbul korban jiwa
karena kasus yang parah dan terlambat untuk ditangani.
Outbreak Investigation
The local health department was notified of a potential food-borne outbreak of
gastroenteritis in Greenport, and the epidemic team, including a medical epidemiologist,
a microbiology technician and a nurse, visited the local hospitals to interview the
attending physicians, the patients and some of their relatives. Some stool samples were
obtained from patients for microbiologic identification of the causative agent. The
epidemic team knew that these types of outbreak usually occur in a very short time
period that lasts no more than a few hours or one to two days after people ingest a
contaminated meal.

Epidemic investigators gather data to define the distribution of the disease by time
(onset time and epidemic curve), place (potential places where the implicated meal was
served, such as cafeterias, restaurants and picnics) and person (the distribution of the
disease by age, gender and food items eaten). The findings of the initial investigation
included the following information.
The distribution of the disease by person (age and gender) was found as follows
Gastroenteritis Outbreak Findings by Person, Case Distribution by Age and
Gender
Females Males Total by Age
Age group
No. % Females No. % Males No. %
0-5 1 1
6 - 10 38 37
11 and older 10 2
Total by gender
2. Please calculate the totals for each column and row and their corresponding
percentages to try to determine if there are any important differences by age or by
gender. Such a task is carried out to investigate if there are any high- risk groups and
if the age and gender distribution can give some clues about the source of the outbreak.
Interpret your findings.
Jawab:
Gastroenteritis Outbreak Findings by Person, Case Distribution by Age and
Gender

Females Males Total by Age


Age group
No. % Females No. % Males No. %
0-5 1 50.00 1 50.00 2 2.25
6 - 10 38 50.67 37 49.33 75 84.27
11 and older 10 83.33 2 16.67 12 13.48
Total by gender 49 55.05 40 44.95 89 100.00
Berdasarkan tabel diatas, kasus lebih banyak melibatkan kelompok wanita
pada usia 11 dan lebih tua (83.33%). Sementara itu, kelompok lain dengan
jumlah kasus yang tinggi juga terjadi pada kelompok usia antara 6-10 tahun
(84.27%). Sehingga, dapat diketahui bahwa kelompok yang beresiko
terhadap gastroenteritis adalah kelompok wanita usia dewasa dan kelompok
usia anak-anak anatara 6-10 tahun
The epidemic curve above shows the onset time of illness in the 89 patients involved in the
outbreak. The epidemic team studied the curve and recognized that this was a typical single
source acute outbreak. The team also could see that the onset of symptoms in all patients
occurred during a six-hour period. Given the symptoms mentioned above and the epidemic
curve, the epidemic team concluded that this type of epidemic usually corresponds to
intoxication or food poisoning and that the potentially implicated meal was probably served
and consumed within a period of a few hours before the onset of the symptoms. Therefore
the epidemic team investigated the places where affected persons, their relatives and
neighbors ate that day (April 28). The following table shows the team's findings:

3. Please calculate the attack rates per 100 (incidence rates per 100) by place to try to
determine where the contaminated meal was served. For each place compare attack
rates (AR) for those who attended with attack rates for those who did not, by using
the relative risk (i.e., RR = AR in attendees/AR in nonattendees). Interpret your
findings.
Jawab:
Gastroenteritis Outbreak Findings by Place

Attack Attack
Who Rate Not Rate Relative
Place attend No. Ill Per 100 attend No. Ill Per 100 Risk
Local
207 61 29.47 157 47 29.94 0.98
cafetaria
Local
246 25 10.16 122 13 10.65 0.95
restaurant
Lion club
475 68 14.32 189 29 15.34 0.93
luncheon
Elementary
school 239 67 28.03 495 22 4.44 6.31
cafetaria

Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat serangan tertinggi terjadi pada


kelompok orang yang makan di local cafetaria (29.47 per 100) dan
elementary school cafetaria (28.03 per 100). Sementara itu, tingkat
serangan tertinggi juga terjadi pada kelompok orang yang tidak makan di
local cafetaria (29.94 per 100) dan tingkat serangan terendah terjadi pada
kelompok orang yang tidak makan di elementary school cafetaria (4.44
per 100). Orang yang makan di local cafetaria, local restaurant, dan lion
club luncheon tidak memiliki kaitan yang signifikan terhadap outbreak
gastroenteritis karena memiliki RR≈1. Sedangkan, orang yang makan di
elementary school cafetaria memiliki kaitan kuat yang signifikan terhadap
outbreak gastroenteritis (RR=6.31)

