1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah -Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas laporan tutorial. Laporan ini disusun untuk memenuhi step 7 dalam seven
jump steps yaitu melaporkan hasil diskusi kelompok turorial L dalam skenario pertama Blok 15
Perawatan Penyakit dan Kelainan Gigi.
Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada:
1. drg. Roedy Budirahardjo, M.Kes., Sp. KGA selaku tutor yang telah membimbing
jalannya diskusi tutorial kelompok L Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan memberi
masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan – perbaikan di masa
yang akan datang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
SKENARIO 4
STEP 1 Clarifying Unfamiliar Terms 5
STEP 2 Problem Definition 5
STEP 3 Brainstorm 6
STEP 4 Mapping 10
STEP 5 Formulating Learning objects 10
STEP 6 Self Study 10
STEP 7 Pembahasan Learning Objects 11
DAFTAR PUSTAKA 27
3
SKENARIO 3
Perawatan gigi dengan fraktur mahkota Pasien anak perempuan 9 tahun datang bersama bapaknya
ke bagian klinik Pedodonsia RSGM Unej dengan kondisi ngilu ketika terkena es. Gigi tersebut
patah setelah Anak dipukul temannya sore kemarin. Pemeriksaan intraoral didapatkan gigi 21
fraktur pada sepertiga insisal, tes vitalitas gigi (+), tes perkusi (+), tes tekanan (-). Hasil
pemeriksaan ronsen didapatkan bahwa 11 fraktur mengenai dentin dengan saluran akar yang masih
lebar dan ujung apeks masih terbuka, tidak terdapat gambaran radiolusen pada gigi 11. Diagnosa
pada kasus tersebut adalah Fraktur Mahkota Gigi mengenai dentin dan direncanakan akan
4
STEP 1 Clarifying Unfamiliar Terms
Apeksogenesis
Merupakan prosedur perawatan yang melibatkan pulpa yang terinflamasi pada gigi yang
pulpa vital sehingga perkembangann antar gigi permanen mudanya tertutup dengan
sempurna.
Merupakan salah satu periode pada gigi sulung yang baru tanggal dan digantikan dengan
gigi permanen.
Tujuannya untuk melanjutkan dari pertumbuhan apeks sehingga bisa menutup dengan
- Fraktur
Fraktur gigi atau patah gigi merupakan hilangnya fragmen satu gigi lengkap yang biasanya
- Radiolusen
Merupakan gambaran hitam pada gambaran radiografi yaitu menunjukkan jaringan yang
Menunjukkan lebih tranparansi terhadap foto sinar x dikarena bahan radiasi lewat lebih
STEP 3 Brainstorm
- Kelas I: melibatkan corona sampai enamel, tidak nyeri dan tidak diskolorasi
- Kelas II : melibatkan enamel dan dentin, adanya nyeri dengan rangsangan sentuhan dan
- Kelas II : melibatkan enamel, dentin , dan pulpa, nyeri dan terlihat darah atau wanra
kemerahan
- 1: melibatkan email
- 4 : fraktur akar
6
- Fraksi enamel : tanpa kehilangan substansi gigi
- Fraktur enamel : fraktur dengan hilangnya substansi gigi yang mengenai enamel
- Fraktur enamel dentin : hilangnya substansi gigi yang melibatkan enam dan dentin tapi
- Fraktur mahkota : yang mengenai enamel dan dentin dengan terbukanya pulpa
- Fraktur mahkota akar : fraktur yang mengnai dentin, enamel, sementum, dengan atau
- fraktur tonjolan gigi, melibatkan corona gigi hingga dentin dan berakhir pada servikal
gigi
- gigi retak, pada permukaan oklusal kearah apical tanpa membagi gigi menjadi 2
fragmen
- fliptooth, keretakan gigi mulai dari batas marginal kearah mesiodistalyang membagi
menjadi 2 fragmen
- fraktur akar gigi, frakturnya dari akar gigi bisa complete dan incomplete
2. Menurut scenario, pemeriksaan tes vitalitas gigi, tes perkusi (pada mengethui salah satu
jenisnya adalah pada arah horizontal bukallingual, yang dimanan untuk emngethui
kerusakan pada periapical yang disebabkan oleh jaringan periodontal, bisa diliat dari bunyi
7
yang dihasilkan, semakin nyaring bunyinya maka pulpa semakin buruk / inflamasi pada
Ada pemeriksaan status lokalis (pemeriksaan pada are afraktur) ada 3 macam : look, feel,
dan move. Look : ekstraksi terhadap warna pada area fraktur jika ada pembengkakan.
