1. Pengertian Kejang Demam (KD) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal > 38 C) akibat dari suatu proses ekstra kranial.
Kejang berhubungan dengan demam, tetapi tidak disebabkan infeksi
intrakranial atau penyebab lain seperti trauma kepala, gangguan
kesimbangan elektrolit, hipoksia atau hipoglikemia.
No. ICPC-2 : N07 Convulsion/Seizure
No. ICD-10 : R56.0 Febrile convulsions
2. Tujuan Sebagai acuan dalam menangani pasien dengan demensia
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Bobong No.
440/SK/C/VII/051/01/2018 Tentang Penyusunan Rencana Layanan Medis
4. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan utama adalah kejang
Anamnesis dimulai dari riwayat perjalanan penyakit sampai terjadinya
kejang. Perlu deskripsi kejang seperti tipe kejang, lama, frekuensi dan
kesadaran pasca kejang. kemudian mencari kemungkinan adanya faktor
pencetus atau penyebab kejang. Umumnya kejang demam terjadi pada
anak dan berlangsung pada permulaan demam akut. Sebagian besar
berupa serangan kejang klonik umum atau tonik klonik, singkat dan tidak
ada tanda-tanda neurologi post iktal.
Penting untuk ditanyakan riwayat kejang sebelumnya, kondisi medis yang
berhubungan, obat-obatan, trauma, gejala infeksi, keluhan neurologis,
nyeri atau cedera akibat kejang. Riwayat kejang demam dalam keluarga
juga perlu ditanyakan.
Faktor Risiko
1. Demam
a. Demam yang berperan pada KD, akibat:
• Infeksi saluran pernafasan
• Infeksi saluran pencernaan
1
• Infeksi THT
• Infeksi saluran kencing
• Roseola infantum/infeksi virus akut lain.
• Paska imunisasi
b. Derajat demam:
• 75% dari anak dengan demam ≥ 390C
• 25% dari anak dengan demam > 400C
2. Usia
a. Umumnya terjadi pada usia 6 bulan–6tahun
b. Puncak tertinggi pada usia 17–23 bulan
c. Kejang demam sebelum usia 5–6 bulan mungkin disebabkan oleh
infeksi SSP
d. Kejang demam diatas umur 6 tahun, perlu dipertimbangkan febrile
seizure plus (FS+).
3. Gen
a. Risiko meningkat 2–3x bila saudara sekandung mengalami kejang
demam
b. Risiko meningkat 5% bila orang tua mengalami kejang demam
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang lebih ditujukan untuk mencari penyebab demam.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :
1. Pemeriksaan hematologi rutin dan urin rutin
2. Pemeriksaan lain atas indikasi : glukosa, elektrolit, pungsi lumbal.
Penegakan Diagnostik(Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Klasifikasi kejang demam terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Kejang demam sederhana
2
a. Kejang umum tonik, klonik atau tonik-klonik.
b. Durasi < 15 menit
c. Kejang tidak berulang dalam 24 jam.
2. Kejang demam kompleks
a. Kejang fokal atau fokal menjadi umum.
b. Durasi > 15 menit
c. Kejang berulang dalam 24 jam.
Diagnosis Banding
1. Meningitis
2. Epilepsi
3. Gangguan metabolik, seperti: gangguan elektrolit.
4
fenitoin dalam 1 ml
NaCl 0,9%, kecepatan
pemberian 1
mg/kgBB/menit,
maksimum 50
mg/menit.
Rumatan 5-7
mg/kgBB/hari dibagi 2
dosis
Inisial 20 mg/kgBB
tanpa pengenceran,
kecepatan pemberian
20 mg/menit.
Rumatan 4-6
mg/kgBB/hari dibagi 2
dosis
Indikasi EEG
Tidak terdapat indikasi pemeriksaan EEG pada kejang demam, kecuali jika
ditemukan keragu-raguan apakah ada demam sebelum kejang.
Kriteria Rujukan
1. Apabila kejang tidak membaik setelah diberikan obat antikonvulsan
5
sampai lini ketiga (fenobarbital).
2. Jika diperlukan pemeriksaan penunjang seperti EEG dan pencitraan
(lihat indikasi EEG dan pencitraan).
Peralatan
Tabung oksigen dan kelengkapannya, infus set, diazepam rektal/intravena,
lorazepam, fenitoin IV, fenobarbital IV, NaCl 0,9%.
6. Unit terkait Pelayanan umum
7. Dokumen Rekam medis
terkait