TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Iris
Iris adalah perpanjangan corpus cilliare ke anterior. Iris
(
nonfenestrated) sehingga normalnya tidak membocorkan fluoresein
yang disuntikkan secara IV. Persarafan sensoris iris melalui
(3)
serabut-serabut dalam nervi cilliares.
3
4
Corpus ciliare
yang secara kasar berbentuk segitiga pada
potongan melintang, membentang ke depan dari ujung anterior
koroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm). corpus cilliare terdiri atas
zona anterior yang berombak-ombak, pars plicata (2 mm), dan
zona posterior yang datar, pars plana (4 mm). Processus ciliares
berasal dari pars plicata. Processus ciliare ini terutama terbentuk
2.1.3 Koroid
Koroid adalah segmen posterior uvea, diantara retina dan
sclera. Koroid tersusun atas tiga lapis pembuluh darah koroid,
vesikuler besar, sedang dan kecil. Semakin dalam pembuluh
terletak di dalam koroid, semakin lebar lumennya. Bagian dalam
pembuluh darah koroid dikenal sebagai koriokapilaris. Darah dari
2.2 Uveitis
2.2.1 Definisi
Uveitis adalah bentuk peradangan mata yang mempengaruhi
lapisan tengah jaringan di dinding mata (uvea). Uveitis sebagai tanda
bahaya karena seringkali datang secara tiba-tiba dan progresif, menjadi
lebih buruk dengan cepat. Kondisi uveitis ini dapat mempengaruhi satu
atau dua mata dan terutama mempengaruhi pada usai 20 tahun hingga
50 tahun tetapi dapat juga mempengaruhi anak-anak. Uveitis bisa
menjadi serius karena menyebabkan kehilangan penglihatan yang
permanen.(5)
2.2.2 Epidemiologi
Penderita umumnya berada pada usia 20-50 tahun. Setelah usia
2.2.3 Etiologi
1. Berdasarkan spesifisitas penyebab:
Penyebab spesifik infeksi
a. Uveitis tuberkulosis
Tuberkulosis dapat menyebabkan berbagai jenis
uveitis, tetapi memerlukan perhatian khusus bila terdapat
keratic precipitate granulomatosa atau granuloma koroid
c. Sarkoidosis
Sarkoidosis adalah penyakit granulomatosa kronik
yang belum diketahui penyebabnya; biasanya terjadi pada
decade keempat atau kelima kehidupan. Kelainan paru
ditemukan pada lebih dari 90% pasien. Nyatanya, hamper
seluruh system organ tubuh dapat terlibat, termasuk kulit,
tulang, hati, limpa, system saraf pusat, dan mata. Reaksi
jaringan yang terjadi jauh lebih ringan daripada uveitis
tuberkulosis dan jarang disertai perkijaun. Rekasi alergi
pada uji kulit menukung diagnosis sarkoidosis. Bila
kelenjar parotis terkena, penyakit ini disebut demam
uveoparotis (Heerfordt), bila kelenjar lakrimal terkena
disebut sindrom Mikulicz. Uveitis terjadi pada sekitar 25%
pasien sarkoidosis sistemik. Sama halnya dengan
tuberkulosis, setiap jenis uveitis bisa ditemukan, tetapi
sarkoid memerlukan perhatian khusus bila uveitisnya
granulomatosa atau terdapat flebitis retina, terutama
(11)
pada pasien-pasien ras kulit hitam.
d. Toksoplasmosis okular
Toksoplasmosis disebabkan oleh Toxoplasma
gondii, suatu protozoa intrasel obligat. Lesi ocular mungkin
didapat in utero atau muncul sesudah infeksi sistemik.
Gejala-gejala konstitusional mungkin ringan dan mudah
e.
Sifilis
f. Herpes virus
Uveitis yang disebabkan oleh virus herpes, biasanya
g. Reiter Syndrome
Biasanya mengenai dewasa muda laki-laki, di
antara umur 15-25 tahun. Trias dari penyakit ini adalah
artritis, urethritis dan konjungtivitis. Pada pemeriksaan
mata akan didapatkan mukopurulen konjungtivitis,
(3,11)
subepitelial keratitis.
sendi yang
paling sering terkena. Tanda utama penyakit
ini adalah sel dan flare dalam bilik mata depan,
keratic precipitate putih berukuran kecil sampai sedang
dengan atau tanpa bintik-bintik fibrin pada endotel,
sinekia posterior-yang sering menimbulkan seclusion
pupil, dan katarak. Keratopati pita, glaukoma sekunder,
edema macula kistoid juga bisa ditemukan dan
menimbulkan penurunan penglihatan. Merupakan suatu
anjuran pada semua anak yang menderita JRA untuk
(3,11)
diperiksa kemungkinan terdapatnya uveitis anterior.
c. Oftalmia simpatika
Oftalmia simpatika adalah uveitis granulomatosa
bilateral yang jarang, tetapi menghancurkan, timbul 10
hari sampai beberapa tahu setelah trauma tembus mata.