Feel, dilakukan palpasi untuk memeriksa fungsi motoric, nyeri tekan, suhu, dan krepitasi.
Move, bertujuan untuk menilai pergerakan aktif dan pasif dari sendi dan
Anamnesa yang lengkap, Riwayat terjadi trauma(waktu, tempat, kronologi), ada atau
Ada tes khusus, test transluminasi, akan menghalangi cahaya, tets wedging, membedakan
gigi yang retak dan fraktur, test gigit, pasien menggigit bola kapas, jika nyeri saat
3. Karena adanya insiden crown profile, dengan susunan gigi anterior yang protrusive dengan
jarak overjet yang besar, kemudian adanya maloklusi klas I tipe 2 atau klas II div 1, dan
Laki-laki lebih besar resikonya disbanding perempuan, anak umur 9-12 tahun, dan orang
Kehilangan Sebagian besar struktur gigi akan adanya paparan email terhadap suhu ekstrem,
Mungkin bisa juga bruxism, penggunaan gigi yang berlebih dan juga pemasangan alat
ortodonti
8
4. Diindikasikan pulpa yang masih vital, yang memungkinakan apical konveksion pada gigi
premature. Salah satu mekanisme nya adalah bisa dilakukan pulp capping atau pulpotomy.
Karena agar fisiologi pembentukan akar gigi tersebut bisa terjadi dan tidak terjadi inflamasi
5. Indikasi
Kerusakan pada pulpa koronal sedangkan pulpa radicular dalam keadaan sehat
Usia tidak lebih dari 20 tahun karena akar masih belum terbentuk dengan sempurna
Kontraindikasi
Gigi dengan fraktur akar horizontal yang berada dekat dengan gingival
9
Perdarahan berlebihan setelah amputasi pulpa
6. Anamnesa, pemeriksaan vitalitas, anastesi, opening acces, dapat dilakukan dengan 3 cara :
pulp capping, pulpotomy, apeksifikasi. Kemudian control 3-6 bulan, dan pemulihan
STEP 4 Mapping
10
STEP 7 Pembahasan Leraning Object
Pemeriksaan pasien yang mengalami fraktur terdiri dari pemeriksaan darurat dan
kesehatan pasien, data dan keluhan pasien. Data vital terdiri dari usia pasien, bagaimana
dan dimana terjadinya trauma serta kapan terjadinya trauma. Apabila terjadinya trauma
ditempat yang kotor atau kemungkinan banyak bakteri dan mengakibatkan keadaan klinis
kemerahan, pembengkakan pada ginggiva, maka pasien perlu diberikan ATS (Anti Tetanus
Serum). Pasien juga ditanyakan apakah terjadi muntah pada saat trauma, atau pasien
menjadi tidak sadar, sakit kepala serta amnesia setelah mengalami trauma. Apabila hal ini
terjadi maka kemungkinan ada kerusakan pada sistem syaraf pusat. Maka pasien
dianjurkan untuk pemeriksaan lebih lanjut pada bagian neurologi.. (Eva & Hendralin,
2013)
Pemeriksaan lanjutan meliputi pemeriksaan kembali klinis lengkap yang terdiri dari
pemeriksaan ekstra oral dan intra oral serta dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu
pemeri-ksaan radiografis, untuk dapat melihat perkembangan akar, ukuran pulpa dan jarak
dengan garis fraktur, kelainan pada dan jaringan pendukung. (Eva & Hendralin, 2013)
11
2. Mahasiswa mampu menjelaskan, mengetahui dan mengkaji Macam dan jenis dari
fraktur gigi.
I. WHO
a. Infraksi email, yaitu fraktur yang tidak sempurna pada email tanpa kehilangan
substansi gigi
hilangnya substansi gigi yang terbatas pada email dan dentin, namun tidak
melibatkan pulpa
melibatkan pulpa
g. Fraktur akar, yaitu fraktur yang melibatkan dentin, sementum, dan pulpa.
II. ELLIS
a. Fraktur Email
12
Fraktur mahkota sederhana tanpa mengenai dentin. Fraktur terbatas pada email
melibatkan pulpa.
13
c. Fraktur Mahkota dengan Terbukanya Pulpa
d. Fraktur Akar
Fraktur terbatas pada akar gigi yang melibatkan sementum, dentin, dan pulpa
b. Kelas 2 : Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan dentin
14
c. Kelas 3 : Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan
d. Kelas 4 : Trauma pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital
e. Kelas 5 : Trauma pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau avulsi.
h. Kelas 8 : Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi yang
menyebabkan fraktur mahkota yang besar tetapi gigi tetap pada tempatnya dan
i. Kelas 9 : kerusakan pada gigi sulung akibat trauma pada gigi depan.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan, mengetahui dan mengkaji Jenis dan prosedur dari
apeksogenesis.
15
ALAT
- Bur
- Ekskavator
- Spatula semen
- MTA gun
- Rubber dam
- Pinset
- Kaca mulut
- PFI
BAHAN
- MTA
- CaOH
- Saline
- Komposit
II. JENIS
a. Pulpotomi parsial
terbuka yang disebabkan oleh karies atau trauma, perdarahan pulpa juga dapat
terinflamasi. Tujuan pulpotomi parsial ini agar pulpa yang tertinggal (radiks)
diharapkan tetap vital setelah pulpotomi parsial. Seharusnya tidak ada tanda
16
klinis yang merugikan atau keluhan seperti sensitif, sakit, atau pembengkakan.
Tidak ada perubahan radiografis atau perubahan patologis lainnya. Dan proses
Kerusakan pada gigi permanen muda lebih banyak disebabkan oleh karies
yang luas dan fraktur akibat traumatik injuri. Pada keadaan ini, jaringan pulpa
bagian koronal biasanya telah rusak dan tidak bisa dipertahankan lagi. Jaringan
dentin. Perawatan ini disebut dengan pulpotomi parsial (Walton, et al, 2008).
Direct pulp cap diindikasi pada gigi permanen muda yang apeksnya belum
menutup sempurna dengan lesi karies kecil atau terpaparnya pulpa karena
Tujuannya agar vitalitas gigi dapat dipertahankan dengan akar yang belum
(AAPD, 2014).
dan prognosis gigi dapat sembuh dari gangguan karies. Tujuannya yaitu
restorasi akhir harus dapat menjaga bagian interna gigi termasuk dentin dari
17
kontaminasi lingkungan oral. Kevitalan gigi harus dipertahankan. Tidak ada
gambaran resorpsi interna atau eksterna atau perubahan patologis lainnya. Gigi
d. Protective liner
Protective liner, diindikasi pada gigi dengan pulpa vital, ketika karies
III. PROSEDUR
MTA merupakan material untuk pembentukan plug apikal pada ujung akar
dan membantu untuk mencegah ekstrusi dari bahan pengisi. Material MTA terdiri
dari partikel hidrofilik halus trikalsium silikat, oksida silikat dan oksida trikalsium.
kemampuan pelapisan sangat baik terhadap kelembaban dan sifat mekanik yang
Komposisi
18
MTA terdiri dari partikel halus hidrofilik seperti trikalsium silikat,
trikalsium aluminat, trikalsium oksida, oksida silikat, dan bismut oksida. MTA juga
dan kekurangan zat besi ini akan memberikan senyawa dengan tampilan berwarna
putih.
- pH awal 10,2 kemudian meningkat menjadi 12,5 setelah 3 jam dan setelah itu
tetap konstan.
karena itu lebih radiopak dari gutta - percha konvensional dan dentin, harus
dapat dibedakan pada radiografi bila digunakan sebagai material pengisi akar.
- Waktu setting: keuntungannya yaitu waktu setting MTA yang lama dimana
- Kekuatan tekan: dalam 24 jam MTA memiliki kekuatan tekan terendah (40
- Kelarutan: MTA tidak menunjukkan tanda-tanda kelarutan dalam air, hal ini
19
- MTA memiliki efek antibakteri.
MTA merupakan salah satu bahan pilihan yang telah disarankan untuk
menghasilkan jembatan dentin lebih signifikan dalam waktu yang lebih singkat
dengan peradangan kurang dan juga menyediakan hard setting, permukaan non-
resorbable tanpa celah di dentin barrier. Banyak studi in vivo dan studi histologis
yang telah melaporkan sifat fisik dan biologis unggul MTA dalam tindak lanjut
waktu singkat. Dalam kasus-kasus yang disajikan di sini, setelah periode tindak
lanjut jangka panjang, cedera gigi diobati dengan MTA menunjukkan hasil klinis
dan radiografi yang sukses. Hasil ini harus dikaitkan dengan kemampuan
membentuk apikal barrier sehingga dapat segera dilakukan obturasi saluran akar.
