Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. E DENGAN DIAGNOSA CVA TROMBOSIS


DI RUANG PATTIMURA RSUD KANJURUHAN KABUPATEN MALANG

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Oleh :
NANDA INDAH UTAMI
NIM : 1920045

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Ny. E Dengan Diagnosa CVA Trombosis di unit
Rawat Inap Pattimura RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang yang dilakukan oleh:
Nama : Nanda Indah Utami
NIM : 1920045
Prodi : Keperawatan Program Sarjana
Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas studi klinik Program Studi Sarjana
Keperawatan yang dilaksanakan pada tanggal 02-06 Mei 2023 telah disetujui dan di sahkan pada :
Hari :
Tanggal :

Malang, 2023

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Pembimbing Institusi

(Eko Juli Krisdianto, S.Kep., Ns) (Dedi Kurniawan, S.Kep., Ns, M.Kep)
NIP. 197207011997031007 NIK. 201807068
LAPORAN PENDAHULUAN CVA TROMBOSIS

A. Konsep Dasar CVA Trombosis


1. Definisi

Cerebro Vascular Accident (CVA) merupakan sindrom klinis yang awal


timbulnya mendadak, progresif cepat, menimbulkan defisit neurologis lokal
atau global selama 24 jam atau lebih, dan dapat mengakibatkan kematian.
Cerebro Vascular Accident (CVA) merupakan penyakit yang paling sering
membuat penderita cacat karena gangguan fungsi otak.

Cerebro Vascular Accident (CVA) atau Stroke adalah gangguan pada


fungsi sistem saraf yang dikarenakan adanya gangguan pada peredaran darah
didalam otak akibat pecahnya pembuluh darah dalam otak. Otak semestinya
mendapatkan pasokan berupa oksigen dan nutrisi akan mengalami gangguan
dikarenakan kekurangan pasokan oksigen ke otak sehingga terjadi kematian
pada sel saraf otak.