Sembilan puluh persen kasus terjadi dalam 1 tahun setelah
trauma. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi penyakit ini
agaknya berkaitan dengan hipersensitivitas terhadap
beberapa unsur dari sel-sel berpigmen di uvea. Kondisi ini
sangat jarang terjadi setelah bedah intraocular yang tanpa
komplikasi dan bahkan lebih jarang lagi pasca
endoftalmitis. Mata yang cedera mula-mula meradang dan
mata sebelahnya (mata simpatik) meradang kemudian.
Pasien biasanya mengeluhkan fotofobia, kemerahan dan
penglihatan kabur; namun, adanya floaters bisa juga
menjadi keluhan diawal. Uveitis umumnya difus. Eksudat
halus putih-kekuningan di lapisan dalam retina (nodul
dalen Fuchs) kadang-kadang tampak di segmen posterior.
(3,11)
Juga ditemukan adanya ablasio retina serosa.
d. Sindrom Vogt-Koyanagi-Harada
Terdiri dari peradangan uvea pada satu atau kdua
kadang-kadang vertigo.
Pada beberapa bulan pertama
penyakit dilaporkan terjadi kerusakan rambut atau timbul
uban. Walaupun iridosiklitis awal mungkin membaik
dengan cepat, perjalanan penyakit di bagian posterior
sering indolen dengan efek jangka anjang berupa
pelepasan serosa retina dan gangguan penglihatan. Pada
sindrom vogt koyanagi harada diperkiraka terjadi
hipersensitivitas tipe lambat terhadap struktur-struktu yang
mengandung melanin. Tetapi virus sebagai penyebab
belum dapat disingkirkan. Diperkirakan bahwa suatu
gangguan atau cedera, infeksi atau yang lain, menubah
struktur berpigmen di mata, kulit, dan rambut sedemikian
rupa sehingga tercetus hipersensitivtas tipe lamabat
terhadap struktur-struktur tersebut. Barubaru ini
diperlihatkan adanya bahan larut dari segmen luar lapisan
fotoreseptor retina (antigen-s retina) yang mungkin
menjadi autoantigennya. Pasien sindrom Vogt- Koyanagi-
Harada biasanya adalah orang-orang oriental yang
(3,11)
mengisyaratkan adanya disposisi imunogenetik.
2. Berdasarkan asalnya
Eksogen
o Traumatik uveitis
Trauma merupakan salah satu penyebab uveitis
adneksa mata. Luka lain seperti luka bakar pada mata, benda
anterior chamber.(3,11)
menyebabkan uveitis.(3,11)
Endogen
a. Idiopathic Anterior Uveitis
Istilah idiopatik dipergunakan pada uveitis anterior
dengan etiologi yang tidak diketahui apakah merupakan
kelainan sistemik atau traumatic. Diagnosis ini ditegakkan
sesudah menyingkirkan penyebab lain dengan anamnesis dan
(3,11)
pemeriksaan.
b. Masquerade Syndrome
Merupakan keadaan yang mengancam seperti
limfoma, leukemia, retinoblastoma dan melanoma malignant
(3,11)
dari koroid, dapat menimbulkan uveitis anterior.
2.2.4 Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan anatomis
o Uveitis anterior
2.2.5 Patofisiologi
Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh
efek langsung suatu infeksi atau merupakan fenomena alergi.
Bentuk uveitis paling sering terjadi adalah uveitis anterior akut
(iritis), umumnya unilateral dan ditandai dengan adanya riwayat
sakit, fotopobia dan penglihatan kabur, mata merah dan pupil kecil
serta ireguler. Penyakit peradangan traktus uvealis umumnya
unilateral, biasanya terjadi pada orang dewasa dan usia
pertengahan. Pada kebanyakan kasus penyebabnya tidak diketahui.
Berdasarkan patologi dapat dibedakan dua jenis besar uveitis: yang
non- granulomatosa (lebih umum) dan granulomatosa. Uveitis non-
granulomatosa terutama timbul di bagian anterior traktus ini, yaitu
iris dan korpus siliaris. Terdapat reaksi radang, dengan terlihatnya
infiltrat sel-sel limfosit dan sel plasma dengan jumlah cukup
(3)
banyak dan sedikit mononuklear. Uveitis yang berhubungan
dengan mekanisme alergi merupakan reaksi hipersensitivitas
terhadap antigen dari luar (antigen eksogen) atau antigen dari
dalam (antigen endogen).
