Di Susun Oleh :
Stroke adalah kehilangan fungsi otak diakibatkan oleh berhentinya suplai darah
kebagian otak,biasanya merupakan kulminasi penyakit serebvaskuler selama
beberapa tahun. Stroke merupakan sindrom klinis akibat gangguan pembuluh darah
otak,timbul mendadak dan biasanya mengenai penderita usia 45-80 tahun,umumnya
laki-laki sedikit lebih sering terkena daripada perempuan ( Rasyid, 2008 ).
Stroke merupakan kehilangan fungsi otak akibat terhentinya suplai darah kebagian
otak ( Smeltzer & Bare 2001 dalam Masriadi, 2016 ). Stroke adalah sindrom klinis
yang timbul awal medadak, progresif, cepat barupa deficit neurologis vokal atau
global yang berlangsung selama 24 jam. Efek yang terjadi yakni biasanya akan
menimbulkan kematian. Dan hal tersebut semata-mata disebabkan oleh pendarahan
otak non traumatic ( Mansjoer 2000 dalam Masriadi, 2016 ). Stroke mengacu pada
setiap neurologik mendadak akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui
sistem suplai arteri otak ( Price & Wilson, 2006 dalam Saferi dkk, 2013).
2. Etiologi Stroke
Stroke terbagi dalam 3 penyebab antra lain :
1) Trombosis Serebral
Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral merupakan penyabab
utama dari thrombosis serebral dan merupakan penyebab umum dari stroke
( Smeltzer 2005 dalam Saferi dkk, 2013 ). Trombosis ditemukan angka 40% dari
semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologi. Biasanya ada
kaitannya dengan kerusakan local dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis
( Price 2005 dalam Saferi dkk, 2013 )
2) Emboli serebri
Embolisme serebri merupakan urutan kedua dari berbagai penyebab utama stroke.
Penderita stroke embolisme biasanya sangat mudah dibandingkan dengan
penderita thrombosis. Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu thrombus
dalam jantung sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan
pewujudan penyakit jantung ( Price 2005 dalam Saferi dkk, 2013 ).
3) Hemoragik
Hemoragik biasanya terjadi di luar durameter ( hemoragik ekstra dural atau
epidural ) di bawah durameter ( hemoragik subdural ), diruang subarachnoid
( hemoragik subarachnoid atau dalam substansi otak ( hemoragik intra serebral )
( Price 2005 dalam Saferi dkk, 2013 ).
3. Faktor Resiko
Menurut Andra dkk ( 2013 ) factor resiko stroke dapat terjadi sebagai berikut :
1) Hipertensi
Merupakan factor resiko utama terjadinya stroke. Hipertensi biasanya disebabkan
oleh aterosklerosis pembuluh darah serebral, sehingga pembuluh darah tersebut
mengalami penebalan dan degenerasi yang kemudian pecah dan menimbulkan
perdarahan.
2) Penyakit Kardiovaskuler
Misalnya penyakit embolisme serebral yang berasal dari jantung seperti penyakit
arteri koronaria, gagal jantung kognitif, miocard infark, hipertrofi ventrikel kiri.
Pada fibrilasi atrium menyababkan penurunan karbonmoboksida, sehingga perfusi
darah ke otakmenurun, maka otak akan kekurangan oksigen dan akhirnya dapat
terjadi stroke.
3) Diabetes Mellitus ( DM )
Pada penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit yang mengalami penyakit
vaskuler sehingga dapat terjadi mikrovaskularisasi dan aterosklerosis, terjadinya
aterosklerosis menyababkan emboli yang kemudian menyumbat dan terjadi
iskemia, kemudian iskemia menyebabkan perfusi otak menurun dan pada
akhirnya terjadi stroke.
4) Merokok
Pasa seseorang perokok biasanya akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh
nikotin sehingga memungkinkan penumpukan aterosklerosis dan akan berakibat
pada stroke.
5) Alkoholik
Pada alkoholik dapat menyebabkan penyakit hipertensi, penurunan aliran darah ke
otak dan kardiak aritmia serta kelainan motilitas pembuluh darah sehingga terjadi
emboli serebral.