Cerebro Vascular Accident (CVA) atau Stroke ialah suatu penyakit yang
diakibatkan karena adanya suatu gangguan pada suplai darh dan otak, yang
terjadi akibat pecahnya pembuluh darah ataupun dikarenakan adanya halangan
yang akibat dari gumpalan darah, dimana pasokan oksigen dan nutrisi
terganggu yang menyebabkan kerusakan pada jaringan otak. Cerebro Vascular
Accident (CVA) atau Stroke merupakan gangguan yang terjadi pada sistem
saraf yang diakibatkan adanya gangguan pada peredaran darah di otak.
2. Klasifikasi
Menurut LeMone et al. (2016) dan Brunner & Suddarth (2014), stroke diklasifikasikan
menjadi:
a. Stroke iskemik
Sumbatan dapat terjadi dari bekuan darah (trombus maupun embolus) atau stenosis
pembuluh darah akibat plak. Sumbatan pembuluh darah besar biasanya akibat trombus.
Stroke pembuluh darah kecil hingga sangat kecil menimbulkan infark di pembuluh
dalam. Klasifikasi dibedakan menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya :
1. Serangan Iskemik Transien (Transient ischemic attack, TIA), terkadang disebut stroke
kecil karena periode iskemik singkat, terlokalisasi dan secara klinis kembali normal
dalam kurun waktu kurang dari 24 jam.
2. Stroke Pembuluh Darah Besar (Trombosis), disebabkan oleh oklusi trombus pada
pembuluh darah serebral besar dan sering terjadi pada lansia yang istirahat/tidur
dikarenakan menurunnya tekanan darah. Stroke ini biasanya mengenai arteri serebral
tunggal yang menyuplai korteks serebral, menyebabkan afasia, sindrom pengabaian, dan
hemianiopia.
3. Stroke Pembuluh Darah Kecil (Infark Lakunar), terjadi di bagian terdalam otak atau
batang otak dari oklusi cabang kecil arteri serebral besar. Manifestasi mencakup
hemiplegia dan disartria.
4. Stroke Embolik Kardiogenik, terjadi ketika bekuan darah dari fibrilasi atrial, trombi
ventrikel, infark miokard, penyakit jantung kongestif, aterosklerosis masuk dan
menyumbat sistem sirkulasi serebral.
b. Stroke hemoragic
Perdarahan jaringan otak sering terjadi pada pasien hipertensi dan aterosklerosis serebral
yang mengakibatkan ruptur pembuluh darah. Perdarahan dapat terjadi akibat patologi
arteri, tumor otak dan penggunaan obat seperti antikoagulan oral. Perdarahan sering
terjadi pada lobus serebral, basal ganglia, talamus, pons, dan serebelum (Hickey dalam
Brunner & Suddarth, 2014).
Klasifikasi stroke hemoragik, antara lain:
1. Perdarahan Intraserebral, merupakan dilatasi dinding arteri serebral yang
berisikomudah rapuh. Penyebab aneurisma belum diketahui pasti, namun mungkin
disebabkan oleh aterosklerosis.
2. Perdarahan Sub Arakhnoid (PSA), merupakan perdarahan dalam ruang
subarakhnoid) berasal dari AVM (Arteriovenous Malformations), aneurisma
intrakranial, trauma atau hipertensi. Penyebab tersering adalah pecahnya aneurisma
pada sekitar sirkulasi Willis.
3. Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit CVA yang banyak terjadi adalah pecahnya
pembuluh darah otak yang sebagian besar diakibatkan oleh rendahnya
kualitas pembuluh darah otak. sehingga dengan adanya tekanan darah yang
tinggi pembuluh darah menjadi rentan pecah. CVA disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu :
1. Trombosis Serebri
Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab yang paling umum terjadi pada penyakit CVA. trombosis
lebih sering ditemukkan sebanyak 40% dari banyaknya kasus CVA,
hal ini telah diakibatkan oleh para ahli patologi. pada kasus trombosis
serebri biasanya ada kaitannya dengan kerusakan lokal pada dinding
pembuluh darah akibat aterosklerosis. Beberapa pasien dapat
mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang dan beberapa
mengalami onset yang tidak dapat dibedakan dari hemoragik
intraserebral tidak terjadi secara tiba-tiba ; kehilangan bicara
sementara, hemiplegia atau parestesia pada setengah tubuh dapat
mengalami onset paralis berat pada beberapa jam atau hari.
2. Emboli Serebri
Embolisme Serebri kondisi dimana aliran darah terhambat akibat
benda asing (embolus), seperti bekuan darah yang berada di dalam
aliran darah yang dapat menghambat pembuluh darah. emboli serebri
termasuk dalam urutan kedua dari berbagai penyebab utama CVA.
pada penderita CVA dengan embolisme serebri, penderita biasanya
berusia lebih muda dibandingkan dengan penderita CVA trombosis.
Hemiparesis atau hemiplegia tiba-tiba dengan afasia, tanpa afasia,
atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit jantung atau
pulmonal adalah karakteristik dari embolis serebral
3. Hemoragi (Pendarahan)
Hemoragi atau pendarahan saat pecahnya salah satu srteri sehingga
aliran darah pada sebagian oak berkurang atau terputus yang
mengakibatkan pasokan oksigen ke otak menjadi berkurang sehingga
fungsi otak dapat terganggu. Hemoragi dapat terjadi diluar durameter
(hemoragi ekstra dural atau epidural) dibawah durameter (hemoragi
subdural), diruang subarachonoid atau dalam substansi intra serebral).
4. Penyumbatan pada Arteri Serebri Media.
Arteri Serebri Media inilah yang paling sering mengalami gangguan.
penyumbatan dan pendarahan pada oksipital kapsul internal.
gangguan pada arteri serebri media dapat menyebabkan hemiparesis
sisi kontralateral yang lebih sering mengenai lengan, karena pusat
motorik tungkai masih mendapat pasokan darah dari asteriserebri
anterior. pada gangguan aliran darah di sisi yang dominan akan
timbul gejala afisia

4. Manifestasi Klinis
Gejala Stroke dapat di ingat lebih mudah dengan kata FAST.
Masing-masing terdiri dari singkatan gejalanya :
1. F atau Face (Wajah).
2. A atau Arms (Tangan)
3. S atau Speech (Perkataan)
4. T atau Time (Waktu)
Gejala stroke lainnya antara lain:
1. Pingsan atau kehilangan kesadaran
2. Kehilangan motorik, CVA adalah penyakit motor neuron atas
yang mengakibatkan kehilangan kontrol volunter terhadap
gerakan motorik
3. Hemiplagia (paralisis pada salah satu sisi tubuh)
4. Hemiparesis (Kelemahan pada salah satu sisi tubuh)
5. Kelumpuhan tiba-tiba pada wajah,tangan atau kaki, terutama
pada sisi sebelah tubuh
6. Kesulitan melihat dengan salah satu atau kedua mata
7. Kesulitan berjalan
8. Gangguan koordinasi atau keseimbangan
9. Selain itu stroke bisa menyebabkan depresi atau
ketidakmampuan untuk mengendalikan emosi
10. Afasia (Bicara tidak lancar, kurangnya ucapan dan kesulitan
memahami ucapan)
11. Ataksia anggota badan yang mengakibatkan kesulitan untuk
berjalan, berbicara, terganggunya fungsi pengelihatan, dan
gangguan menelan
12. Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala
5. Patofisologi
Otak sangatlah tergantung pada oksigen dan otak sendiri tidak
memiliki cadangan oksigen. Jika aliran darah ke setiap bagian otak terhambat
karena adanya trombus dan embolus, maka sangatlah mungkin jaringan otak
akan mengalami kekurangan oksigen. Kekurangan dalam satu menit saja dapat
mengarah pada gejala seperti kehilangan kesadaran.Selanjutnya jika otak
mengalami kekurangan oksigen dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
nekrosis mikroskopik neuron-neuron, yang menyebabkan terjadinya stroke
infark. Kekurangan oksigen pada awalnya akibat dari iskemia mum ( henti
jantung atau hipotensi) dan hipoksia akibat dari proses anemia dan kesukaran
untuk bernafas. Stroke embolus sendiri merupakan akibat dari bekuan darah,
plaque, dan ateroma fragmen lemak.Jika etiologi stroke adalah hemoragi maka
faktor pencetus utama adalah hipertensi.Abnormalitas vaskuler, aneurisma
serabut mengakibatkan rupture dan menyebakanhemoragi.
Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskema
dan infark sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah
serangan pertama sehingga terjadi edema serebal dan peningkatan TIK
(Tekanan Intra Kranial) dan kematian otak pada area yang lebih luas.
Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang terkena iskemia. Gangguan
pasokan aliran darah dapat terjadi dimana saja didalam arteri-arteri yang
membentuk sirkulasi willisi: arteria karotisinterna dan sistem vertebrobrasilar
dan semua cabang- cabangnya, secara umum apabila aliran darah ke jaringan
otak terputus selama 15 menit maka akan terjadi infark atau kematian jaringan.
Oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang
terjadi perdarahan yang disebabkan oleh arteri tersebut.
6. Pathway

Stroke Stroke non hemoragik


hemoragik

Peningkatan Trombus emboli


tekanan sistemik di cerebral

Aneurisme Suplai darah ke jaringan


cerebral tidak efektif

Perdarahan Perfusi jringan cerebral


arakhnoid tidak adekuat

Vasospasme arteri
Hematoma cerebral saraf cerebral Hemisfer kiri
cerebral

Iskemik infark Hemiparese/plegi kanan


PTIK hemiasi
cerebral
Defisit neurologi

Penurunan Penekanan saluran


kesadaran nafas Hemisfer Gangguan mobilitas fisik

Pola nafas tidak efektif Hemiparese/plegi kiri

Area groccaa

Rusaknya fungsi N VII dan


N XII Defisit perawatan diri

Komunikasi verbal Resiko kerusakan


integritas kulit

Risiko aspirasi Risiko trauma Risiko jatuh Kurang


pengetahuan
7. Pemeriksaan Penunjang

a. Angiografi Serebral

membantu menemukan penyebab CVA secara spesifik seperti


perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malforasi vaskular.

