No. Kode : Puskesmas Selomerto 1 Terbitan : No. Revisi : SPO Tgl. Mulai : 1 Mei 2013 Berlaku dr. S u m a n t o Halaman : 1/5 NIP.19640909 200212 1 001
Agar petugas dapat menegakkan diagnosis kejang demam dan melakukan
1. Tujuan pengobatan kejang demam
KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SELOMERTO 1
2. Kebijakan Nomor : 440/SK/A/I/031/04/2013 Tentang Jenis Pelayanan Yang Ada di Puskesmas Selomerto 1 IGD 3. Ruang Lingkup Rawat Inap Puskesmas Selomerto 1 4. Definisi Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang disebabkan oleh demam di atas suhu 380 C rectal tanpa disertai infeksi pada sistem saraf pusat atau gangguan keseimbangan elektrolit akut pada anak berumur lebih dari 1 bulan dan <5 tahun, tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya. Klasifikasi : Kejang demam sederhana (simple febrile seizure) yaitu kejang demam berlangsung singkat, <15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berupa kejang umum tonik atau klonik tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure) yaitu kejang dengan salah satu ciri : kejang lama >15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial, berulang atau lebih dari satu kali dalam 24 jam. Gejala Kinis : Demam dengan suhu di atas 380 C rectal Kejang tonik klonik atau kejang fokal, saat kejang anak tidak sadar Setalah kejang anak sadar tanpa kelainan neurologis Tidak ada gejala infeksi pada susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit. Pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak sakit sedang-berat dengan kesadaran compos mentis GCS 15. Tanda vital terdapat suhu diatas 380 C rectal dapat disertai dengan kenaikan frekuensi pernapasan. UUB tidak menonjol. Conjungtiva anemis dapat pucat. Tidak ada kelainan dalam pemeriksaan saraf cranial Tidak ada tanda Rangsal menigeal (kaku kuduk, brudzinki I-II) Pemeriksaan faring dapat ditemukan faring hiperemis dan perbesaran tonsil sebagai kemungkinan sumber infeksi. Pemeriksaan abdomen dalam batas normal Tidak ada kelainan pada pemeriksaan neurologis Diagnosa : Didapatkan dari anamnesis adanya kejang yang didahului demam pada anak berumur >1 bulan dan <5 tahun tanpa ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh diatas 380 C tanpa ada tanda-tanda gangguan elektrolit ataupun neurologis. Daripemeriksaan penunjang, pemeriksaan darah perifer, elektrolit, dan gula darah untuk menemukan sumber infeksi dan menyingkirkan penyebab lain kejang. 5. Prosedur a. Petugas menerima pasien. b. Petugas melakukan anamnesa pada pasien, petugas menanyakan keluhan utama pada pasien (biasanya kejang) c. Petugas menanyakan apakah terdapat demam sebelum kejang, sudah berapa kali menderita kejang, bila lebih dari 2 kali apakah ada yang berlangsung lebih atau sama dengan 15 menit, bagaimana jenis kejang, apakah parsial atau umum, atau parsial menjadi umum. d. Petugas menanyakan saat demam apakah diukur menggunakan thermometer, apakah sudah diberikan penurun demam, jika sudah sebutkan, apakah ada faktor resiko berulangnya kejang demam. e. Petugas menanyakan ada faktor risiko menjadi epilepsi. f. Petugas menanyakan apakah disertai dengan penurunan kesadaran, tanyakan kesehatan anak sebelum sakit sekarang, apakah disertai mencret, batuk, sesak nafas, dan bagaimana buang air kecilnya. g. Petugas melakukan cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan pada pasien. h. Petugas melakukan pemeriksaan keadaan umum, kesadaran dan tanda vital (nadi, suhu, dan frekuensi pernapasan). i. Petugas melakukan pemeriksaan fisik apakah terdapat resiko mikro atau makro sefali. j. Petugas melakukan pemeriksaan pada