4. Patofisiologi
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen. Jika
aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus dan embolus, maka mulai
terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan selama 1 menit dapat
mengarah pada gejalan yang dapat menyebabkan nekrosisi mikroskopik neuron-
neuron. Area nekrotik kemudian disebut infark. Kekurangan oksigen pada awalnya
mungkin akibat iskemia mum (karena henti jantung atau hipotensi) atau hipoksia
karena akibat proses anemia dan kesukaran untuk bernafas. Stroke karena embolus
dapat mengakibatkan akibat dari bekuan darah, udara, palque, ateroma fragmen
lemak. Jika etiologi stroke adalah hemorrhagi maka faktor pencetus adalah hipertensi.
Abnormalitas vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadi ruptur dan dapat
menyebabkan hemorrhagi ( Wijaya & Putri, 2013 ).
Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia dan infark sulit
ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah serangan pertama
sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan
kematian pada area yang luas.Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang terkena
dan luasnya saat terkena ( Wijaya & Putri, 2013 ).
Bila terjadi kerusakan pada otak kiri, maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi
berbicara, berbahasa, dan matematika ( Farida & Amalia,2008 ).
Akibat penurunan CBF regional suatu daerah otak terisolasi dari jangkauan aliran
darah, yang mengangkut O2 dan glukose yang sangat diperlukan untuk metabolisme
oksidatif serebral. Daerah yang terisolasi itu tidak berfungsi lagi dan karena itu
timbullah manifestasi defisit neurologik yang biasanya berupa hemiparalisis,
hemihipestesia, hemiparestesia yang bisa juga disertai defisit fungsi luhur seperti
afasia ( Mardjono & Sidharta, 2014 ).
Apabila arteri serebri media tersumbat didekat percabangan kortikal utamanya ( pada
cabang arteri ) dapat menimbulkan afasia berat bila yang terkena hemisfer serebri
dominan bahasa ( Mutaqin, 2011 ).
Lesi (infark, perdarahan, dan tumor) pada bagian posterior dari girus temporalis
superior ( area Wernicke ) menyebabkan afasia reseptif, yaitu klien tidak dapat
memahami bahasa lisan dan tertulis, kelainan ini dicurigai bila klien tidak bisa
memahami setiap perintah dan pertanyaan yang diajukan. Lesi pada area fasikulus
arkuatus yang menghubungkan area wernicke dengan area broca mengakibatkan
afasia konduktif, yaitu klien tidak dapat mengulangi kalimat-kalimat dan sulit
menyebutkan nama-nama benda tetapi dapat mengikuti perintah. Lesi pada bagian
posterior girus frontalis inferoior ( broca ) disebut dengan afasia eksprektif,
5. Pathway
6. Manifestasi Klinis
Pada penyakit stroke gambaran klinis berdasarkan pada pembuluh darah yang
mengalami gangguan menurut Rosjidi dkk (2009) adalah
1) Gangguan pembuluh darah vertebrobasilaris
a) Kehilangan keseimbangan
b) Nistagmus
c) Vertigo
d) Gangguan menelan
e) Gangguan gerak bola mata hingga diplopia (dua tampilan dari satu objek)
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita stroke menurut Tarwoto
(2007) adalah sebagai berikut :
a. Head CT Scan
Tanpa kontras dapat membedakan stroke iskemik,perdarahan intraserebral dan
perdarahan subarakhnoid. Pemeriksaan ini sudah harus dilakukan sebelum terapi
spesifik diberikan
c. Ultrasonografi Dopller
Dopller ekstra maupun intracranial dapat menentukan adanya stenosis atau
oklusi,keadaan kolateral atau rekanalisasi. Juga daoat dimintakan pemeriksaan
ultrasound khususnya (echocardiac) misalnya : transthoracic atau transoespagheal
jika untuk mencari sumber thrombus sebagai etiologi stroke.
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah rutin:
a) Darah perifer lengkap dan hitung petelet
b) INR,APTT
c) Serum elektrolit
d) Gula darah
e) CRP dan LED
f) Fungsi hati dan fungsi ginjal
8. Penatalaksanaan Medis
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan
tindakan sebagai berikut (Muttaqin,2008):
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang
sering,oksigenasi,kalau perlu lakukan trakeostomi,membantu pernafasan.
b. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien,termasuk untuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
c. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
d. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat,harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
e. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
f. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan
g. Pengobatan konservatif
1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,tetapi
maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2) Dapat diberikan histamin,aminophilin,asetazolamid,papaverin intra arterial.
3) Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
4) Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/memberatnya
thrombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.
h. Pengobatan pembedahan yang bertujuan utama adalah memperbaiki aliran darah
serebral :
1) Endosterektomi karotis membentuk kembalii arteri karotis,yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh pasien TIA.
3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4) Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
2. Identitas Umum
Identitas umum meliputi nama, umur ( kebanyakan terjadi pada usia tua ), jenis
kelamin ( pada umumnya stroke lebih banyak menyerang pada laki-laki dibandingkan
perempuan, resiko stroke pada laki-laki 1,25 lebih tinggi dibandingkan perempuan.
Hal ini tidak lepas karena laki-laki memiliki pola gaya hidup tidak sehat, pola makan
yang salah, merokok, meminum alkohol, dan kurang berolah raga menjadi salah satu
factor yang dapat menyebabkan timbulnya stroke ), pendidikan, alamat, pekerjaan
( menurut Xu dari Southern Medical University di Guangzhou China mengatakan
bahwa pekerjaan yang memiliki tekanan, dapat memicu stress dan menjadikan
seseorang rentan terkena stroke ), agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnosa medis ( Widoyono, 2011 ).
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan pernyataan yang mengenai masalah atau penyakit
yang mendorong penderita melakukanpemeriksaan diri. Pada umumnya, keluhan
pasien stroke terjadi dalam dua hal yaitu stroke hemoragik dan non hemoragik.
Stroke non hemoragik biasnya mengalami perubahan tingkat kesadaran, mual,
muntah, kelemahan reflek, afasia ( gangguan komunikasi ), difasia ( memahami
kata ), kesemutan, nyeri kepala, kejang sampai tidak sadar. Kemudian pada stroke
hemoragik biasanya memiliki keluhan perubahan tingkat kesadaran, sakit kepala
berat, mual, muntah, mengigil, berkeringat, peningkatan intracranial, afasia,
hipertensi hebat, distress pernafasan dan koa ( Rosjidi, H.C dan Nurhidayat S,
2014 ).
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang adalah perjalanan penyakit yang dialami pasien saat
ini seperti onset atau sejak kapan, lokasi, kronologis, kualitas ( rasa sakit yang
dirasakan ), kuantitas ( seberapa sering dirasakan ), gejala penyerta dan factor
pencetus.keluhan yang dirasakan pada pasien stroke saat ini anggota badan yang
lemas sampai-sampai tidak dapat digerakan sama sekali, penampilan tidak rapid
an berbicara pelo sampai tidak bisa bicara sama sekali (Mutaqin Arif, 2008 ).
e. Riwayat Psikososial-Spiritual
Riwayat Psikososial-Spiritua adalah masalah-masalah psikologis yang dialami
pasien yang berhubungan dengan keluarga maupun masyarakat. Seperti penyakit
stroke yang merupakan suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga
sehingga factor biaya tersebut dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran
klien dan keluarga. Perubahan hubungan dan peran terjadi karena pasien sulit
melakukan aktivitas dan komunikasi. Rasa cemas dan takut dalam mengahdapi
gangguan citra tubuh. Rasa cemas pada klien mengakibatkan kegelisahan,
kegelisahan tersebut mengakibatkan gangguan dalam melakukan pelaksanaan
tindakan dalam pemenuhan kebutuhan defisit perawatan diri pasien : Mandi
pasien ( Hidayat, 2010 ).
5. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran
Pada pasien stroke biasanya mengalami tingkat kesadaran somnolen dengan GCS
10-12 pada awal terserang stroke ( Tarwoto, 2013 ).
2) Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah biasanya pada pasien stroke yang memiliki riwayat tekanan
darah tinggi yaitu systole > 140 dan diastole > 80.
b. Nadi, nadi biasanya normal
c. Pernafasan pada pasien stroke biasanya mengalami gangguan pada bersihan
jalan nafas.
d. Suhu pada pasien stroke biasanya tidak terdapat masalah
3) Rambut
Biasanya kepala kotor, berketombe, penyebaran rambut tidak merata.
