Anda di halaman 1dari 6

KEJANG DEMAM

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tgl. Terbit :
Halaman : 1/3
UPTD
dr. Widyaningrum A.D
Puskesmas
NIP 19790502200802038
Wadaslintang 1

1. Pengertian Kejang demam adalah bangkitan kejang yang disebabkan oleh


demam di atas suhu 38 0 C rectal tanpa disertai infeksi pada sistem
saraf pusat atau gangguan keseimbangan elektrolit akut pada anak
berumur lebih dari 1 bulan dan <5 tahun, tanpa riwayat kejang
tanpa demam sebelumnya.
Klasifikasi:
1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure) yaitu kejang
demam berlangsung singkat, < 15 menit dan umumnya akan
berhenti sendiri. Kejang berupa kejang umum tonik atau klonik
tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam 24 jam.
2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure) yaitu kejang
dengan salah satu ciri: kejang lama > 15 menit, kejang fokal
atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial, berulang atau lebih dari satu kali dalam 24 jam.
Gejala Kinis :
1. Demam dengan suhu di atas 380 C rectal
2. Kejang tonik klonik atau kejang fokal, saat kejang anak tidak
sadar
3. Setelah kejang anak sadar tanpa kelainan neurologis
4. Tidak ada gejala infeksi pada susunan saraf pusat atau
gangguan elektrolit
Pemeriksaan fisik:
1. Keadaan umum tampak sakit sedang-berat dengan kesadaran
compos mentis GCS 15
2. Tanda vital terdapat suhu diatas 38 0 C rectal dapat disertai
dengan kenaikan frekuensi pernapasan
3. UUB tidak menonjol
4. Conjungtiva anemis dapat pucat
5. Tidak ada kelainan dalam pemeriksaan saraf cranial
6. Tidak ada tanda rangsal meningeal (kaku kuduk, brudzinki I-II)
7. Pemeriksaan faring dapat ditemukan faring hiperemis dan
perbesaran tonsil sebagai kemungkinan sumber infeksi
8. Pemeriksaan paru dapat ditemukan ronkhi basah atau kasar
sebagai kemungkinan sumber infeksi
9. Pemeriksaan abdomen dalam batas normal
10. Tidak ada kelainan pada pemeriksaan neurologis
Diagnosa :
Didapatkan dari anamnesis adanya kejang yang didahului demam
pada anak berumur > 1bulan dan < 5 tahun tanpa ada riwayat
kejang tanpa demam sebelumnya. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan suhu tubuh diatas 380 c tanpa ada tanda-tanda
gangguan elektrolit ataupun neurologis. Dari pemeriksaan
penunjang,pemeriksaan darah perifer, elektrolit, dan gula darah
untuk menemukan sumber infeksi dan menyingkirkan penyebab lain
kejang.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah dalam
penatalaksanaan kejang demam
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Wadaslintang 1 nomor ...
tentang pemberian layanan klinis
4. Referensi Kepmenkes nomor 1186 tahun 2022 tentang panduan praktik klinis
bagi dokter di FKTP
5. Prosedur/ 1. Petugas melakukan anamnesa pada pasien sesuai ketentuan
Langkah- 2. Petugas menanyakan apakah terdapat demam sebelum kejang,
