No. : 440/071/SOP/Pkm-
Dokumen Cibeuteung/I/2021
No. Revisi : 00
SOP
Tanggal
: 18 Januari 2021
Terbit
Halaman : 1/9
UPT PUSKESMAS
dr. HIDAYAH ILMIATI .K
CIBEUTEUNG
NIP : 197909192014122001
UDIK
1. Pengertian Kejang Demam (KD) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal> 38oC) akibat dari suatu proses ekstrakranial.
Kejang berhubungan dengan demam, tetapi tidak disebabkan infeksi
intracranial atau penyebab lain seperti trauma kepala, gangguan
kesimbangan elektrolit, hipoksia atau hipoglikemia.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memberikan kemudahan
dan sebagai acuan bagi praktisi kesehatan (Puskesmas) dalam
penanganan/ penatalaksanaan pertama Kejang Demam.
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Nomor: /SK/Pkm-Cibeuteung/2022
tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi KEPMENKES RI NOMOR HK.01.007/MENKES/1186/2022 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama.
5. Alat dan Bahan a. Gown / baju APD
b. Handscoon
c. Masker
d. Safety glasses / kacamata pelindung
e. Stetoskop
f. Senter
g. Tabung oksigen
h. Infus set
i. diazepam rektal/intravena
j. Togue Spatle
k. NaCl 0,9%
l. Blangko Resep
m. Blangko Lab
n. Blanko Rujukan pasien
o. RM
p. Buku Register BP dan Anak
Faktor Risiko:
1. Demam
a. Demam yang berperan pada KD, akibat:
- Infeksi saluran pernafasan
- Infeksi saluran pencernaan
- Infeksi THT
- Infeksi saluran kencing
- Roseola infantum/infeksi virus akut lain.
- Paska imunisasi
b. Derajat demam:
- 75% dari anak dengan demam ≥ 390C
- 25% dari anak dengan demam > 400C
2. Usia
a. Umumnya terjadi pada usia 6 bulan–6tahun
b. Puncak tertinggi pada usia 17–23 bulan
c. Kejang demam sebelum usia 5–6 bulan mungkin
disebabkan
Oleh infeksi SSP
d. Kejang demam diatas umur 6 tahun, perlu dipertimbangkan
febrile
e. seizure plus (FS+).
3. Gen
a. Risiko meningkat 2–3x bila saudara sekandung mengalami
kejang demam
b. Risiko meningkat 5% bila orang tua mengalami kejang
demam
b. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective):
1. Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan fisik dimulai dengan tanda-tanda vital dan
kesadaran. Pada kejang demam tidak ditemukan penurunan
kesadaran. Pemeriksaan umum ditujukan untuk mencari tanda-
tanda infeksi penyebab demam. Pemeriksaan neurologi
meliputi kepala, ubun-ubun besar, tanda rangsang meningeal,
pupil, saraf kranial, motrik, tonus otot, refleks fisiologis dan
patologis.
2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang lebih ditujukan untuk mencari
penyebab demam. Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan :
a. Pemeriksaan hematologi rutin dan urin rutin
b. Pemeriksaan lain atas indikasi : glukosa, elektrolit, pungsi
lumbal.
c. Penegakan Diagnostik(Assessment)
Diagnosis Klinis:
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
Klasifikasi kejang demam terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Kejang demam sederhana
- Kejang umum tonik, klonik atau tonik-klonik.
- Durasi < 15 menit
- Kejang tidak berulang dalam 24 jam.
2. Kejang demam kompleks
- Kejang fokal atau fokal menjadi umum.
- Durasi > 15 menit
- Kejang berulang dalam 24 jam.
Diagnosis Banding:
1. Meningitis
2. Epilepsi
3. Gangguan metabolik, seperti: gangguan elektrolit.
Komplikasi dan prognosis:
Kejang demam suatu kondis yang jinak/benign, tidak
menyebabkan kematian. Sebagian besar akan menghilang pada
usia 5-6 tahun. Faktor risiko epilepsi di kemudian hari tergantung
dari: (1) kejang demam kompleks, (2) riwayat epilepsi dalam
keluarga, (3) terdapat defisit neurologis.
Indikasi EEG:
Tidak terdapat indikasi pemeriksaan EEG pada kejang demam,
kecuali jika ditemukan keragu-raguan apakah ada demam sebelum
kejang.
Indikasi pencitraan (CT-scan/MRI kepala)
Pemeriksaan pencitraan hanya dilakukan jika terdapat kejang
demam yang bersifat fokal atau ditemukan defisit neurologi pada
pemeriksaan fisik.
Konseling dan Edukasi:
Konseling dan edukasi dilakukan untuk membantu pihak keluarga
mengatasi pengalaman menegangkan akibat kejang demam dengan
memberikan informasi mengenai:
1. Prognosis dari kejang demam.
2. Tidak ada peningkatan risiko keterlambatan sekolah atau
kesulitan intelektual akibat kejang demam.
3. Kejang demam kurang dari 30 menit tidak mengakibatkan
kerusakan otak.
4. Risiko kekambuhan penyakit yang sama di masa depan.
5. Rendahnya risiko terkena epilepsi dan tidak adanya manfaat
menggunakan terapi obat antiepilepsi dalam mengubah risiko
itu.
Kriteria Rujukan:
1. Apabila kejang tidak membaik setelah diberikan obat
antikonvulsan sampai lini ketiga (fenobarbital).
2. Jika diperlukan pemeriksaan penunjang seperti EEG dan
pencitraan (lihat indikasi EEG dan pencitraan).Petugas
mencatat hasil kajian, dicatat dalam rekam medis
Pemeriksaan Pemeriksaan
penunjang (Bila
Fisik
Perlu)
Melakukan Therapy
Memberikan RUJUK
Edukasi
(Bila Perlu)
Selesai
Pendaftaran
Rekam medis
9. Unit Terkait Pelayanan Umum
Rawat jalan
Ruang Tindakan
10. Dokumen terkait -
No Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai
11. Rekaman Histori
Diberlakukan
Perubahan
DAFTAR TILIK
DEMAM KEJANG
Unit :
Nama Petugas : Liliana Anggraeni Amd.Keb
No Langkah Kegiatan Ya Tidak
Apakah Petugas memakai APD Level 2 sebelum melakukan
1
pelayanan?
2 Apakah petugas menerima rekam medis dari petugas pendaftaran?
3 Apakah Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut?
4 Apakah Petugas mencocokkan identitas pasien dengan Rekam
Medis?
5 Jika ada ketidak sesuaian data apakah petugas
mengkonfirmasikan dengan sub unit pendaftaran?
6 Apakah Petugas melakukan anamnesa keluhan pasien?
7 Apakah Petugas melakukan pemeriksaan penunjang (bila perlu)?
Pelaksana / auditor
Pelaksana / auditor