SOLUSIO PLASENTA
Paper ini Disusun Sebagai Satu Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik
Senior Bagian Ilmu obstetri dan ginekologi Rumah Umum Sakit Haji Medan
Disusun oleh:
Berlian
102119087
Pembimbing
Dr.Ahmad Khuwailid, Sp.OG
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya sehingga Paper ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan judul
“SOLUSIO PLASENTA”.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik dara cara penulisannya, penggunaan tata bahasa, dan dalam
penyajiannya sehingga penulis menerima saran dan kritik konstruktif dari semua pihak.
Namun terlepas dari semua kekurangan yang ada, semoga dapat bermanfaat bagi
pembacanya.
Penulis tak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada dr. Ahmad khuwailid,
Sp.OG yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam menyelesaikan refarat ini.
Penulis juga berterima kasih kepada rekan-rekan yang telah bekerja sama membantu
menyusun paper ini.
Akhirnya semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang kedokteran. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Aamiin
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULIAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablasio placenta
adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus
uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam
plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat
nutrisi dari ibu ke janin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam
masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat. Hebatnya
perdarahan tergantung pada luasnya area plasenta yang terlepas.
Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200 pelahiran. Intensitas
solusio plasenta sering bervariasi tergantung pada seberapa cepat wanita mendapat
pertolongan. Angka kematioan perinatal sebesar 25 %. Ketika angka lahir mati akibat
kausa lain telah berkurang secara bermakna, angka lahir mati akibat solusio plasenta
masih tetap menonjol.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada
plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar
melalui vagina hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang
berlangsung internal yang sangat banyak. Pemandangan yang menipu inilah
sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan
yang demikian seringkali perkiraan jumlah darah yang telah keluar sukar
diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-
kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskuler menahun, dan
15,5% disertai pula oleh preeklamsia. Faktor lain yang diduga turut berperan sebagai
penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin
bertambahnya usia ibu.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Klasifikasi
Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan
plasenta:
Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
2
3
D. Etiologi
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang menjadi predisposisi :
1. Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia
dan eklamsia . Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat
hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita
yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya
5
plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif. Angka kejadian
solusio plasenta pada ibu-ibu penggunan kokain dilaporkan berkisar antara 13-
35% .
7. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio
plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per
hari. Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis,
diameter lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya .
Deering dalam penelitiannya melaporkan bahwa resiko terjadinya solusio
plasenta meningkat 40% untuk setiap tahun ibu merokok sampai terjadinya
kehamilan.
8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat
solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan
berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak
memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.
9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada
vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya
kehamilan, dan lain-lain.
E. Patogenesis.
Apabila perdarahan sedikit, hematom yang kecil hanya akan sedikit mendesak
jaringan plasenta dan peredaran darah utero-plasenter belum terganggu, serta gejala
dan tandanya pun belum jelas. Kejadian baru diketahui setelah plasenta lahir, yang
pada pemeriksaan plasenta didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan
bekuan darah lama yang berwarna kehitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung
terus-menerus/tidak terkontrol karena otot uterus yang meregang oleh kehamilan
tidak mampu berkontraksi untuk membantu dalam menghentikan perdarahan yang
terjadi. Akibatnya hematom subkhorionik akan menjadi bertambah besar, kemudian
akan medesak plasenta sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta akan
terlepas dari implantasinya di dinding uterus. Sebagian darah akan masuk ke
bawah selaput ketuban, dapat juga keluar melalui vagina, darah juga dapat
menembus masuk ke dalam kantong amnion, atau mengadakan ekstravasasi di antara
otot-otot miometrium. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat akan terjadi suatu
kondisi uterus yang biasanya disebut dengan istilah Uterus Couvelaire, dimana pada
kondisi ini dapat dilihat secara makroskopis seluruh permukaan uterus terdapat
bercak-bercak berwarna biru atau ungu. Uterus pada kondisi seperti ini (Uterus
Couvelaire) akan terasa sangat tegang, nyeri dan juga akan mengganggu
kontraktilitas (kemampuan berkontraksi) uterus yang sangat diperlukan pada saat
setelah bayi dilahirkan sebagai akibatnya akan terjadi perdarahan post partum yang
hebat.
8
F. Gambaran Klinis
Gambaran klinis dari kasus-kasus solusio plasenta diterangkan atas
pengelompokannya menurut gejala klinis :
1. Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut juga ruptura sinus marginalis,
dimana terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah
banyak. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-
hitaman dan sedikit sakit. Perut terasa agak sakit, atau terasa agak tegang
yang sifatnya terus menerus. Walaupun demikian, bagian-bagian janin masih
mudah diraba. Uterus yang agak tegang ini harus selalu diawasi, karena dapat
saja menjadi semakin tegang karena perdarahan yang berlangsung. Salah satu
tanda yang menimbulkan kecurigaan adanya solusio plasenta ringan ini
adalah perdarahan pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman.
2. Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta telah terlepas lebih dari satu per empat bagian,
tetapi belum dua per tiga luas permukaan. Tanda dan gejala dapat timbul
perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga secara
mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama kemudian
disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam
dapat sedikit, tetapi perdarahan sebenarnya mungkin telah mencapai 1000 ml.
Ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, demikian pula janinnya yang jika
masih hidup mungkin telah berada dalam keadaan gawat. Dinding uterus
teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin
sukar untuk diraba. Apabila janin masih hidup, bunyi jantung sukar didengar.
Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,
walaupun hal tersebut lebih sering terjadi pada solusio plasenta berat.
9
G. Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya
plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung.
1. Syok perdarahan
perdarahan pada kala III persalinan dan adanya kelainan pada pembekuan darah.
Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah
Titik akhir dari hipotensi yang persisten adalah asfiksia, karena itu
Angka kesakitan dan kematian ibu tertinggi terjadi pada solusio plasenta berat.
Meskipun kematian dapat terjadi akibat nekrosis hipofifis dan gagal ginjal, tapi
mengkoreksi keadaan koagulopathi. Untuk tujuan ini pemberian darah segar adalah
pilihan yang ideal, karena pemberian darah segar selain dapat memberikan sel
2. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita solusio
yang terjadi. Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang
umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi ginjal akan
terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan proteinuri akan
terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks ginjal mendadak. Oleh karena
itu oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang
harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta berat. Pencegahan gagal
RSUPNCM dilaporkan kelainan pembekuan darah terjadi pada 46% dari 134
Kadar fibrinogen plasma normal pada wanita hamil cukup bulan ialah 450
mg%, berkisar antara 300-700 mg%. Apabila kadar fibrinogen plasma kurang
a. Fase I
disebabkan karena pemakaian zat tersebut, maka fase I disebut juga coagulopathi
oliguria/anuria .
b. Fase II
Fase ini sebetulnya fase regulasi reparatif, yaitu usaha tubuh untuk membuka
kembali peredaran darah kapiler yang tersumbat. Usaha ini dilaksanakan dengan
fibrinolisis. Fibrinolisis yang berlebihan malah berakibat lebih menurunkan lagi kadar
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan
menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna uterus berubah menjadi biru
atau ungu yang biasa disebut Uterus couvelaire. Tapi apakah uterus ini harus
menghentikan perdarahan .
H. .Diagnosis
Keluhan dan gejala pada solusio plasenta dapat bervariasi cukup luas. Sebagai
contoh, perdarahan eksternal dapat banyak sekali meskipun pelepasan plasenta belum
begitu luas sehingga menimbulkan efek langsung pada janin, atau dapat juga terjadi
perdarahan eksternal tidak ada, tetapi plasenta sudah terlepas seluruhnya dan janin
meninggal sebagai akibat langsung dari keadaan ini. Solusio plasenta dengan
perdarahan tersembunyi mengandung ancaman bahaya yang jauh lebih besar bagi
ibu, hal ini bukan saja terjadi akibat kemungkinan koagulopati yang lebih tinggi,
namun juga akibat intensitas perdarahan yang tidak diketahui sehingga pemberian
transfusi sering tidak memadai atau terlambat.
Menurut penelitian retrospektif yang dilakukan Hurd dan kawan-kawan pada
59 kasus solusio plasenta dilaporkan gejala dan tanda pada solusio plasenta :
recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna kehitaman .
- Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak
bergerak lagi).
- Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang. Ibu terlihat
anemis yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar pervaginam.
- Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
2. Inspeksi
- Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
3. Palpasi
- Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus)
4. Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung terdengar biasanya di atas 140,
kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari
5. Pemeriksaan dalam
- Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu his
- Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun ke
bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta, ini sering meragukan
6. Pemeriksaan umum
- Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit
vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi cepat,
7. Pemeriksaan laboratorium
- Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan
leukosit.
hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT (Clot Observation test) tiap l jam,
15
tes kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya
15O mg%).
8. Pemeriksaan plasenta .
Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian
plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya
- Darah
- Tepian plasenta
I. . Terapi
Ekspektatif, bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada perbaikan
(perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin hidup) dengan tirah
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio plasenta makin jelas,
pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah luas), maka
kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan di rumah
sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu seksio sesaria.
Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan telah terjadi
sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera diberikan. Amniotomi
akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin. Keluarnya cairan amnion
juga dapat mengurangi perdarahan dari tempat implantasi dan mengurangi masuknya
mana. Persalinan juga dapat dipercepat dengan memberikan infus oksitosin yang bertujuan
untuk memperbaiki kontraksi uterus yang mungkin saja telah mengalami gangguan.