langkah sudah berapa kali menderita kejang, bila lebih dari 2 kali apakah
ada yang berlangsung lebih atau sama dengan 15 menit,
bagaimana jenis kejang, apakah parsial atau umum,atau parsial
menjadi umum
3. Petugas melakukan pengkajian riwayat kejang sebelumnya
4. Petugas melakukan pemeriksaan tanda-tanda vita dan
pemeriksaan fisik sesuai ketentuan:
 Petugas melakukan pemeriksaan pada ubun-ubun, apakah
ada ubun-ubun menonjol
 Petugas melakukan pemeriksaan conjungtiva anemis,
anemis atau tidak
 Petugas melakukan pemeriksaan saraf kanial, pemeriksaan
rangsal meningeal (kaku kuduk atau brudzinki I-II)
 Petugas melakukan pemeriksaan jantung, paru, abdomen,
apa ditemukan tanda-tanda penyebab infeksi
 Petugas memeriksa apakah ada kelumpuhan pada
ekstremitas atas atau bawah, reflex fisiologis, dan tonus otot
5. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang bila di perlukan
sesuai ketentuan
6. Petugas menegakkan diagnosa kejang demam yang didapat dari
gejala, pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium
7. Petugas memberikan informasi terkait hasil pemeriksan dan
tindakan yang akan dilakukan kepada penanggung jawab pasien
8. Petugas memberikan informed consent untuk tindakan medis
yang akan dilakukan kepada pasien dan ditandatangani oleh
pasien atau keluarga pasien
9. Petugas memberikan terapi untuk pengobatan kejang demam:
 Fase akut/saat kejang :
1) Perhatikan ABC
2) Putus kejang dengan diazepam 0,5 mg/kgbb/x perektal,
maksimal 2 kali, jarak 5 menit. Jika masih kejang
diberikan diazepam 0,25-0,5 mg/kg iv, kec 2mg/menit,
maksimal 10 mg. Jika masih kejang dapat diberikan
fenitoin 20 mg/kg iv, injeksi dalam 20 menit dalam 50 ml
NaCL 0,9%. Jika masih kejang persiapkan pasien untuk
dirujuk ke pelayanan yang lebih baik
3) Pemberian cairan IV RL sesuai kebutuhan
4) Saat demam diberikan paracetamol dengan dosis 10-15
mg/kgbb/kali diberikan 4 kali sehari.
5) Diazepam oral 0,3 mg/ kgbb/kali, 3 kali sehari atau
diazepam rectal 5 mg untuk BB < 10 kg atau 10 mg untuk
BB > 10 kg
6) Terapi antibiotika sesuai dengan sumber infeksi :bisa per
oral maupun intravena, untuk pengunaan iv antibiotik
terlebih dahulu melakukan skin test
a) Kloramphenikol,dosis 50-100 mg/kgBB/hari maks 2
gram selama 10-14 hari dibagi 4 dosis.
b) Ampisillin dan amoksisilin, dosis anak 50-100
mg/kgBB/hari selama 7-10 hari.
c) Ceftriaxone,dosis anak 80 mg /kgBB/hari dalam dosis
tunggal selama 5 hari
d) Cotrimoxazole (TMP-SMX),dosis anak TMP 6-19
mg/kgBB /hr atau SMX 30-50 mg/kgBB/hr selama 10
hari
e) Cefixime ,dosis anak 1,5-2 mg/kgBB/hari dibagi 2
dosis selama 10 hari
f) Thiamfenikol,dosis anak 50 mg/kgBB/hari.
10. Petugas melakukan rujukan apabila pasien memerlukan
tindakan di FKTRL
11. Petugas mendokumentasikan tindaka sesuai ketentuan
6. Diagram
Alir

