Anda di halaman 1dari 38

CBD

SMF ANESTESI RSU BANGLI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL AZHAR
2018
Prinsip pra anestesi:
• Persiapan mental dan fisik pasien
• Rencana anestesi
• Prognosis dan persiapan.
Tahap tatalaksana anestesi terdiri :
• Premedikasi
• Induksi dan pemeliharaan
• Pemulihan & perawatan pasca anestesi.
Apabila tonsilitis diderita oleh anak
tidak sembuh maka akan
berdampak terjadinya penurunan
Tonsilitis disebabkan oleh infeksi
nafsu makan, demam, berat badan
kuman golongan streptococcus
menurun, menangis terus-menerus,
atau virus yang dapat bersifat akut
nyeri waktu menelan dan terjadi
atau kronis.
komplikasi seperti sinusitis,
laringtrakeitis, otitis media, gagal
nafas, serta osteomielitis akut
Tonsilektomi

Pengangkatan tonsil dan


struktur adenoid, bagian
jaringan limfoid yang
mengelilingi faring melalui
pembedahan. Pembedahan Adenoidektomi
ini merupakan pembedahan
minor, tetapi harus
mempunyai ketrampilan
dan ketelitian yang tinggi
dari dokter ahli bedah
Tonsilektomi
didefinisikan Indikator klinis Indikasi Absolut
sebagai untuk prosedur
operasi surgikal
pengangkatan seperti
seluruh tonsil berikut: Indikasi relatif
palatine.
• Pembengkakan tonsil yang
menyebabkan obstruksi saluran
napas, disfagia berat, gangguan tidur
dan komplikasi kardiopulmoner
• Abses peritonsil yang tidak membaik
dengan pengobatan medis dan
drainase
• Tonsilitis yang menimbulkan kejang
demam
• Tonsilitis yang membutuhkan biopsi
untuk menentukan patologi anatomi

Indikasi
Absolut
• Terjadi 3 episode atau lebih infeksi
tonsil per tahun dengan terapi
antibiotik adekuat b. Halitosis akibat
tonsilitis kronik yang tidak membaik
dengan pemberian terapi medis
• Tonsilitis kronik atau berulang pada
karier streptokokus yang tidak
membaik dengan pemberian
antibiotik β-laktamase resisten
• Hipertrofi tonsil unilateral yang
dicurigai merupakan suatu keganasan

Indikasi
Relatif
Diseksi merupakan cara banyak digunakan pada
pasien anak. Pasien menjalani anestesi umum
(general endotracheal anesthesia). Teknik
operasi meliputi:
Memegang tonsil, membawanya ke garis tengah,
insisi membran mukosa, mencari kapsul tonsil,
mengangkat dasar tonsil dan mengangkatnya dari
fossa dengan manipulasi hati-hati. Lalu dilakukan
hemostasis dengan elektokauter atau ikatan.
Selanjutnya dilakukan irigasi pada daerah
tersebut dengan salin.
Trias Anestesia : Pembagian Anestesia :

Relaksasi otot Anestesi Anestesi Lokal Anestesi


Hipnotik Analgesia Regional 
(mengurangi Umum  IV,  lokal di
(tidur) (bebas dari Blok saraf,
ketegangan TIVA, LMA, daerah
nyeri) subarakhnoid,
tonus otot) OTT pembedahan
epidural, dll
Sulfas
Midazolam
Atropin
Agonis benzodiazepin yang terikat
Menghambat mekanisme kerja asetil kolin
dengan spesifitas yang tinggi pada
pada organ yang diinervasi oleh serabut
reseptor benzodiazepin. Mempunyai
saraf otonom para simpatis atau serabut
efek sedasi dan anticemas yang bekerja
saraf yang mempunyai neurotransmitter
pada sistem limbik dan pada ARAS serta
asetilkholin.
bisa  amnesia anterograd.

Dosis : Premedikasi, diberikan


intramuskular dengan dosis 0,2
Dosis : Intravena, dengan dosis 0,005
mg/kgBB. Pada dosis intravena diberikan
mg/kgBB, diberikan 10-15 menit sebelum
2 mg disusul setelah 2 menit
induksi.
meningkatkan 0,5-1 mg bila sedasi tidak
memadai
Fentanyl Propofol
Merupakan derivat fenol dengan nama kimia
di-iso profenol. Propofol memiliki kecepatan
Mempunyai potensi 1000 kali lebih kuat
onset yang sama dengan barbiturat intravena
dibandingkan dengan petidin dan 50-
lainnya, namun pemulihannya lebih cepat
100 kali lebih kuat dari morfin.
dan pasien dapat diambulasi lebih cepat
setelah anestesi umum.

