Anda di halaman 1dari 27

MANAJEMEN TRANFUSI DARAH DAN

KELAINAN KOAGULASI DI ICU

Mujahidin Arisman
NIM : 71 2018 013

dr. Susi Handayani, Sp.An, M.Sc


 
Pendahuluan
ICU (Intensive Care Unit) adalah suatu bagian dari rumah
sakit dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang
khusus di tujukan untuk observasi, perawatan dan terapi
pasien-pasien yang menderita penyakit, cidera atau
penyulit-penyulit yang mengancam nyawa dengan
prognosis dubia.
Transfusi darah adalah proses
pemindahan atau pemberian darah
dari seseorang (donor) kepada
orang lain (resipien).

Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting


dalam bidang kesehatan. Secara keseluruhan, transfusi
darah dibutuhkan untuk menangani pasien yang
mengalami perdarahan masif, pasien anemia berat,
pasien yang hendak menjalani tindakan operasi,
pasien dengan kelainan darah bawaan dan sebagainya
dimana 1 pasien dari 7 pasien yang
masuk rumah sakit memerlukan
transfusi darah.

Kebutuhan darah setiap hari di negara seperti


United States, adalah sekitar 36.000 unit sel
darah merah tetapi hanya 13,6 juta jumlah
seluruh darah dan unit sel darah merah yang
dapat dikumpulkan dalam satu tahun.
Kelainan koagulasi banyak faktor
yang melatar belakanginya, akan
tetapi banyak terjadi umum setelah
trauma besar, dan
koagulopati yang diinduksi trauma .
 merupakan faktor risiko kematian.
Tinjauan Pustaka

Transfusi Darah

Transfusi darah adalah proses pemindahan atau


pemberian darah dari seseorang (donor) kepada
orang lain (resipien).
Dasar-Dasar Pemberian Transfusi Darah

Dasar-dasar pemberian transfusi darah secara rasional


adalah pemilihan bahan transfusi yang tepat, jumlah
sesuai dengan kebutuhan, pada saat yang tepat dan
dengan cara yang benar, tepat klien dan waspada efek
samping yang terjadi
Ada 5 indikasi umum transfusi darah adalah sebagai berikut :
1. Kehilangan darah akut, bila 20–30% total volume darah
hilang dan perdarahan masih terus terjadi.
2.Anemia berat.
3.Syok septik (jika cairan IV tidak mampu mengatasi gangguan
sirkulasi darah dan sebagai tambahan dari pemberian antibiotik).
4.Memberikan plasma dan trombosit sebagai tambahan faktor
pembekuan, karena komponen darah spesifik yang lain tidak
ada.
5.Transfusi tukar pada neonatus dengan ikterus berat.
Keputusan Transfusi Darah

Keputusan melakukan transfusi harus selalu


berdasarkan penilaian yang tepat dari segi klinis
penyakit dan hasil pemeriksaan laboratorium.
Seseorang membutuhkan darah bila jumlah sel
komponen darahnya tidak mencukupi untuk
menjalankan fungsinya secara normal
Indikasi tranfusi darah

Darah terdiri dari berbagai elemen selular dan juga


protein plasma dengan mempunyai fungsi yang
berbeda-beda, juga biasanya pasien hanya
memerlukan komponen tertentu saja sehingga
komponen-komponen darah lainya dapat diberikan
pada pasien lain yang membutuhkan.

umumnya adalah bila kadar Hb menunjukkan kurang


dari 7 g/dl (Hb normal pada pria adalah 13-18g/dl
sedangkan pada perempuan adalah 12-16 g/dl)
American Society of Anesthesiologists menyatakan
bahwa indikasi tranfusi
▪ Hb <6 g/dL dan hampir tidak pernah diindikasikan Hb
>10 g/dL.
▪ Untuk nilai Hb Antara 6-10 g/dL, indikasi bergantung
pada risiko komplikasi.
▪ Pemberian transfusi mempertimbangkan fisiologi
tubuh.
▪ Jika memungkinkan, sebaiknya dilakukan transfusi
darah autolog.
▪ Indikasi transfusi sel darah merah autolog lebih
banyak karena risiko lebih rendah.
Pada pasien kritis di ICU transfusi darah
dipertimbangkan pada saat:

• Tingkat Hb ≤7 mg/dl dengan target 7-9 g / dl,


• Selama fase resusitasi awal sepsis berat jika ada bukti
pemberian oksigen yang tidak memadai ke jaringan
• Pada fase sepsis berat, pedomannya serupa dengan
pasien kritis lainnya dengan target Hb 7-9 g / dl.
• Transfusi darah tidak boleh digunakan untuk
membantu penyapihan dari ventilasi mekanis jika Hb>
7 g / dl.
Komplikasi dari tranfusi darah