7. Unit Terkait

8. Rekaman Histori Perubahan


Tanggal
No. Yang Diubah Isi Perubahan
Diberlakukan
JUDUL DAFTAR TILIK
UPTD
Puskesmas No. Dokumen : dr. Widyaningrum A.D
Wadaslintang DAFTAR No. Revisi : NIP 19790502200802038
1 TILIK Tgl. Terbit :
Halaman : 1/3

Unit : ………………………….
Nama Petugas : ………………………….
Tgl. Pelaksanaan : ………………………….

Tidak
No. Langkah Kegiatan Ya Tidak
Berlaku
1. Apakah Petugas melakukan anamnesa pada pasien
sesuai ketentuan?
2. Apakah Petugas menanyakan apakah terdapat
demam sebelum kejang, sudah berapa kali
menderita kejang, bila lebih dari 2 kali apakah ada
yang berlangsung lebih atau sama dengan 15 menit,
bagaimana jenis kejang, apakah parsial atau
umum,atau parsial menjadi umum?
3. Apakah Petugas melakukan pengkajian riwayat
kejang sebelumnya?
4. Apakah Petugas melakukan pemeriksaan tanda-
tanda vita dan pemeriksaan fisik sesuai ketentuan:
 Petugas melakukan pemeriksaan pada ubun-
ubun, apakah ada ubun-ubun menonjol
 Petugas melakukan pemeriksaan conjungtiva
anemis, anemis atau tidak
 Petugas melakukan pemeriksaan saraf kanial,
pemeriksaan rangsal meningeal (kaku kuduk
atau brudzinki I-II)
 Petugas melakukan pemeriksaan jantung,
paru, abdomen, apa ditemukan tanda-tanda
penyebab infeksi
 Petugas memeriksa apakah ada kelumpuhan
pada ekstremitas atas atau bawah, reflex
fisiologis, dan tonus otot
5. Apakah Petugas melakukan pemeriksaan penunjang
bila di perlukan sesuai ketentuan?
6. Apakah Petugas menegakkan diagnosa kejang
demam yang didapat dari gejala, pemeriksaan fisik
dan hasil laboratorium?
7. Apakah Petugas memberikan informasi terkait hasil
pemeriksan dan tindakan yang akan dilakukan
kepada penanggung jawab pasien?
8. Apakah Petugas memberikan informed consent
untuk tindakan medis yang akan dilakukan kepada
pasien dan ditandatangani oleh pasien atau keluarga
pasien?
9. Apakah Petugas memberikan terapi untuk
pengobatan kejang demam:
 Fase akut/saat kejang :
1) Perhatikan ABC
2) Putus kejang dengan diazepam 0,5
mg/kgbb/x perektal, maksimal 2 kali, jarak
5 menit. Jika masih kejang diberikan
diazepam 0,25-0,5 mg/kg iv, kec
2mg/menit, maksimal 10 mg. Jika masih
kejang dapat diberikan fenitoin 20 mg/kg
iv, injeksi dalam 20 menit dalam 50 ml
NaCL 0,9%. Jika masih kejang persiapkan
pasien untuk dirujuk ke pelayanan yang
lebih baik
3) Pemberian cairan IV RL sesuai kebutuhan
4) Saat demam diberikan paracetamol
dengan dosis 10-15 mg/kgbb/kali diberikan
4 kali sehari.
5) Diazepam oral 0,3 mg/ kgbb/kali, 3 kali
sehari atau diazepam rectal 5 mg untuk
BB < 10 kg atau 10 mg untuk BB > 10 kg
6) Terapi antibiotika sesuai dengan sumber
infeksi :bisa per oral maupun intravena,
untuk pengunaan iv antibiotik terlebih
dahulu melakukan skin test
a) Kloramphenikol,dosis 50-100
mg/kgBB/hari maks 2 gram selama 10-
14 hari dibagi 4 dosis.
b) Ampisillin dan amoksisilin, dosis anak
50-100 mg/kgBB/hari selama 7-10
hari.
c) Ceftriaxone,dosis anak 80 mg
/kgBB/hari dalam dosis tunggal selama
5 hari
d) Cotrimoxazole (TMP-SMX),dosis anak
TMP 6-19 mg/kgBB /hr atau SMX 30-
50 mg/kgBB/hr selama 10 hari
e) Cefixime ,dosis anak 1,5-2
mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 10
hari
f) Thiamfenikol,dosis anak 50
mg/kgBB/hari.
10. Apakah Petugas melakukan rujukan apabila pasien
memerlukan tindakan di FKTRL?
11. Apakah Petugas mendokumentasikan tindaka sesuai
ketentuan?

CR : ……………………….%

Wadaslintang, …………………………..
Pelaksana/Auditor
…………………………………………….

Anda mungkin juga menyukai