Anda di halaman 1dari 8

PEMBAHASAN

1.1 Kejang Demam

1.1 Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan
sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38°C, dengan
metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses ekstrakranial
seperti GE, ISPA, DHF dan Thypoid.

1.2 Tanda dan Gejala klinis Klinis Kejang Demam


a. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
b. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)

1.3 Pemeriksaan fisik


a. Pemeriksaan fisis umum
 Tanda vital
 Mencari sumber infeksi
 Tanda dehidrasi
 ... dan lain-lain

b. Pemeriksaan neurologis
 Kesadaran
 Tanda rangsang meningeal
 Ubun-ubun besar
 Nervus kranialis
 Motorik bila memungkinkan
 Refleks fisiologis
 Refleks patologis
1.4 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
 Atas indikasi
 Tidak semua kasus perlu pemeriksaan laboratorium lengkap
 Tujuan pemeriksaan laboratorium:
 Evaluasi sumber infeksi
- darah perifer, hitung jenis
 Menyingkirkan etiologimetabolik– bergantung pada anamnesis dan
pemeriksaan fisis
- elektrolit, glukosa darah, kalsium ion

b. Pungsi lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Berdasarkan bukti-bukti terbaru, saat
ini pemeriksaan pungsi lumbal tidak dilakukan secara rutin pada anak berusia
<12 bulan yang mengalami kejang demam sederhana dengan keadaan umum
baik.

Indikasi pungsi lumbal :


1. Terdapat tanda dan gejala rangsang meningeal
2. Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis
3. Dipertimbangkan pada anak dengan kejang disertai demam yang
sebelumnya telah mendapat antibiotik dan pemberian antibiotik tersebut
dapat mengaburkan tanda dan gejala meningitis.

c. Elektroensefalografi (EEG)
Indikasi pemeriksaan EEG:
 Pemeriksaan EEG tidak diperlukan untuk kejang demam, KECUALI apabila
bangkitan bersifat fokal.

Keterangan:
EEG hanya dilakukan pada kejang fokal untuk menentukan adanya fokus
kejang di otak yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut.

d. Pencitraan
 Tidak terindikasi pada kejang demam sederhana
 Tidak selalu terindikasi pada kejang demam kompleks
 Terindikasi bila ada defisit neurologis fokal yang menetap.
1.5 Prognosis

1.6 Tata laksana


 Tata laksana kejang akut
- Sama dengan tata laksana kejang pada umumnya
 Tata laksana saat demam:
– Antipiretik
Antipiretik Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi risiko
terjadinya kejang demam (level of evidence 1, derajat rekomendasi A). Meskipun
demikian, dokter neurologi anak di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat
diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-
6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.

– Profilaksis intermiten
Yang dimaksud dengan obat antikonvulsan intermiten adalah obat antikonvulsan
yang diberikan hanya pada saat demam. Profilaksis intermiten diberikan pada kejang
demam dengan salah satu faktor risiko di bawah ini:
- Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
- Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
- Usia > 6 bln
- Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat Celsius
- Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu tubuh meningkat dengan cepat.

Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau rektal 0,5
mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan 12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis
maksimum diazepam 7,5 mg/kali. Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam
pertama demam. Perlu diinformasikan pada orangtua bahwa dosis tersebut cukup
tinggi dan dapat menyebabkan ataksia, iritabilitas, serta sedasi.

– Pengobatan rumatan

Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang (level of evidence 1, derajat rekomendasi B).
Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan
kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada
sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun, asam valproat dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat adalah 15-40 mg/kg/hari
dibagi dalam 2 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis.

Lama pengobatan rumat


Pengobatan diberikan selama 1 tahun, penghentian pengobatan rumat untuk
kejang demam tidak membutuhkan tapering off, namun dilakukan pada saat anak tidak
sedang demam.

2. Menghitung kebutuhan cairan pada anak nornal

HOLIDAY SEGAR
<10 kg 100 x BB
10-20 kg 1000 + 50 (BB -10)
>20 kg 1500 + 20 (BB – 20 )

TETESAN :
Mikro : dibagi 24 jam
Makro : Hasil dari mikro dibagi 3

Contoh kasus:
 Anak usia 3 tahun dengan BB 15kg
10-20 kg = 1000 + 50 (BB – 10)
= 1000 + 50 (15 – 10)
= 1000 + 50 (5)
= 1000 + 250
= 1250 cc/hari

 Tetesan Mikro = 1250 : 24 -Tetesan Makro = 52 : 3


= 17 tetes = 52 tetes
3. Penanganan Kejang Pada Anak
KEJANG (+)

Diazepam Rectal
< 12 kg = 5 mg/kg BB
> 12 kg = 10 mg/kgBB

Evaluasi 5 menit

Diazepam IV
Dosis 0,2 – 0,5 mg/kgBB
Kecepatan 1-2 menit

Masih kejang

Fenitoin
Dosis 20 mg/kgBB
Max. 40 mg/kgBB
Larutkan dengan Nacl 0,9% 50 ml

Fenobarbital
Dosis 20 mg/kgBB
Max. 40 mg/kgBB

Midazolam
Dosis 0,1 – 0,2 mg/kgBB

4. Penanganan Dehidrasi pada anak


a. Tanpa Dehidrasi
 < 2 tahun : 50-100 ml/kgBB
 > 2 tahun : 100-200 ml/kgBB

b. Dehidrasi Ringan Sedang


 75 ml/kgBB selama 1-4 jam

c. Dehidrasi Berat
  < 1 tahun : - 30 cc/kgBB (1 jam)  > 1 tahun : -30 cc/kgBB (½ jam)
70 cc/kgBB (5 jam) 70 cc/kgBB (2 ½ jam)
5. Jadwal Imunisasi IDAI 2020