Oleh karena itu, MTA dapat mengatasi beberapa kekurangan kalsium hidroksida
Keuntungan
- Biokompatibel
- Radiopak
- pH basa (bateriostatik)
- Kelarutan rendah
20
Kerugian
- Mahal
a. Setelah diperoleh anestesia lokal dan isolator karet terpasang, akses yang lebar
campuran bubuk MTA dimasukkan dengan air steril (3:1) ke dalam saluran akar
kearah apeks memakai pemampat atau poin kertas sehingga terbentuk apical
tercapai, maka MTA harus dibersihkan dengan air steril dan kemudian diulang
kembali prosedurnya
e. Untuk menjamin agar MTA mengeras dengan tepat, pelet kapas basah
21
f. Sisa saluran akarnya diisi dengan gutta percha dan semen saluran akar atau resin
permanen.
tidak adanya tanda atau gejala penyakit periradikuler dan adanya barrier
kontraindikasi apeksogenesis.
I. Indikasi
- Pada kondisi gigi dalam masa pertumbuhan dengan foramen apikalis belum
tertutup smpurna
II. Kontraindikasi
- Ankylosis
22
- Fraktur vertikal dan horizontal pada gigi
I. Keberhasilan
- Barrier jaringan keras pada apeks dapat terlihat secara jelas pada foto rontgen atau
II. Kegagalan
- Faktor kecelakaan
23
6. Mahasiswa mampu menjelaskan, mengetahui dan mengkaji KIE perawatan
apeksogenesis.
I. Definisi KIE
II. Komunikasi
24
III. Informasi
manfaat dan aternatif tindakan yang mungkin bisa dilakukan nantinya. nformasi
- Sebisa mungkin dalam 1x24 jam, gigi yang telah direstorasi tidak digunakan
Hal ini bisa dicegah degan DHE gosok gigi yang baik dan benar
- Apabila tumpatan lepas maka harus segera ke dokter gigi supaya dilakukan
- Kedua, setelah dilakukan perawatan dan akar tertutup sempurna, pulpa vital
tetap dapat terjaga dan pulpotomi dengan bahan Ca(OH)2 masih dapat
- ketiga, jika setelah perawatan dan akar telah tertutup sempurna, maka
25
DAFTAR PUSTAKA
Audina, F. 2014. Perawatan Apeksogenesis Dengan Minteral Trioxid Trioxide Aggregate (MTA)
Pada e Aggregate (MTA) Pada Gigi Permanen Muda. Jurnal Universitas Sumatera Utara.
Bakar, abu. 2013. Kedokteran Gigi Klinis. Edisi 2. Yogyakarta: Quantum Sinergis Medika
Cohen, S. and Burns, R.C. 1994. Pathways of The Pulp. 6 th ed. St. Louis : Mosby. Guttman, J.L.
Garg, N. dan Garg, A. 2013. Textbook of Operative Dentistry. ed ke-2. New Delhi : Jaypee Brother
Medical Publisher.
Audina, F. 2014. Perawatan Apeksogenesis Dengan Minteral Trioxid Trioxide Aggregate (MTA)
Pada e Aggregate (MTA) Pada Gigi Permanen Muda. Jurnal Universitas Sumatera Utara.
Grossman LI, Oliet S, Del Rio CED, 1995 Ilmu Endodontik dalam Praktek. Terjemahan Rafin A
dari Endodontic Practice 11th ed. Philadelphia. Lea & Febiger. Pp 196, 205
Miloro M, Ghali GE, Larsen P, Waite P. Principles of Oral and Maxillofacial Surgery. 2nd ed.
Parolia, A., Kundabala, M., Rao, N., Acharya, S., Agrawal, P., Mohan, M., et al. (2010). A
comparative histological analysis of human pulp following direct pulp capping with
Propolis, mineral trioxide aggregate and Dycal. Australian Dental Jurnal, 55, 59-64.
26
Walton RE, Torabinejad M. Prinsip dan praktek ilmu endodonsi. Alih bahasa: Narlan S, Winiati
27