Anda di halaman 1dari 2

TATALAKSANA

KEJANG DEMAM (R56)


No. Dokumen :
SOP/UKP. /2018
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit : Maret 2018
Halaman : 1 dari 2

UPT PUSKESMAS
PAMULANG dr. FITRIA ORIZA

NIP. 198401082009022001

1. Pengertian Kejang demam (KD) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rectal>38 oC) akibat dari suatu proses
ekstrakranial. Kejang berhubungan dengan demam, tetapi tidak
disebabkan infeksi intracranial atau penyebab lain seperti trauma
kepala, gangguan keseimbangan elektrolit, hipoksia atau
hipoglikemia

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah – langkah dalam melakukan


tatalaksana terhadap kejang demam

3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No. …….. /2018 Tentang Kebijakan


Pelayanan Klinis

4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/Menkes/514/2015


tentang Panduan Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama
Buku Penatalaksanaan MTBS dan MTBM tahun 2015

5. Langkah- 1. Dokter melakukan identifikasi pasien dengan menanyakan


nama, tanggal lahir, alamat pasien (minimal dua data) dan
langkah
mencocokan dengan data rekam medis.
2. Dokter melakukan anamnesa dengan menanyakan:
 Kejang. Tanyakan tipe kejang, berapa lama, frekuensi
dan kesadaran paska kejang. Berlangsung pada demam
akut.
 Tanyakan riwayat kejang sebelumnya, kondisi medis
yang berhubungan, gejalainfeksi, keluhan neurologis,
cedera akibat kejang.
 Usia 6 bulan-6 tahun. Kejang demam sebelum usia 5-6
tahun mungkin disebabkan oleh infeksi SSP.
 Resiko meningkat 2-3x bila saudara sekandung
mengalami kejang demam
3. Dokter melakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital.
Pada kejang demam tidak ditemukan penurunan kesadaran
4. Dokter menegakkan diagnosa dan menyusun rencana
layanan medis berupa rawat jalan.
Klasifikasi kejang demam :
a. Kejang demam sederhana
Kejang umum tonik, klonik, atau tonik klonik
Durasi < 15 menit
Kejang tidak berulang dalam 24 jam
b. Kejang demam kompleks
Kejang fokal atau fokal menjadi umum
Durasi > 15 menit

1
Kejang berulang dalam 24 jam
5. Dokter memberikan pengobatan yaitu :
 Diazepam per rektal (0,5 mg/ kgBB) atau BB<10 kg
diazepam 0,5 mg, BB >10 kg diazepam per rectal 10 mg
atau lorazepam segera jika akses intravena tidak
mudah. Dosis diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB/kali
maksimum 20 mg.
 Jika belum berhenti diazepam rektal/ IV dapat diberikan
2 kali dengan interval 5 menit.
 Jika 2x pemberian diazepam masih kejang dapat
diberikan fenitoin IV dengan dosis inisial 20 mg/kgBB,
diencerkan dalam NaCl 0,9% dengan pengenceran 10
mg fenitoin dalam 1 ml NaCl 0,9% dengan kecepatan
pemberian 1 mg/kgBB/menit, maksimum 50 mg/ menit.
Dosis inisial maksimum 1000 mg.
 Jika dengan fenitoin masih kejang diberikan fenobarbital
IV dengan dosis inisial 20 mg/kgBB, tanpa pengenceran
dengan kecepatan pemberian 20 mg/menit.
 Jika kejang berhenti dengan fenitoin beri rumatan 12
jam dengan dosis 5-7 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis
 Jika kejang berhenti dengan fenobarbital lanjutkan
rumatan 12 jam dengan dosis 4-6 mg/kgBB/hari dalam 2
dosis
 Profilaksis : diazepam oral/ rectal 0,3 mg/kgBB/hari
dibagi tiap 8 jam hanya diberi selama episode demam
 Profilaksis kontinyu : fenobarbital 4-6 mg/kgBB/hari
dibagi 2-3 dosis
6. Dokter memberikan edukasi dan konseling kepada keluarga
pasien tentang kondisi pasien dan rencana layanan medis,
pengobatan dan efek samping pengobatan dan rujukan
7. Dokter mencatat tanggal pemeriksaan, anamnesis,
pemeriksaan fisik, diagnosa / kode ICD 10 yaitu R56 (febrile
convulsion), rencana layanan medis pengobatan dan edukasi
pasien di rekam medis
8. Dokter mencegah terjadinya pengulangan yang tidak perlu
dengan memeriksa kembali catatan pelayanan yang telah
diberikan
9. Dokter memasukkan kode tanda akhir pemeriksaan
6. Bagan Alir -
7. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait Poli Umum, Poli Lansia, Poli MTBS
9. Dokumen
Rekam Medik
terkait
10. Riwayat
Tanggal mulai
Perubahan No. Yang diubah Isi Perubahan
diberlakukan
Dokumen

Anda mungkin juga menyukai