1) Vaksin Hepatitis B :
 Diberikan sebelum berumur 24 jam,.
 Berat lahir kurang dari 2000 g, imunisasi HB ditunda sampai berumur ≥1 bulan.
 Ibu HBsAg positif imunisasi HepB segera setelah lahir, tidak dihitung sbg dosis
primer.
 Maksimal dalam 7 hari setelah lahir

2) Vaksin Polio :
 IPV minimal diberikan 2 kali sebelum umur 1 tahun. Selanjutnya berikan bOPV
atau IPV bersama DTwP atau DtaP

3) Vaksin BCG :
 Sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau sebelum bayi berumur 1 bulan
 Apabila berumur 3 bulan atau lebih BCG diberikan jika uji tuberkulin negatif.
Bila uji tuberkulin tidak tersedia, BCG dapat diberika

4) Vaksin DPT :
 Diberikan umur 2, 3, 4 bulan.
 Booster pertama diberikan pada umur 18 bulan
 Booster berikutnya diberikan pada umur 5 - 7 tahun atau pada program BIAS
kelas 1.
 Booster selanjutnya pada umur 10 - 18 tahun atau pada program BIAS kelas 5.
5) Vaksin Hib :
 Diberikan usia 2, 3, 4 bulan.
 Booster diberikan pada umur 18 bulan

6) Vaksin PCV
 diberikan pada umur 2, 4 dan 6 bulan
 booster pada umur 12 -15 bulan.

7) Vaksin rotavirus monovalen :


 diberikan 2 kali, dosis pertama mulai umur 6 minggu
 dosis kedua dengan interval minimal 4 minggu, harus selesai pada umur 24
minggu.

Vaksin rotavirus pentavalen :


 diberikan 3 kali, dosis pertama 6-12 minggu,
 dosis kedua dan ketiga dengan interval 4 sampai 10 minggu, harus selesai pada
umur 32 minggu.

8) Vaksin influenza :
 diberikan mulai umur 6 bulan
 diulang setiap tahun Pada umur 6 bulan sampai 8 tahun imunisasi pertama 2 dosis
dengan interval minimal 4 minggu.
 Umur ≥ 9 tahun, imunisasi pertama 1 dosis

9) Vaksin MR / MMR :
 Diberikan pada umur 9 bulan berikan vaksin MR.
 Bila sampai umur 12 bulan belum mendapat vaksin MR, dapat diberikan MMR.
Umur 18 bulan berikan MR atau MMR. Umur 5- 7 tahun berikan MR (dalam
program BIAS kelas 1) atau MMR

10) Vaksin Japanese encephalitis (JE) :


 diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis atau yang akan bepergian ke
daerah endemis.
 Untuk perlindungan jangka panjang dapat diberikan booster 1 - 2 tahun
kemudian.

11) Vaksin varisela :


 diberikan mulai umur 12 – 18 bulan.
 Pada umur 1 – 12 tahun diberikan 2 dosis dengan interval 6 minggu sampai 3
bulan.
 Umur 13 tahun atau lebih dengan interval 4 sampai 6 minggu
12) Vaksin hepatitis A :
 diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-2 diberikan 6 bulan sampai 12
bulan kemudian

13) Vaksin tifoid :


 diberikan mulai umur 2 tahun
 diulang setiap 3 tahun

14) Vaksin human papiloma virus (HPV) :


 diberikan pada anak perempuan umur 9 - 14 tahun 2 kali dengan jarak 6 - 15
bulan (atau pada program BIAS kelas 5 dan 6).
 Umur 15 tahun atau lebih diberikan 3 kali dengan jadwal 0, 1,6 bulan (vaksin
bivalen) atau 0,2,6 bulan (vaksin quadrivalent).

15) Vaksin dengue :


 diberikan pada anak umur 9 – 16 tahun dengan seropositif dengue yang
dibuktikan adanya riwayat pernah dirawat dengan diagnosis dengue
(pemeriksaan antigen NS-1 dan atau uji serologis IgM/IgG antidengue positif)
atau dibuktikan dengan pemeriksaan serologi IgG anti dengue positif.

6. Penanganan Dehidrasi pada anak

d. Tanpa Dehidrasi
 < 2 tahun : 50-100 ml/kgBB
 > 2 tahun : 100-200 ml/kgBB

e. Dehidrasi Ringan Sedang


 75 ml/kgBB selama 1-4 jam

f. Dehidrasi Berat
 < 1 tahun : - 30 cc/kgBB (1 jam)
70 cc/kgBB (5 jam)

 > 1 tahun : -30 cc/kgBB (½ jam)


70 cc/kgBB (2 ½ jam)

Anda mungkin juga menyukai