Once the implicated place was determined, the investigation centered on the food. The
following table includes the food items served in that place on April 28:

Important note: None of the kitchen personnel were ill. The names of the kitchen personnel
and their participation in the food preparation are as follows: Manuel prepared the beef
burritos and the potatoes, John prepared the salad and the fruit, Sally served all dishes
except the ice cream, and Jane prepared the cheeseburgers and served the ice cream. The ice
cream was a commercial brand and was bought at a nearby supermarket.

4. Please calculate the attack rates per 100 (incidence rates per 100) by food item to try to
determine the one that was probably contaminated. Compare attack rates (AR) for those
who ate the food item with attack rates for those who did not eat the food item, by using
the relative risk (i.e., RR = AR in those who ate the food/AR in those who did not eat
the food). Interpret your findings.

Jawab:
Gastroenteritis Outbreak Findings by Pearson

Ate the food item Did not ate the food item
Attack Attack
No. Rate per No. Rate per Relative
Food Item people No. Ill 100 people No. Ill 100 Risk
Beef burritos 276 28 10.14 266 27 10.15 0.99
Cheese 218 21 9.63 131 14 10.68 0.90
burger
Tossed salad 105 49 46.67 297 15 5.05 9.24
Baked potato 139 11 7.91 213 31 14.55 0.54
Fruit cocktail 88 48 54.54 279 25 8.96 6.08
Ice cream 175 18 10.28 203 49 24.13 0.42

Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat serangan tertinggi terjadi pada kelompok
orang yang memakan Tossed salad (46.67 per 100) dan Fruit Cocktail (54.54 per
100). Hal ini menunjukkan bahwa kedua makanan tersebut telah terkontaminasi
oleh agen penyebab gastroenteritis. Orang yang memakan makanan tersebut juga
memiliki hubungan kuat yang signifikan terhadap kejadian outbreak gastroenteritis
dengan masing-masing nilai RR adalah 9.24 dan 6.08. Berdasaran nilai tersebut
dapat diduga bahwa sumber outbreak gastroenteritis adalah kedua makanan tersebut
yaitu Tossed salad dan Fruit Cocktail. Sementara itu, Baked potato (RR=0.54) dan
Ice cream (RR=0.42) merupakan makanan yang baik untuk dipilih sebagai makanan
yang menghindarkan konsumen dari serangan gastroenteritis. Hal ini diduga karena
kedua makanan terebut memiliki resiko kontaminasi agen penyebab gastroenteritis
yang rendah.
Given that the epidemic team worked fast enough and the implicated meal(s) was (were)
identified before all food leftovers were discarded, food samples from some meal leftovers
were taken to the laboratory. In addition, stool samples were taken from the kitchen
personnel who prepared or handled each different food item. The laboratory confirmed that
Salmonella toxin was present in some of the food samples and that one of the kitchen
personnel of that place had the same Salmonella species. Furthermore, the Salmonella
species found in the food and the kitchen worker was the same species found in stool
samples of the patients.

5. Please discuss these findings and identify the kitchen worker possibly responsible for
the outbreak.
Jawab: Pekerja dapur yang mungkin harus bertanggung jawab terhadap kejadian
outbreak gastroenteritis ini adalah John karena john yang bertugas membuat tossed
salad dan fruit cocktail. Hal ini didukung oleh kontaminasi kedua makanan tersebut
diakibatkan oleh toxin dari spesies Salmonella yang sama dengan spesies
Salmonella yang ditemukan pada sampel feses salah satu pekerja dapur tersebut.
Kemungkinan kontaminasi pada makanan tersebut diakibatkan oleh tindakan John
yang tidak menerapkan higiene personal serta tindakan sanitasi yang baik saat
bekerja membuat atau mempersiapkan makanan. Untuk mencegah kejadian serupa,
maka John harus menerapkan higiene personal serta tindakan sanitasi yang baik dan
baru boleh bekerja setelah berobat dan dinyatakan sembuh atau bebas Salmonella.

Anda mungkin juga menyukai