Badan siliar berfungsi sebagai pembentuk cairan bilik mata
(humor aqueus) yang memberi makanan kepada lensa dan kornea.
(10)
Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya blood
aqueous barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin, dan
sel-sel radang dalam humor akuos. Pada pemeriksaan
biomikroskop (slit lamp) hal ini tampak sebagai flare, yaitu
2.2.6 Diagnosis
Diagnosis uveitis anterior dapat ditegakkan dengan melakukan
anamnesis, pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan penunjang
lainnya.(6,8)
a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan dengan menanyakan riwayat kesehatan
pasien, misalnya pernah menderita iritis atau penyakit mata lainnya,
kemudian riwayat penyakit sistemik yang mungkin pernah diderita
oleh pasien.
Keluhan yang dirasakan pasien biasanya antara lain:
a) Nyeri dangkal (dull pain) nyeri yang muncul dan sering
menjadi lebih terasa ketika mata disentuh pada kelopak
mata. Nyeri tersebut dapat beralih ke daerah pelipis atau
b. Pemeriksaan Oftalmologi
1. Visus : visus biasanya normal atau dapat sedikit menurun
2. Tekanan intraokular (TIO) pada mata yang meradang lebih
rendah daripada mata yang sehat. Hal ini secara sekunder
disebabkan oleh penurunan produksi cairan akuos akibat radang
pada korpus siliaris. Akan tetapi TIO juga dapat meningkat
akibat perubahan aliran keluar (outflow) cairan akuos
3. Konjungtiva : terlihat injeksi silier/ perilimbal atau dapat pula
(pada kasus yang jarang) injeksi pada seluruh konjungtiva
4. Kornea : KP (+), udema stroma kornea
5. Camera Oculi Anterior (COA) : sel-sel flare dan/atau hipopion
Ditemukannya sel-sel pada cairan akuos merupakan tanda dari
proses inflamasi yang aktif. Jumlah sel yang ditemukan pada
pemeriksaan slit-lamp dapat digunakan untuk grading. Grade 0
sampai +4 ditentukan dari:
0 : tidak ditemukan sel
+1 : 5-10 sel
+2 : 11-20 sel
+3 : 21-50 sel
+4 : > 50 sel
Aqueous flare adalah akibat dari keluarnya protein dari
pembuluh darah iris yang mengalami peradangan. Adanya flare
tanpa ditemukannya sel-sel bukan indikasi bagi pengobatan.
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium mendalam umumnya tidak
diperlukan untuk uveitis anterior, apalagi bila jenisnya non-
granulomatosa atau menunjukkan respon terhadap pengobatan non
spesifik. Akan tetapi pada keadaan dimana uveitis anterior tetap
tidak responsif terhadap pengobatan maka diperlukan usaha untuk
menemukan diagnosis etiologiknya. Pada pria muda dengan
iridosiklitis akut rekurens, foto rontgen sakroiliaka diperlukan
untuk mengeksklusi kemungkinan adanya spondilitis ankilosa.
Pada kelompok usia yang lebih muda, arthritis reumatoid juvenil
harus selalu dipertimbangkan khususnya pada kasus-kasus
iridosiklitis kronis. Pemeriksaan darah untuk antinuclear antibody
dan rheumatoid factor serta foto rontgen lutut sebaiknya dilakukan.
2.2.8 Tatalaksana
Tujuan utama dari pengobatan uveitis adalah untuk
mengembalikan atau mempebaiki fungsi penglihatan mata. Apabila
sudah terlambat dan fungsi penglihatan tidak dapat lagi dipuilihkan
seperti semula, pengobatan tetap perlu diberikan untuk mencegah
memburuknya penyakit dan terjadinya komplikasi yang tidak
diharapkan.
2.2.10 Komplikasi
Berikut ini adalah beberapa komplikasi dari uveitis anterior:
1) Glaukoma.
Uveitis anterior dapat menimbulkan sinekia anterior perifer yang
menghalangi humor akuos keluar di sudut iridokornea (sudut kamera
anterior) sehingga dapat menimbulkan glaukoma. Sinekia posterior dapat
menimbulkan glaukoma dengan berkumpulnya akuos humor di belakang
iris, sehingga menonjolkan iris ke depan
2) Katarak.
Gangguan metabolisme lensa dapat menimbulkan katarak,
disamping itu perlekatan iris dengan kapsul lensa juga dapat menjadi titik
awal timbulnya kekeruhan dimana dapat menimbulkan katarak.
3) Edema kistoid makular dan degenerasi makula dapat timbul pada uveitis
anterior yang berkepanjangan.