Dosis : Untuk suplemen analgesia ,1-2 Dosis : Induksi anestesia, dosisnya 2-2,5
mcg/kgBB. Intravena mg/kgBB
Nitrous Oksida (N2O)

• Dosis : N2O : O2 adalah sebagai


berikut 60% : 40% ; 70% : 30% atau
50% : 50%2.3.

Atrakurium

• Dosis : Dosis intubasi : 0,5 – 0,6


mg/kgBB/iv, relaksasi otot : 0,5 – 0,6
mg/kgBB/iv
 memasukkan pipa pernafasan yang terbuat dari portex ke
dalam trakea guna membantu pernafasan penderita atau
waktu memberikan anestesi secara inhalasi.

Resistensi terhadap aliran udara


tergantung pada diameter tabung, Bentuk dan kekerasan
tetapi juga dipengaruhi oleh OTT dapat diubah dengan
panjang tabung dan kurvatura. stilet
 Alat yang digunakan untuk melihat laring
secara langsung supaya kita dapat
memasukkan pipa trakea dengan baik dan
benar.
Jenis Laringoskop :
 1. Bilah lurus (straight blades/ Magill/ Miller)
 2. Bilah lengkung (curved blades/ Macintosh)
Menjaga jalan nafas yang
bebas oleh sebab apapun

Mempermudah ventilasi positif


dan oksigenasi

Pencegahan terhadap
aspirasi dan regurgitasi
Operasi-operasi pada kepala,
leher, mulutm hidung dan
tenggorokan

Pada banyak operasi


abdominal, untuk
menjamin pernafasan yang
tenang dan tak ada
ketegangan
A Edema jalan napas bagian atas atau fraktur
dari wajah dan leher dapat memungkinkan
dilakukannya intubasi.
 Scope ,Tubes, Airway, Tape, Introducer,
Connector, Suction.
Pasien telah dipersiapkan sesuai pedoman
dan pemberian premedikasi (Midazolam 0.01-
0.1 mg/KgBB, Ketorolac 0.5 mg/KgBB,
Ondancentron 4 mg dan Ranitidine 25 mg)
Posisikan pasien dengan baik dan nyaman
Kesulitan Komplikasi

• Otot-otot leher yang pendek


dengan gigi geligi yang
lengkap • Memar & oedem laring
• Mulut yang panjang dan • Strech injury
sempit dengan arcus palatum • Non specific granuloma
yang tinggi larynx
• Gigi incisivum atas yang • Stenosis trakea
menonjol (rabbit teeth) • Trauma gigi geligi
• Kesulitan membuka mulut • Laserasi bibir, gusi dan
• Uvula tidak terlihat (malapati laring
3 dan 4) • Aspirasi
• Abnormalitas pada daerah • Spasme bronkus
servikal
• Kontraktur jaringan leher
 Nama : Ni Luh Kadek Ayu
Sintya Widayanty
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Usia : 7 Tahun
 BB : 22 kg
 Diagnosis : Tonsilitis Kronis
 Tindakan : Tonsilektomi
 Rencana Anestesi : GA OTT
 Ruangan : Anggrek
 Jenis pembedahan : Tonsilektomi
 Jenis anestesi : General Anestesi OTT
dengan napas kendali
 Tanggal masuk : 04 Mei 2018
 Tanggal Operasi : 05 Mei 2018
 No.RekamMedis : 270829
 Keluhan utama : Nyeri menelan
 Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien mengeluh nyeri saat menelan, nyeri saat


menelan dirasakan sejak 1 minggu yang lalu. Tapi
nyeri yang dirasakan memberat ± 4 hari SMRS yang di
ikuti dengan demam. Keluhan disertai batuk pilek
yang kambuh-kambuhan walaupun sudah minum
obat. Ketika di periksa di pol THT pasien sudah tidak
demam lagi tapi nyeri menelan masih dirasakan
pasien. Keluhan ini dirsakan sejak 1 tahun yang lalu,
sudah di kontrol ke THT, disarankan oleh Spesialis
THT untuk operasi tapi pasien tidak mau
menganggkat tonsilnya dengan alasan takut. Ngorok
saat tidur (+).
 Riw Penyakit Dahulu : (-)
 Riw Penyakit keluarga : (-)
 Riw Operasi : (-)
 Riw Transfusi : (-)
 Riw Sosial : Merokok (-)Alkohol (-),
Gigi palsu (-)
 B1 (Breath): Vesikuler (+/+), rh (-/-), wh (-/-) , tonsil
T3T3, RR : 20 x/menit. tiromental distance > 3 jari,
jarak gigi atas dengan bawah > 3 jari, Mallampati I.
 B2 (Blood) : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), HR: 88
x/menit, Temp 36,8 C.
 B3 (Brain) : Compos mentis, defisit neurologis (-).
 B4 (Blader) : Urine spontan (+).
 B5 (Bowel) : Distensi (-) BU(+) N.
 B6 (Bone) : Akral hangat, Edema (-), fraktur (-).
Darah Lengkap
 WBC : 9,3
 RBC : 4,56
 HGB : 11,8
 HCT : 35,1
 PLT : 347
 BT : 2’00”
 CT : 8’00
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang, maka
didapatkan:
 Diagnosis pre operatif :Tonsilitis kronis
 Status operatif : ASA I, Mallampati I
 Jenis operasi : Tonsilektomi
 Jenis anestesi : General Anastesi OTT
dengan napas kendali
 Pada pasien dengaan status fisik ASA 1 dilakukan tindakan anestesi
dan diberikan terapi anestesi yaitu :
Pramedikasi :
 Sedatif : Midazolam 0,05-0,1 mg/KgBB  1,1 - 2,2 mg  1 mg (IV)
 Analgetik : Ketorolac 0,5mg/KgBB  11 mg (IV)  10 mg (IV)
 Antiemetik : Ondancentron 0,05-0,1 mg/KgBB 1,1 – 2,2  2 mg (IV)
Ranitidine 1-2 mg/KgBB22 - 44 mg  25 mg (IV)
Induksi :
 Fentanyl 1-2 µg/KgBB  50 µg (IV)
 Propofol 2-2,5mg/KgBB50 mg (IV)
 Atrakurium 0,5-0,6mg/KgBB10 mg (IV)
Intubasi : Laringoskop blade no 2
Endotracheal Tube kinking no 4
Maintenence : N2O : O2 : Sevofluran : 60 : 40 : 2 vol%
Kardiovaskular : Respirasi : Inspeksi
Nadi dan tekanan pernapasan &
darah setiap 5 saturasi
menit. oksigen

Melakukan
monitoring terus
menerus tentang
keadaan pasien
yaitu reaksi pasien
Cairan : Monitoring
terhadap
input cairan
pemberian obat
anestesi khususnya
terhadap fungsi
Pemantauan
pernapasan dan Selama
jantung. Anestesi
 Analgetik Post Op :
 Petidin 100 mg 24 tpm D 5%

 Paracetamol 3 x 1 1/2 cth

 Ruang Perawatan : Anggrek


Pasien, An. NLKASW, 7 tahun datang ke ruang
operasi untuk menjalani operasi Tonsilektomi pada
tanggal 05 Mei 2018 dengan diagnosis Tonsilitis Kronis.
Persiapan operasi dilakukan pada tanggal 04 Mei 2018.
Dari anamnesis terdapat keluhan nyeri saat menelan,
nyeri saat menelan dirasakan sejak satu tahun yang lalu.
Tapi nyeri yang dirasakan memberat ± 1 minggu yang lalu
yang di ikuti dengan demam serta batuk pilek yang
kambu-kambuhan walaupun sudah minum obat.
Pemeriksaan fisik dari tanda vital didapatkan
tekanan nadi 88x/menit; respirasi 22x/menit; suhu
36,8OC. Dari pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
tanggal 03 Mei 2018 dengan hasil: Hb 11,8 g/dl. Dari
hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang disimpulkan bahwa pasien masuk dalam ASA I.
Anestesi umum (General anesthesia) adalah tindakan meniadakan
nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat
reversible berdasarkan trias anesthesia yang ingin diperoleh yaitu
hipnotik, analgesia, dan relaksasi otot.

Pemilihan teknik intubasi pada anastesi umum didarkan pada jenis


operasi yang akan dilakukan, usia, jenis kelamin, status fisik
pasien, keterampilan pelaksana anastesi, ketersediaan alat, serta
permintaan pasien.

Pasien perempuan, usia 7 tahun dengan berat badan 22 kg datang


dengan keluhan nyeri menelan, diagnosis dengan Tonsilitis kronis.
Pasien direncanakan tindakan Tonsilektomi.

Anda mungkin juga menyukai