4) Wajah
Biasanya wajah nyeri pada satu sisi, wajah terlihat miring, dan wajah pucat. Pada
pemeriksaan nervus V ( Trigeminal ) : biasanya pasien dapat menyebutkan lokasi
usapan dan pada pasien koma, ketika diusap kornea dengan kapas halus maka
pasien akan menutup kelopak mata. Sedangkan pada nervus VII ( facialis ) :
biasanya alis mata simetris, dapat mengangkat alis, mengerutkan dahi,
menegrutkan hidung, mengembangkan pipi, saat pasien stroke mengembungkan
pipi maka terlihat tidak simetris kiri dan kanan tergantung lokasi kelemahan dan
sat diminta mengunyah pasien akab mengalami kesulitan mengunyah.
5) Mata
Biasanya pada pasien stroke konjungtiva tidak simetris, sclera tidak ikterik, pupil
isokor, kelopak mata tidak terdapat edema.
6) Hidung
Pada pasien stroke biasanya simetris kiri dan kanan, terpasang oksigen, dan tidak
ada perbapasan cuping hidung.
8) Telinga
Biasanya telinga kiri dan kanan sejajar. Pada pemeriksaan nervus VII ( auditori ) :
biasanya pasien kurang bisa mendengarkan gesekan jari dari perawat. Hal tersebut
tergantung dengan lokasi kelemahan dan psien hanya dapat mendengarkan jika
suara keras dan artikulasi yang jelas.
9) Leher
Pada pemriksaan nervus X ( Vagus ) : biasnya pasien stroke hemoragik
mengalami gangguan menelan. Pada pemeriksaan kaku kuduk biasaya positif dan
bludzensky 1 positif.
10) Thorak
a. Paru-paru
Inspeksi : biasnya simetris kiri dan kanan
Palpasi : biasanya vokal fremitus sama antara kiri dan kanan
Perkusi : biasanya bunyi normal ( sonor )
Auskultasi : biasanya suara normal ( vesikuler )
b. Jantung
Inspeksi : biasanya ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : biasanya ictus cordis teraba
Perkusi : biasanya batas jantung normal
Auskultasi : biasanya suara vesikuler
11) Abdomen
Inspeksi : biasanya simetris, tidak ada asites
Auskultasi : biasanya bising usus pasien terdengar
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
12) Ekstermitas
a. Atas
Pada pasien stroke terpasang infus bagian dextra sinista. CRT ( Cathoderay
Tube ) pada pasien biasanya normal yaitu < 3 detik.
b. Bawah
Saat pemeriksaan reflek pada penderita stroke, biasanya saat pemeriksaan
bluedzensky 1 kaki kiri pasien fleksi ( bluedzensky positif ). Saat pemeriksaan
telapak kaki digires biasanya jari tidak mengembang ( reflek babinsky
positif ). Pada saat pemeriksaan dorsum pedis digores biasanya jari kaki tidak
respon ( reflek caddok positif ) hal tersebut Karena pasien mengalami stroke
hemiplegia.
6. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit perawatan diri : mandi b.d tidak berfungsinya kegagalan menggerakan
anggota tubuh
2) Kerusakan komunikasi verbal b.d kerusakan otak
3) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d infark serebral
4) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan secret
5) Ketidakseimabnagn nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
7. Intervensi Keperawatan
9. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan yang interlektual dalam melengkapi sebuah proses
keperawatan yang menandakan dalam keberhasilan dari diagnose keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya. Dalan tahap evaluasi memungkinkan bagi
seorang perawat untuk monitor kealpaan yang terjadiselama pengkajian, analisis,
perencanaan, dan implementasi evaluasi ( Nursalam, 2008 ).
DAFTAR PUSTAKA
D Murtiningsih · 2019 — Bab ini membahas tentang Konsep Stroke, dan Konsep Asuhan
Keperawatan pada stroke. 2.1 Konsep Dasar Stroke. 2.1.1 Pengertian Stroke.
http://repo.stikesperintis.ac.id/180/1/62%20REDWIDRA.pdf Tanggal akses : 16 Februari 2022