b. CT-Scan

Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi


hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan
posisinya secara pasti. hasil pemeriksaan biasannya didapatkan
hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau
menyebar ke permukaan otak.

c. MRI

MRI (Magnestic Imaging Resonance) menggunakan gelombang


magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya
perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang
mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.

d. USG Doppler

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem


karotis)

e. EEG

Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan


mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.

8. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Umum CVA Fase Akut
a. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral bila
disertai dengan muntah.
b. Bebaskan jalan napas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu
berikan oksigen 1-2 liter/menit
c. Memasang kateter untuk jalan buang air kecil
d. Kontrol tekanan darah pertahankan dalam kondisi stabil dan
normal
2. Penatalaksanaan setelah fase Akut
a. berikan nutrisi peroral setelah tes fungsi menelan baik. bila
terdapat gangguan menelan atau pasien mengalami penurunan
kesadaran anjurkan pemasangan NGT
b. Mobilisasi atau rehabilitasi dini jika tidak ada kontraindikasi.
boleh dimulai latihan mobilisasi bila kondisi hemodinamik stabil
atau pada fase rehabilitasi
3. Penatalaksanaan Medis
Obat anti hipertensi pada penderita CVA baru biasanya tekanan darah
tidak diturunkan terlalu rendah untuk menjaga suplai darah ke otak.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa CVA Trombosis


1. Diagnosa Keperawatan :
a. Resiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan hipertensi (D.0017)
b. Nausea berhubungan dengan stimulus penglihatan tidak menyenangkan dibuktikan dengan
mengeluh pusing, mengeluh mual, mengeluh akan muntah terus (D.0076)
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan neuromuskular ditandai dengan kekuatan
otot menurun, rentang gerak ROM menurun, gerakan terbatas, fisik lemah (D.0054)
d. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan sirkulasi serebral ditandai
dengan kesulitan berbicara/pelo (D.0119)
2. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan (SDKI) Tujuan/kriteria hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. Resiko perfusi serebral tidak efektif a. Nilai rata-rata tekanan Pemantauan
berhubungan dengan hipertensi darah membaik tanda vital
(D.0017) b. Tekanan darah sistolik
membaik
c. Tekanan darah diastolik
membaik
d. Reflek saraf membaik
2. Nausea berhubungan dengan a. Nafsu makan meningkat Manajemen mual
stimulus penglihatan tidak b. Keluahan mual menurun
menyenangkan dibuktikan dengan c. Perasaan ingin muntah
mengeluh pusing, mengeluh mual, menurun
mengeluh akan muntah terus d. Pucat membaik
(D.0076)
3. Gangguan mobilitas fisik a. Pergerakan ekstrimitas Dukungan
berhubungan dengan neuromuskular meningkat mobilisasi
ditandai dengan kekuatan otot b. Kekuatan otot rentang
menurun, rentang gerak ROM gerak (ROM) meningkat
menurun, gerakan terbatas, fisik c. Gerak terbatas menurun
lemah (D.0054) d. Kelemahan fisik menurun
4. Gangguan komunikasi verbal a. Kemampuan berbicara Promosi
berhubungan dengan gangguan meningkat kesehatan :
sirkulasi serebral ditandai dengan b. Pelo menurun Defisit bicara
kesulitan berbicara/pelo (D.0119)
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik (Edisi 1).
DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan (Edisi
1). DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan
(Edisi 1). DPP PPNI.
Muttaqin, 2008. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan, Jakarta, EGC.
Hudak C.M.,Gallo B.M. 1996, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik. Edisi VI, Volume II, Jakarta,
EGC.
Price S.A., Wilson L.M. 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4, Buku
II, Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai