Oleh :
Analisis Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status, kesehatan
klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil
konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang
perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien
(Potter&Perry, 2005).
Tipe Data :
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya.
Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustasi,
mual, perasaan malu (Nursalam, 2009).
2. Data objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca
indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya
frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat
kesadaran (Nursalam, 2009).
2. Diagnosis Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001) berhubungan dengan
obstruksi jalan napas, reflek batuk yang tidak adekuat
2. Risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017) berhubungan dengan
infark jaringan otak, vasospasme serebral, edema serebral
3. Risiko perfusi perifer tidak efektif (D.0015) berhubungan dengan
penurunan kardiak output
4. Gangguan (D.0054) mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler, kelemahan anggota gerak
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan yang dipilih untuk
membantu klien dalam mencapai hasil dan tujuan yang diharapkan (Doenges,
Moorhouse and Geissler, 2012). Menurut Nursalam (2013) dan Tim pokja SIKI
DPP PPNI (2018) (6), perencanaan keperawatan pada kasus DBD yaitu:
1) Diagnosa 1 : Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0015) berhubungan
dengan penurunan kardiak output
Kriteria hasil : Perfusi Perifer (L.02011)
Denyut nadi perifer meningkat, kelemahan otot menurun, akral membaik,
turgor kulit membaik, tekanan darah sistolik membaik, tekanan darah
diastolik membaik.
Rencana tindakan : Pencegahan Syok (I.02068)
Observasi
- Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,
frekuensi napas, TD, MAP)
- Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
- Monitor status cairan (masukan dan haluaran, turgor kulit, CRT)
- Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
- Periksa riwayat alergi
Terapeutik
- Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
- Pasang jalur IV, jika perlu
- Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, jika perlu
- Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
Edukasi
- Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
- Jelaskan tanda dan gejala awal syok
- Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral awal syok
- Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian IV. Jika perlu
- Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
2) Diagnosa 2 : Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (D.0017) berhubungan
dengan infark jaringan otak, vasospasme serebral, edema serebral
Kriteria hasil : Perfusi Serebral (L.02014)
Tekanan intrakranial menurun, sakit kepala menurun, gelisah menurun, nilai
rata-rata tekanan darah membaik, kesadaran membaik, refleks saraf membaik.
Rencana tindakan : Pemantauan Tekanan Intrakranial (I.06198)
Observasi
- Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. lesi menempati ruang,
gangguan metabolisme. edema serebral, peningkatan tekanan vena,
obstruksi aliran cairan serebrospinal, hipertensi intrakranial idiopatik)
-Monitor peningkatan TD
- Monitor pelebaran tekanan nadi (selisih TDS dan TDD) Monitor
penurunan frekuensi jantung
- Monitor ireguleritas irama napas -Monitor penurunan tingkat
kesadaran
- Monitor perlambatan atau ketidaksimetrisan respon pupil Monitor
kadar CO, den portahankan dalam rentang yang diindikasikan
- Monitor tekanan perfusi serebral Monitor jumlah, kecepatan, dan
karakteristik drainase cairan serebrospinal
- Monitor efek stimulus lingkungan terhadap TIK
Terapeutik
- Ambil sampel drainase cairan serebrospinal
- Kalibrasi transduser Pertahankan sterilitas sistem pemantauan
- Pertahankan posisi kepala dan leher netral Bilas sistem pemantauan,
jika pertu
- Atur interval pemantauan sesuai kondisi
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Terapeutik
Edukasi
4. Implementasi Keperawatan
Menurut Kozier, Erb, Berman and Snyder (2011), Imlementasi keperawatan adalah
inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap ini disebut
juga tahap pelaksanaan tindakan yang dimulai dengan menyusun rencana tindakan,
lalu dilakukan sesuai perencanaan. Hal ini perlu untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan (meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan
kesehatan serta memfasilitasi koping). Pelaksanaan keperawatan dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun dan menyesuaikan dengan kondisi terkini
pasien. Pelaksanaan yang mengacu pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI).
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Kozier, Erb, Berman and Snyder (2011), evaluasi merupakan fase akhir dari
proses keperawatan, meliputi aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan terarah.
Evaluasi menjadi penting dalam asuhan keperawatan mengingat kesimpulan yang
ditarik dari evaluasi akan menentukan keberlanjutan dari perencanaan, apakah perlu
dimodifikasi, diakhiri, atau bahkan dilanjutkan.
a. Evaluasi proses (formatif): Tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses
keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan, evaluasi proses
harus dilakukan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk
membantu keefektifan terhadap tindakan.
b. Evaluasi hasil (sumatif): Evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status
kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan secara sempurna.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia. 2017: 328.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
2017: 193.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
2017: 527.
Prihandini Noerma, Ibnu Faisal, Sajidin M. 2022-09-26. Asuhan Keperawatan Pada
Pasien CVA. https://repositori.stikes-ppni.ac.id/handle/123456789/1300. Jawa
Timur. Diakses pada 03 Oktober 2022.
Sari, Luki Nadila. 2019. Asuhan Keperawatan, Lansia, Cerebrovasculer Accident
(CVA), Hambatan mobilitas fisik. http://eprints.umpo.ac.id/id/eprint/5339.
Ponorogo. Diakses pada 03 Oktober 2022.
Angganita, Rosita Devi. 26 Juli 2022. Asuhan Keperawatan, CVA, ROM.
http://eprints.umm.ac.id/id/eprint/89675. Malang. Diakses pada 03 Oktober
2022.
Sa’diyah, Halimatus. 2021. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Cva
Hemoragik Dengan Masalah Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik.
http://eprints.kertacendekia.ac.id/id/eprint/590/1/KTI%20HALIMATUS.
Sidoarjo. Diakses pada 03 Oktober 2022.