ubun-ubun, apakah ada ubun-ubun menonjol. k. Petugas melakukan pemeriksaan conjungtiva anemis, anemis atau tidak. l. Petugas melakukan pemeriksaan saraf kanial, pemeriksaan rangsal meningeal (kaku kuduk atau brudzinki I-II) m. Petugas melakukan pemeriksaan jantung, paru, abdomen, apa ditemukan tanda-tanda penyebab infeksi. n. Petugas memeriksa apakah ada kelumpuhan pada ekstremitas atas atau bawah, reflex fisiologis, dan tonus otot. o. Petugas mencuci tangan setelah melakukan pemeriksaan pasien. p. Bila diperlukan petugas membuat permintaan pemeriksaan darah rutin/lengkap dan urin rutin. q. Petugas mengisi formulir permintaan pemeriksaan laboratorium. r. Petugas menyerahkan surat permintaan kepada laboratorium. s. Petugas menerima hasil laboratorium dari petugas laboratorium apakah didapatkan anemia, leukopeni atau lekositosis, trombositopeni atau eosinofilia, pada hasil urin rutin apakah terdapat biakan bakteri atau darah. t. Petugas menegakkan diagnosa kejang demam yang didapat dari gejala, pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium. u. Petugas menerangkan kepada pasien bahwa pasien perlu dirawat di puskesmas. v. Petugas memberikan informed consent untuk tindakan medis yang akan dilakukan kepada pasien dan ditandatangani oleh pasien atau keluarga pasien. w. Petugas memberikan terapi untuk pengobatan kejang demam : Fase akut/saat kejang : 1) Perhatikan ABC 2) Putus kejang dengan diazepam 0,5 mg/kgbb/x perektal, maksimal 2 kali, jarak 5 menit. Jika masih kejang diberikan diazepam 0,25-0,5 mg/kg iv, kec 2 mg/menit, maksimal 10 mg. Jika masih kejang dapat diberikan fenitoin 20 mg/kg iv, injeksi dalam 20 menit dalam 50 ml NaCL 0,9%. Jika masih kejang persiapkan pasien untuk dirujuk ke pelayanan yang lebih baik. 3) Pemberian cairan IV RL sesuai kebutuhan. 4) Saat demam diberikan paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kgbb/kali diberikan 4 kali sehari. 5) Diazepam oral 0,3 mg/kgbb/kali, 3 kali sehari atau diazepam rectal 5 mg untuk BB <10 kg atau 10 mg untuk BB >10 kg. 6) Terapi antibiotika sesuai dengan sumber infeksi : bisa per oral maupun intravena, untuk penggunaan iv antibiotik terlebih dahulu melakukan skin test. a) Kloramphenikol; dosis 50-100 mg/kgBB/hari maks 2 gram selama 10-14 hari dibagi 4 dosis. b) Ampisillin dan amoksisilin; dosis anak 50-100 mg/kgBB/hari selama 7-10 hari. c) Ceftriaxone; dosis anak 80 mg/kgBB/hari dalam dosis tunggal selama 5 hari. d) Cotrimoxazole (TMP-SMX); dosis anak TMP 6-19 mg/kgBB /hari atau SMX 30-50 mg/kgBB/hari selama 10 hari. e) Cefixime; dosis anak 1,5-2 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 10 hari. f) Thiamfenikol; dosis anak 50 mg/kgBB/hari. x. Petugas memberikan penjelasan mengenai rencana terapi kepada keluarga pasien. Petugas mengedukasi keluarga pasien bahwa kejang demam umumnya prognosis baik, hanya sebagian kecil yang berkembang menjadi epilepsi. y. Petugas menulis hasil pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnose dan terapi kedalam rekam medik. z. Petugas menandatangani rekam medic. 6. Diagram Alir Melakukan anamnesis Menegakkan diagnose pada pasien Melakukan vital sign dan pemeriksaan fisik berdasarkan hasil pemeriksaan
Menulis diagnose pasien Menulis hasil anamnesa, Memberikan tata laksana
ke buku register pemeriksaan dan diagnose pada pasien sesuai hasil ke rekam medic pemeriksaan
Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1, Hal 421-425.
7. Referensi Ilmu Kesehatan Anak. Fk Undip. 2011, Hal 134-144 Catatan Medik Blanko Rujukan 8. Dokumen Terkait Buku Register Blanko Resep Rawat Inap IGD 9. Distribusi Laboratorium Apotik