Gagal ginjal sering merupakan komplikasi solusio plasenta. Biasanya yang terjadi adalah
nekrosis tubuli ginjal mendadak yang umumnya masih dapat tertolong dengan penanganan
yang baik. Tetapi bila telah terjadi nekrosis korteks ginjal, prognosisnya buruk sekali. Pada
tahap oliguria, keadaan umum penderita umumnya masih baik. Oleh karena itu oliguria
hanya dapat diketahui dengan pengukuran pengeluaran urin yang teliti yang harus secara
rutin dilakukan pada penderita solusio plasenta sedang dan berat, apalagi yang disertai
hipertensi menahun dan preeklamsia. Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah
17
pembekuan darah. Pengobatan dengan fibrinogen tidak bebas dari bahaya hepatitis, oleh
karena itu pengobatan dengan fibrinogen hanya pada penderita yang sangat memerlukan,
dan bukan pengobatan rutin. Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah
Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak berlangsungnya solusio plasenta. Tetapi
jika itu tidak memungkinkan, walaupun sudah dilakukan amniotomi dan infus oksitosin,
tetapi, jika perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan seksio sesaria maka
J. Prognosis
Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus,
tersembunyi tidaknya perdarahan, dan selisih waktu terjadinya solusio plasenta sampai
selesainya persalinan. Angka kematian ibu pada kasus solusio plasenta berat berkisar
antara 0,5-5%. Sebagian besar kematian tersebut disebabkan oleh perdarahan, gagal
Hampir 100% janin pada kasus solusio plasenta berat mengalami kematian.
Tetapi ada literatur yang menyebutkan angka kematian pada kasus berat berkisar antara
50-80%. Pada kasus solusio plasenta ringan sampai sedang, keadaan janin tergantung
pada luasnya plasenta yang lepas dari dinding uterus, lamanya solusio plasenta
berlangsung dan usia kehamilan. Perdarahan lebih dari 2000 ml biasanya menyebabkan
18
kematian janin. Pada kasus-kasus tertentu tindakan seksio sesaria dapat mengurangi
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. C
Usia : 31 Thn
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wirausaha
19
No.RM : 302320
IDENTITAS SUAMI/WALI
Nama : Tn. A
Usia : 35 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Wirausaha
II. ANAMNESIS
Telaah :
Seorang wanita usia 31 thn dating ke IGD RSU Haji Medan dengan keluaha keluar darah
dari kemaluan ± 1jam yang lalu, berwarna merah hitam, dan semakin banyak. Disertai
nyeri perut yang semakin memberat dan oyong, pasien merasakan pergerakan janin
berkurang. Pada saat usia kehamilan 6 bulan pasien pernah mengalami perdarahan
RPT :-
RPK :-
RPO :-
RAO :-
20
Riwayat Obstetri
KB : Tidak ada
Riwayat Menstruasi
Lama : 7 hari
Disminore :-
Fluor albus :-
Lainya :-
Edema :-
Pening :+
Mual :+
Muntah :+
Vertigo :-
Kejang- kejang :-
Icterus :-
21
Koma :-
Lainya :-
Status Present
TD : 80/60
Nadi : 108x/i
Pernapasan : 24x/i
Suhu : 36,3 c
TB : 156 cm
BB : 88 Kg
Status Generalisata
medial
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
gravidarum (+)
Palpasi :
22
xhypoideus/38 cm. fundus uteri teraba bagian besar, bulat, lunak (bokong janin)
Osborn Tes :-
Pembukaan servix : 2 Cm
Effacement : 60%
Posisi : uuk
Sacrum : Cekung
Meconium :-
Solusio Plasenta
Plasenta Previa
Rupture Uteri
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG TAS
Plasenta : Fundal
Hasil Laboratorium
Solusio Plasenta
- Laporan supervisor
- IVFD RL 20 gtt/i
- pasang kateter
- inform consent
- berdoa
Jam : 09.00
1. Ibu di baringkan di meja opearasi dengan infus dan kateter terpasang dengan baik,
dilakukan anastesi spinal dan dilakukan tindakan septic dan antiseptic dengan betadin
dan alcohol 70% lalu ditutupi dengan duk steril kecuali lapangan operasi.
3. Peritoneum di jepit, di jinjing dan di gunting ke atas dan kebawah tampak uterus.
Identifikasi segmen bawah Rahim (SBR). Pasang blast hook, insisi uterus low servikal
kepala lahir bayi laki-laki lahir dengan APGAR SKOR menit pertama 6, menit kelima 8
berat badan bayi 2800 gram, panjang 45cm, anus (+), tali pusar di klem dikedua tempat
4. Tepi lukau uterus dijepit, cairan uterus dibersihkan, kesan bersih, uterus dijahit lapis
5. Cavum abdomen dibersihkan, kesan bersih, dinding abdomen di jahit lapis demi lapis
X. Instruksi post SC
1. Pantau keadaan
2. Vital sign
3. Tanda-tanda perdarahan
1. IVFD RL 20 gtt
26
- kelamin : laki-laki
- trauma anak :-
XIII. Follow up
O : sensorium : compomentis
HR : 88X/i T : 36,7 C
A : Post op sc
Memberikan terapi :
- IVFD RL 20 gtt
O : sensorium : compomentis
HR : 88X/i T : 36,7 C
A : Post op sc
Memberikan terapi :
- IVFD RL 20 gtt
O : sensorium : compomentis
HR : 88X/i T : 36,7 C
A : Post op sc
Memberikan terapi :
- IVFD RL 20 gtt
PBJ
Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo,
2002; 3-21.
2. Cunningham FG, Macdonald PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC. Obstetrical
3. Pritchard JA, MacDonald PC, Gant NF. Williams Obstetrics, 20th ed. R Hariadi, R
518-20.
18
3