Anda di halaman 1dari 2

1. Jelaskan mengapa surveilans penting dilakukan dalam program pengendalian penyakit!

Sistem surveilans adalah suatu sistem yang dilakukan terus-menerus, meliputi


pengumpulan, analisis, interpretasi data frekuensi, distribusi penyakit, status penularan, serta
ukuran-ukuran lain dalam suatu populasi tertentu yang didefinisikan dengan jelas, sehingga
dapat diambil tindakan apabila diperlukan. Tindakan tersebut biasanya diambil untuk
mendukung penentuan dan penerapan langkah-langkah pengendalian. Secara umum
surveilans sangat penting dilakukan dalam program pengendalian penyakit, karena surveilans
bertujuan menunjukkan keadaan bebas penyakit atau infeksi, penentuan tingkat kejadian
suatu penyakit dan penyebarannya, deteksi dini penyakit yang baru muncul atau muncul
kembali, penyakit eksotis, serta penemuan kasus. Dengan mengetahui hal ini kita dapat
melakukan tindakan dengan cepat dan tepat untuk mengendalikan suatu penyakit dalam
wilayah tertentu.
Salah satu tujuan surveilans adalah untuk menunjukkan keadaan bebas penyakit.
Berbagai metode pengumpulan data telah dikembangkan untuk tujuan tersebut, yakni
surveilans berbasis risiko, survei representatif, sistem pelaporan masyarakat (melibatkan
antara lain peternak, pedagang, dan petugas pemotong ternak), pelaporan negatif/nol,
surveilans titik agregasi, surveilans sentinel, surveilans pada bank spesimen biologis, dan
surveilans partisipatif. Hal yang juga penting dalam suatu kegiatan surveilans adalah
evaluasi, diseminasi hasil, dan umpan balik. Evaluasi diperlukan untuk mengetahui apakah
sistem surveilans yang dilakukan telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dan capaiannya
sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan. Evaluasi terhadap sistem surveilans
bertujuan meningkatkan fungsi sistem itu agar dapat mengalami perbaikan secara terus-
menerus serta beradaptasi dengan berbagai tuntutan dan perubahan situasi. Diseminasi hasil
surveilans secara tepat waktu kepada semua pihak yang berkepentingan diperlukan agar
semua pihak yang terlibat mendapatkan informasi yang cukup mengenai hasil surveilans dan
tindakan-tindakan pengendalian yang harus dilakukan. Umpan balik penting karena
memberikan indikasi apakah pemangku kepentingan merasakan manfaat dari pelaksanaan
program dan mempunyai rasa memiliki terhadap program yang dijalankan. Dengan demikian,
perlu ditetapkan mekanisme umpan balik untuk menerima masukan dari seluruh pemangku
kepentingan untuk perbaikan program sehingga petugas kesehatan hewan dapat mengelola
kegiatannya dengan baik.

2. Selain pola tanda gejala penyakit dan pola penggunaan obat-obatan hewan, adakah pola tanda
lain yang bisa digunakan dalam Surveilans Sindromik?
Menurut ISIKHNAS, selain pola tanda gejala penyakit dan pola penggunaan obat-obatan,
ada pula pola konsumsi pakan. Selain itu, mungkin pola tingkat reproduksi, atau pola
kenaikan pasien di dokter hewan.
Sumber:http://wiki.isikhnas.com/images/4/42/Cameron_Manual_of_Basic_Animal_Disea
se_Surveillance_EN-ID_Part_1-5_COMPLETE.pdf.
3. Indonesia sampai saat ini masih merupakan negara berstatus bebas penyakit mulut dan
kuku (PMK). Jika akan dilakukan surveilans berbasis risiko untuk pembuktian bebas penyakit
tersebut, di wilayah manakah menurut anda kegiatan surveilans tersebut dilakukan?
Kegiatan surveilans PMK dapat dilakukan di wilayah yang memiliki populasi hewan beresiko
PMK (Ruminania seperti sapi, domba, babi, dll) seperti pulau jawa khususnya Jawa Barat,
Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

5. a. Menentukan tujuan surveilans: mendeteksi ada atau tidak adanya sirkulasi (shedding)
virus Avian Influenza di salah satu pasar unggas hidup (life bird market).
b. Menentukan framework sentinel
Patogen: virus AI
Populasi target: populasi unggas di pasar unggas hidup
Sentinel yang dapat digunakan: ayam bebas AI yang tidak divaksinasi AI. Sentinel
dipilih sebagai subset populasi target (Halliday 2010). Ayam yang tidak divaksinasi
memiliki titer antibodi AI rendah dan lebih rentan terinfeksi AI, sehingga akan
menunjukkan gejala klinis yang mudah dideteksi. Pengujian serokonversi yang positif
juga dapat menjadi tanda keberadaan virus AI. Jika memungkinkan, ayam sentinel
dapat diberikan IFN alpha secara per oral dalam air minum (Neo dan Tan 2017).
Pemberian IFN alpha menurunkan ambang batas antigen yang diperlukan untuk
serokonversi sehingga deteksi dapat dilakukan lebih dini.
c. Ayam sentinel diletakkan di pasar unggas hidup dan dipelihara.
d. Surveilans dapat dilakukan dengan memperhatikan respon sentinel. Jika terinfeksi
HPAI, sentinel yang terinfeksi dapat langsung diidentifikasi karena akan menunjukkan
gejala klinis yang jelas, bahkan hingga kematian.
e. Jika ayam sentinel tidak menunjukkan gejala klinis, tentukan interval pengecekan
antibodi (misalnya satu bulan sekali) untuk mendeteksi infeksi subklinis LPAI dan
lakukan pengecekan secara berkala.
f. Jika ayam sentinel negatif AI, hewan dapat dikembalikan ke populasi produksi dan
digantikan oleh ayam sentinel lain.
f. Jika hewan sentinel terdeteksi terinfeksi AI, tentukan langkah pengendalian, misalnya
pemeriksaan populasi umum ayam dan isolasi pasar unggas hidup, disinfeksi, serta
penguatan implementasi biosekuriti di pasar unggas hidup.

Halliday J. 2010. Animal sentinel surveillance: evaluating domestic dogs as sentinels for
zoonotic pathogen surveillance [disertasi]. Glasgow (UK): University of Glasgow

Neo JPS, Tan BH. 2017. The use of animals as a surveillance tool for monitoring
environmental health hazards, human health hazards and bioterrorism. Vet Microbiol.
203:40–48. doi:https://doi.org/10.1016/j.vetmic.2017.02.007.

Anda mungkin juga menyukai