Anda di halaman 1dari 2

TATALAKSANA BELL'S PALSY (G51)

No. Dokumen :
SOP/UKP……… /2018
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit : Maret 2018
Halaman : 1 dari 2

UPT
dr. FITRIA ORIZA
PUSKESMAS
PAMULANG NIP. 198401082009022001

1. Pengertian Bells’palsy adalah paralisis fasialis idiopatik, merupakan penyebab


tersering dari paralisis fasialis unilateral

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam melakukan


tatalaksana terhadap Bell’s palsy

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. …………../2018 Tentang Kebijakan


Pelayanan Klinis

4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/Menkes/514/2015


tentang Panduan Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama

5. Langkah- 1. Dokter melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan


nama, tanggal lahir, alamat pasien (minimal dua data) dan
langkah
mecocokkannya dengan data rekam medis
2. Dokter melakukan anamnesa dengan menanyakan keluhan
berupa:
a. Paralisis otot fasialis atas dan bawah unilateral, dengan
onset akut (periode 48 jam)
b. Nyeri auricular posterior
c. Penurunan produksi air mata
d. Hiperakusis
e. Gangguan pengecapan
f. Otalgia
g. Peningkatan salivasi pada sisi yang lumpuh
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan
tanda – tanda klinis berupa paralisis fasial dengan cara
meminta pasiendiminta untuk tersenyum, akan terjadi distorsi
dan lateralisasi pada sisi berlawanan dengan kelumpuhan,
meminta pasien mengangkat alis, sisi dahi terlihat datar.
4. Dokter melakukan pemeriksaan penunjang berupa
pemeriksaan gula darah sewaktu
5. Dokter menegakkan diagnosa dan menyusun rencana
layanan medis berupa rawat jalan
6. Dokter memberikan terapi untuk memperbaiki saraf VII dan
menurunkan kerusakan saraf antara lain:
a. Steroid dan asiklovir (dengan prednison) mungkin efektif
untuk pengobatan Bells’ palsy (American Academy
Neurology/AAN, 2011).
b. Steroid kemungkinan kuat efektif dan meningkatkan
perbaikan fungsi saraf kranial, jika diberikan pada onset
awal (ANN, 2012).
c. Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1 mg/kg atau 60 mg/day
selama 6 hari, diikuti penurunan bertahap total selama 10

1
hari.
d. Antiviral: asiklovir diberikan dengan dosis 400 mg oral 5
kali sehari selama 10 hari. Jika virus varicella zoster
dicurigai, dosis tinggi 800 mg oral 5 kali/hari.
e. Perawatan mata: lubrikasi okular topikal (artifisial air mata
pada siang hari) dapat mencegah corneal exposure.
f. Fisioterapi atau akupunktur: dapat mempercepat
perbaikan dan menurunkan sequele.
7. Dokter memberikan edukasi kepada pasien dan atau
keluarga tentang kondisi pasien dan rencana layanan medis,
pengobatan dan efek samping pengobatan dan rujukan
8. Dokter mencatat tanggal pemeriksaan, anamnesa,
pemeriksaan fisik, diagnose/kode ICD10 yaitu G51.0 (Bells’
palsy), rencana layanan medis, pengobatan dan edukasi
pasien di rekam medis
9. Dokter mencegah terjadinya pengulangan yang tidak perlu
dengan memeriksa kembali catatan pelayanan yang telah
diberikan
10. Dokter memasukkan kode tanda akhir pemeriksaan
6. Bagan Alir -
7. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait Poli Umum, Poli Lansia
9. Dokumen
Rekam Medik
terkait
10. Riwayat
Tanggal mulai
Perubahan No. Yang diubah Isi Perubahan
diberlakukan
Dokumen

Anda mungkin juga menyukai