Demonstrasi Klinik Dosen : Dr. Bayu Febram Prasetyo, S.Si, Apt, M.Si
Paralel : 1
TEKNIK PENCAMPURAN
VAKSIN ND LA SOTA UNTUK AYAM
Fitria Nurmustari
B04170075
4. Vaksinasi spray
a. Teknik pencampuran
- Vaksinasi dengan cara spray menggunakan pelarut yaitu cairan aquades (Aqua
Destilata Steril). Boleh juga menggunakan air biasa, hanya saja harus dipastikan
bahwa air tersebut memiliki kualitas yang bagus, diantaranya tidak mengandung
logam berat, tidak sadah (mengandung kadar Ca, Mg yang tinggi), dll. Selain itu,
air itu juga tidak boleh terkontaminasi klorin.
- Seluruh isi vial vaksin dilarutkan ke dalam pelarut sampai tercampur rata dan
masukkan ke dalam sprayer dengan hati-hati.
b. Teknik pemberian
- Semua pintu dan lubang ventilasi kandang dapat ditutup serta kipas angin
dimatikan. Ventilasi kandang dibuka kembali dan kipas dinyalakan lagi 20 – 30
menit setelah selesai penyemprotan.
- Setelah semua peralatan siap, vaksinasi segera dilaksanakan dengan cara
menyemprotkan vaksin sebanyak 1-2 kali.
- Vaksinasi spray yang dilakukan pada DOC akan lebih hemat waktu dibandingkan
dengan aplikasi konvensional seperti vaksinasi tetes. Mesin sprayer juga biasanya
dilengkapi dengan penghitung otomatis boks DOC yang sudah divaksin.
(Medion 2017).
BAB IV
PEMBAHASAN
Vaksinasi ialah tindakan pemberian vaksin atau infeksi buatan yang terkendali untuk
menstimulasi pembentukan antibodi yang protektif dan seragam, sesuai dengan jenis vaksin
yang diberikan. Fungsinya ialah merangsang pembentukan kekebalan (antibodi) pada tubuh
ternak sehingga dapat mencegah infeksi penyakit. Prinsipnya, vaksinasi diberikan terlebih
dahulu sebelum terjadinya infeksi lapangan. Saat ini serangan penyakit sudah menyebar
hampir ke seluruh wilayah, baik penyakit viral maupun penyakit bakterial. Oleh karena itu,
tindakan pencegahan dengan vaksinasi ini sangat perlu dilakukan. Dengan berbagai
pertimbangan seperti :
Penyakit viral tidak dapat disembuhkan dengan pemberian obat.
Pengendalian terbaik dengan memberikan kekebalan pada ayam.
Serta biaya kesehatan untuk pencegahan lebih murah jika dibandingkan dengan biaya
pengobatan/terlanjur terjadi kasus penyakit.
Faktor 4M meliputi Materi (ayam dan vaksin), Metode, Mileu/lingkungan, dan Manusia
berperan penting dalam mencapai keberhasilan vaksinasi. Salah satu pendukung keberhasilan
vaksinasi tersebut salah satunya yaitu metode vaksinasi, mencakup program dan teknik
vaksinasi. Saat terjadinya kegagalan vaksinasi maka perlu kita analisis secara lebih cermat.
Seperti ketika munculnya penyakit yang terjadi pada <7 hari post vaksinasi, kemungkinannya
bisa karena pemilihan aplikasi vaksinasi yang tidak tepat atau kesalahan lainnya. Penyebab
kegagalan vaksinasi adalah sebagai berikut.
1) Pelaksanaan vaksinasi tidak sesuai jadwal atau program yang dibuat
Ketepatan jadwal vaksinasi tidak boleh terlupakan dari bagian evaluasi ini. Vaksinasi
yang terlalu sering maupun terlambat sama-sama memiliki resiko. Frekuensi vaksinasi
yang terlalu sering dapat menyebabkan stres pada ayam. Jadwal vaksinasi yang terlambat,
dikhawatirkan ketika ada serangan dari lapangan, tubuh belum memiliki antibodi yang
mampu menangkalnya. Alhasil, outbreak pun tak dapat terelakkan.
2) Persiapan dan penanganan vaksin tidak maksimal
Terkadang saat distribusi dan penyimpanan sementara, suhu vaksin tidak pada suhu 2-
8°C yang menyebabkan vaksin rusak. Vaksin yang tidak dibawa menggunakan cooler
box atau termos es melainkan dengan plastik atau wadah biasa tidak akan bisa
mempertahankan suhu vaksin tetap dalam suhu 2-8°C.
Proses thawing atau meningkatkan suhu vaksin secara bertahap menjadi proses persiapan
sebelum melakukan vaksinasi. Apabila tidak dilakukan terutama untuk vaksin inaktif
dengan tepat dan suhu vaksin masih dingin, akan ada perbedaan range suhu antara tubuh
ayam dengan suhu vaksin yang cukup jauh dapat menyebabkan ayam stres akibat
perubahan suhu yang mendadak dan vaksin tidak terserap sempurna di dalam tubuh
ayam. Setelah thawing, vaksin yang dimasukkan kembali ke dalam marina cooler/cooler
box dengan suhu 2-8°C juga bisa menurunkan potensi vaksin. Karena fluktuatif suhu bisa
mempengaruhi stabilitas virus/adjuvant vaksin.
3) Peralatan vaksinasi rusak atau tidak steril
Pemakaian alat suntik terutama jarum saat vaksinasi suntik yang tidak steril atau berkarat
dapat menyebabkan peradangan pada area bekas penyuntikan. Contoh lain dari
kerusakan spare part alat suntik seperti tabung kaca atau bagian piston rod yang sudah
aus bisa mempengaruhi ketepatan/keseragaman dosis yang diterima ayam.
4) Dosis tidak tepat
Dosis vaksin aktif maupun inaktif yang tidak tepat per ekornya akan memicu ketidak
seragaman pembentukan antibodi, sehingga dapat terjadi kasus rolling reaction yaitu
reaksi post vaksinasi yang berkepanjangan.
5) Aplikasi vaksinasi tidak sesuai dengan target organ
Aplikasi pemberian vaksin yang tidak sesuai dengan target organ menyebabkan vaksin
yang diberikan tidak maksimal dalam merangsang pembentukan antibodi.
6) Kualitas air atau pelarut yang kurang baik
Sebagai contoh pH air asam/basa akan merugikan, terutama untuk aplikasi via air minum
karena akan mempengaruhi potensi vaksin dalam pembentukan kekebalan. Air yang
terkontaminasi bahan kimia seperti desinfektan atau logam berat juga akan merusak virus
dalam vaksin.
7) Aplikasi vaksinasi yang tergesa-gesa dan kasar
Metode penyuntikan yang tergesa-gesa mengakibatkan vaksin tidak tidak tepat 1 dosis ke
dalam tubuh ayam sehingga mempengaruhi keseragaman dosis vaksin. Akibat fatal yang
mungkin terjadi karena cara vaksinasi yang kasar antara lain ayam menjadi stres sehingga
kematian tinggi pasca penyuntikan, leher terpuntir, terjadinya abses (kebengkakan) pada
leher atau kelumpuhan kaki.
Aplikasi vaksinasi yang tepat sangat berpengaruh terhadap ketepatan dosis vaksin yang
diterima ayam sehingga dapat menghasilkan titer antibodi yang protektif dan seragam.
Dalam pelaksanaannya, penentuan aplikasi vaksinasi dapat disesuaikan dengan jenis
vaksin yang akan digunakan dan umur ayam saat pemberian vaksinasi.
a. Jenis vaksin yang digunakan
Sediaan vaksin aktif berbentuk kering beku. Sehingga pada aplikasi atau
pemakaiannya harus dilarutkan dahulu menggunakan pelarut, dapat berupa larutan
dapar, air biasa (minum) atau aquades (Aqua Destilata Steril). Setelah itu, dapat
diberikan via tetes mata/hidung/mulut, air minum, spray atau tusuk sayap. Vaksin
aktif juga dapat diberikan melalui suntikan. Caranya dengan terlebih dahulu
dilarutkan dalam aquades (Aqua Destilata Steril) sesuai dengan dosis yang telah
dianjurkan. Vaksin 1000 dosis dilarutkan dalam 500 ml aquades, sedangkan vaksin
500 dosis dilarutkan dalam 250 ml aquades dan demikian seterusnya. Sedangkan
vaksin inaktif aplikasinya hanya secara injeksi/suntikan.