Reaksi transfusi dapat didefinisikan sebagai setiap efek


samping atau komplikasi yang terjadi selama atau
setelah transfusi komponen darah pada pasien. Efek
samping dari transfusi darah dapat bervariasi. Reaksi
urtikaria merupakan komplikasi yang paling umum
terjadi akibat dari transfusi.
Komplikasi akut yang mengancam
nyawa :

 Hemolitik akut
 Infeksi bakteri kontaminan dari alat yang
terkontaminasi
 TRALI ( Transfusion related acute-lung injury)
 TACO (transfusion associated circulatory overload)
 Anafilaksis
Infeksi menular lewat tranfusi darah

Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD) adalah


masalah utama yang terkait dengan transfusi darah.
Estimasi yang akurat tentang risiko IMLTD sangat
penting untuk memantau keamanan suplai darah dan
mengevaluasi efektivitas dari prosedur skrining saat
ini yang dikerjakan
Jenis Transfusi Darah
Darah Lengkap (Whole Blood)
Sel Darah Merah (Packed Red Cell)
Trombosit
Plasma Beku (Fresh Frozen Plasma)
Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein yang ada dalam
eritrosit yang berfungsi membawa oksigen keseluruh
jaringan tubuh,memiliki afinitas (daya gabung)
terhadap oksigen dan dengan oksigen membentuk
oxihemoglobin di dalam sel darah merah, melalui
fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke
jaringan-jaringan.
Koagulasi
Koagulasi adalah proses komplek pembentukan bekuan
darah. Koagulasi sendiri merupakan bagian dari system
homeostasis. Sistem homeostasis tersebut terdiri dari
sistem vaskuler, trombosit dan pembekuan darah.
Banyak penyakit yang di sebabkan oleh kelainan koagulasi,
namun yang paling umum adalah:
Hemofilia dapat menyebabkan perdarahan berat atau
perdarahan yang bocor ke persendian. Hemofilia adalah kondisi
langka, namun komplikasinya dapat mematikan.
Kekurangan faktor II, V, VII, X, or XII yang berperan dalam
pembekuan dara, sehingga menyebabkan perdarahan abnormal.
Penyakit Von Willebrand, masalah pembekuan darah yang
diwariskan dari orangtua ke anak.
Kecelakaan (Trauma)
Kelainan Koagulasi
Kelainan pada sistem hemostasis dapat dibagi menjadi :
a) Kelainan pada pembuluh darah
b) Kelainan pada trombosit
c) Kelainan pada koagulasi
d) Kelainan pada sistem fibrinolitik
Kelainan koagulasi dapat dibagi menjadi dua kategori.
a) Kelainan yang diturunkan/herediter
b) Kelainan yang didapat/ acquired
Kelainan koagulasi Intermediate:
Penyakit ginjal
Penyakit hati.
Lupus Eritematous Sistemik (SLE)
Koagulopati

Koagulopati adalah proses patologis yang


menyebabkan kegagalan hemostasis atau mekanisme
untuk menghentikan dan mencegah perdarahan.
Beberapa literatur menyebutkan koagulopati akut
pada trauma (ATC) adalah suatu kondisi dimana
dijumpai 6 kondisi yaitu : trauma jaringan, syok,
hemodilusi, hipotermia, asidemia, dan inflamasi .
Diagnosis Koagulopati
Pemeriksaan laboratorium yang akan didapatkan pada
pasien koagulopati adalah:
1. Penurunan jumlah trombosit darah tepi
2. Pemanjangan masa plasma protrombin
3. Pemanjangan masa tromboplastin parsial Teraktivasi
4. Pemanjangan masa thrombin
5. Penurunan kadar fibrinogen plasma.
Patofisiologi koagulasi
Kelainan koagulasi dianggap sebagai akibat dari
lepasnya substansi–substansi serupa tromboplastin
yang berasal dari produk konsepsi ke dalam sirkulasi
darah ibu atau akibat aktivasi factor XII oleh
endotoksin.
Penatalaksanaan
Plasma segar yang dibekukan adalah sumber faktor-
faktor pembekuan V, VII, IX, X dan fibrinogen yang
paling baik. Pemberian plasma segar tidak diperlukan
adanya kesesuaian donor, tetapi antibodi dalam
plasma dapat bereaksi dengan sel-sel penerima. Bila
ditemukan koagulopati, dan belum terdapat
pemeriksaan laboratorium, plasma segar yang
dibekukan harus dipakai secara empiris.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai