1. Definisi
Stroke berasal dari kata strike yang berarti pukulan pada sel otak. Baiasanya
terjadi akibat adanya gangguan distribusi oksigen ke sel otak (Nuratif, Kusuma.
2015).
2. Etilogi
Infeksi: infeksi virus maupun bakteri dimana apabila ada infeksi sistem
kekebalan tubuh melakukan perlawanan terhadap infeksi dengan adanya
infeksi maka akan meningkatkan resiko penggumpalan darah yang
memicu resiko stroke.
Cedera kepala dan leher: apabila ada cedera atau trauma pada kepala
dan leher, akan mengakibatkan perderahan pada otak sehingga
terjadinya stroke.
3. Klasifikasi
4. Anatomi Fisiologi
a) Saraf pusat (SSP) merupakan pusat integrasi dan kontrol seluruh aktivitas tubuh,
terdiri atas:
Otak : merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur
dari segala kegiatan manusia yang terletak di dalam rongga tenggorokan.
Bagian- bagian otak:
Pada otak terdapat suatu cairan yang dikenal dengan cairan serebrospinal.
Cairan ini mengelilingi ruang sub aracnoid diisekitar otak dan medulla spinalis.
Cairan ini menyerupai plasma darah dan cairan intertisial yang dihasilkan oleh
plesuskoroid. Cairan ini berfungsi sebagai media pertukaran nutrien dan zat
buangan antara darah dan otak serta medulla spinalis.
b) Saraf tepi atau yang sering disebut (SST) yaitu saraf kranial dan saraf spinalis
yang merupakan garis komunikasi antara SSP dan tubuh. Susunan dari semua
saraf yang membawa pesan dari dan SSP/ berdasarkan fungsinya SST terbagi
atas dua bagian:
1. Sistem saraf somatik (SSS): sistem saraf somatik terdiri dari 12 pasang saraf
kranial dan 31 pasang saraf spinal, proses saraf somatik ini dipengaruhi oleh
kesaradan.
1) Saraf kranial
saraf kranial tersusun atas 12 pasang saraf kranial, beberapa dari saraf
tersebut hanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagian besar tersusun
atas serabut sensorik dan serabut motorik.
N. 1 (olfaktorius): penciuman
2) Saraf spinal tersusun atas 31 pasang saraf berawal dari korda melalui radiks
dorsal dan ventral. Saraf spinal adalah saraf gabungan motorik dan sensorik,
membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan meninggalkan
melalui eferen. Saraf spinal diberi nama dan angka sesuai dengan regia
kolumna vetebra tempat munculnya saraf tersebut.
2. Sistem saraf otonom (SSO): mengatur jaringan dan organ tubuh yang tidak
disadari, jaringan organ tubuh yang diatur oleh sistem saraf otonom adalah
pembuluh darah dan jantung. Sistem ini terdiri dari sitem simpatik dan
sistem saraf parasimpatik. Fungsi kedua sistem ini adalah saling berbalikan.
c) Sel-sel pada sistem saraf
Sistem saraf manusia terdiri dari dua komponen yaitu sel saraf dan sel
glial. Sel saraf berfungsi sebagai alat untuk menghantarkan implus dari panca
indra menuju otak selanjutnya oleh otak akan dikirim ke otot. Sedangkan sel glial
berfungsi sebagai pemberi nutrisi pada neuron.
Sel glial adalah sel penunjang tambahan pada SSP yang berfungsi
sebagai jaringan ikat. Selain itu juga berfungsi sebagai mengiosolasi neuron,
menyediakan kerangka yang mendukung jaringan, membantu memelihara
lingkungan interseluler dan bertindak sebagai fogosit (Haryani, dkk. 2009)
5. Patofisiologi
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja didalam arteri-
arteri yang membentuk Sirkulus Willisi. Secara umum apabila ada penyumbatan
pada aliran darah diotak maka otak akan mengalami kecenderungan kekurangan
oksigen. kekurangan oksigen ini apabila terjadi selama 1 menit saja dapat
mengarah pada gejala seperti penurunan kesadaran. Selanjutkan apabila terjadi
kekurangan oksigen pada otak dalam waktu yang lama maka akan terjadi proses
nekrosis (kematian jaringan-jaringan diotak) atau lebih spesifiknya nekrosis
mikroskopik neuron-neuron. Area nekrosis kemudian disebut infrak. Keadaan
dimana terjadi penyumbatan pada otak ini sering disebut dengan infrak iskemik
(arteri tersumbat) dan infrak hemoragik (arteri pecah). stroke ini terbagi atas dua
hal sebelumnya: stroke iskemik (non hemoragik) terjadi akibat adanya
penyumbatan pada aliran darah otak oleh trombus atau embolus. Trombus terjadi
karena berkembangnya arterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga
arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area trombus menjadi berkurang,
menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks yang akhirnya menjadi
infrak pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan melalui
arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut
menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan
neurologis fokal. Sedangkan stroke hemoragik terjadi dimana pecahnya
pembuluh darah yang menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan
subaracnoid yang menimbulkan perubahan pada komponen intacranial yang
seharusnya konstan. Adanya perubahan pada komponen intracranial yang tidak
dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan tekanan intrakranial
(TIK) yang bila berlanjut maka akan terjadi herniasi otak sehingga timbunya
kematian. Disamping itu darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang
subarachnoid yang akan menyebabkan edema, apabila spasme pembuluh darah
otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang/
tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak (Adyana, Kemal. 2015)
7 Manifestasi Klinis
a. Rasa lemas secara tiba-tiba dan amti rasa pada lengan, wajah, atau kaki,
seringkali terjadi pada salah satu sisi tubuh
e. Sakit kepala tampa penyebab yang jelas, penurunan kesadaran dan kejang
8 Pemeriksaan Diagnostik
Selain gejala-gejala klinis yang harus diperiksa untuk menegakan diagnosis yaitu:
9 Penatalaksanaa
1) Medikametosa
2) Operatif: prosedur bedah ini bertujuan untuk mengobati sesorang denga sroke
disertai peningkatan TKI, apabila TIK meningkat maka akan menghalagi darah
mengalir ke jaringan-jaringan otak dan mengakibatkan proses nekrosis otak
(Mansjoer, Arif, dkk. 2011)
10 Komplikasi
1) Dukubitus yaitu terjadinya luka lecet pada kulit akibat dari pasien yang
mengalami stroke tirah baring terlalu lama.
2) Kekuatan otot melemah apabial tirah baring terlalu lama maka akan
menimbulkan kekakuan pada otot dan sendi, penekanan pada saraf peroneus
dapat mengakibatkan drop food, selain itu akan terjadi kompresi saraf ulnar
dan kompresi saraf femoral
1. Pengkajian
A. Identitas klien
B. Riwayat kesehatan
Riwayat penyakit sekarang: informasi atau keterangan dari klien saat masuk
RS
Keluhan Utama: Keluhan yang paling dirasakan klien dan haya 1 saja
Keluhan Yang Menyertai: Keluhan lain yang dirasakan klien
Riwayat Penyakit Dahulu: Informasi tentang pernah menderita penyakit
sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga: Informasi mengenai adakah penyakit didalam
keluarga, seperti penyakit genetic.
Riwayat Alergi: Informasi tentang riwayat alergi berupa: makanan, obat-
obatan, ataupun cuaca/iklim
C. Pola ADL
D. Pemeriksaan Fisik
Sistem pernapasan:
c. Perkusi:
Sistem pencernaan:
c. Palpasi: hepar apakah teraba atau tidak, adanya nyeri tekan atau
tidak, limpa teraba atau tidak serta adanya nyeri tekan atau tidak.
Sistem perkemihan
b. Palpasi: palpasi apakah ada nyeri tekan pada regio hipogasterika atau
tidak normalnya tidak terdapat nyeri tekan. Serta palpasi apakah
kandung kemih penuh atau tidak.
Sistem endokrin:
a. Inpeksi:
Sistem persyarafan:
a. Inspeksi:
b. Perkusi:
Refleks fisiologis:
Sistem muskuloskeletal:
a. Inspeksi:
b. Palpasi: apakah ada nyeri tekan pada processus spinosus atau tidak.
Sistem integumen:
a. Inspeksi: lihat apakah rambut rontok atau tidak, kuku bebrsih atau
tidak, adanya lesi pada kulit atau tidak, adanya ekimosis atau tidak,
serta ada petekie atau tidak.
b. Palpasi: turgor kulit buruk atau tidak (elastis), kulit lembab atau
tidak dan adanya nyeri tekan pada kulit atau tidak.
2. Diagnosis keperawatan
2) Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d gangguan aliran darah ke otak
3. Intervesi keperawatan
1) . Gangguan mobiloitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler
Kriteria hasil:
2. Kekuatan otot dalam skala normal dan tidak mengalami rentan gerak
Intervensi:
Monitoring TTV
R/ mendapatkan hasil tentang skala kekuatan otot klien dan rentan gerak
serta membuat rencana tindakan untuk mengatasinya.
2) Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d gangguan aliran darah ke otak
Kriteria hasil:
Intervensi:
Monitor adanya gejala perfusi jaringan cerebral yang tidak efektif (nyeri
kepala, penurunan kesadaran, hemiparase/ kelemahan sebagian tubuh)
Kriteri hasil:
Intervensi:
Kriteria Hasil:
Intervensi
R/ menentukan makanan apa yang kaya nutrisi yang harus diberikan pada
klien
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/ dibuat.
5. Evaluasi Keperawatan