Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA STROKE


Diajukan untuk memenuhi Tugas Praktik Belajar Klinik (PBK) Keperawatan Gawat
Darurat ( KGD )
Dosen Pembimbing : Ibu Titin Supriatin, Ners., M.Kep

Di Susun Oleh :

KARTIKA DEWI FEBRIANTI


TINGKAT : 3.A ( Kelompok 11 )
NIM : 19024

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES AHMAD DAHLAN CIREBON
Jl. Walet No. 21, kertawangunan, kedawung, cirebon, jawa barat
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
A. KONSEP STROKE
1. Definisi Stroke
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan
karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan
kapan saja ( Muttaqin, 2008 ).

Stroke adalah kehilangan fungsi otak diakibatkan oleh berhentinya suplai darah
kebagian otak,biasanya merupakan kulminasi penyakit serebvaskuler selama
beberapa tahun. Stroke merupakan sindrom klinis akibat gangguan pembuluh darah
otak,timbul mendadak dan biasanya mengenai penderita usia 45-80 tahun,umumnya
laki-laki sedikit lebih sering terkena daripada perempuan ( Rasyid, 2008 ).

Stroke merupakan kelainan secara fungsional ataupun structural yang disebabkan


oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral dari seluruh sistem pembuluh
daerah otak ( Doenges 2000 dalam Digiulio dkk, 2014 ). Stroke merupakan gangguan
sirkulasi serebral, dan suatu gangguan neurologis vokal yang timbul akibat sekunder
dari suatu proses patologi pada pembuluh darah serebral ( Price & Wilso 1994 dalam
Masriadi, 2016 ).

Stroke merupakan kehilangan fungsi otak akibat terhentinya suplai darah kebagian
otak ( Smeltzer & Bare 2001 dalam Masriadi, 2016 ). Stroke adalah sindrom klinis
yang timbul awal medadak, progresif, cepat barupa deficit neurologis vokal atau
global yang berlangsung selama 24 jam. Efek yang terjadi yakni biasanya akan
menimbulkan kematian. Dan hal tersebut semata-mata disebabkan oleh pendarahan
otak non traumatic ( Mansjoer 2000 dalam Masriadi, 2016 ). Stroke mengacu pada
setiap neurologik mendadak akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui
sistem suplai arteri otak ( Price & Wilson, 2006 dalam Saferi dkk, 2013).

2. Etiologi Stroke
Stroke terbagi dalam 3 penyebab antra lain :
1) Trombosis Serebral
Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral merupakan penyabab
utama dari thrombosis serebral dan merupakan penyebab umum dari stroke
( Smeltzer 2005 dalam Saferi dkk, 2013 ). Trombosis ditemukan angka 40% dari
semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologi. Biasanya ada
kaitannya dengan kerusakan local dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis
( Price 2005 dalam Saferi dkk, 2013 )

2) Emboli serebri
Embolisme serebri merupakan urutan kedua dari berbagai penyebab utama stroke.
Penderita stroke embolisme biasanya sangat mudah dibandingkan dengan
penderita thrombosis. Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu thrombus
dalam jantung sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan
pewujudan penyakit jantung ( Price 2005 dalam Saferi dkk, 2013 ).

3) Hemoragik
Hemoragik biasanya terjadi di luar durameter ( hemoragik ekstra dural atau
epidural ) di bawah durameter ( hemoragik subdural ), diruang subarachnoid
( hemoragik subarachnoid atau dalam substansi otak ( hemoragik intra serebral )
( Price 2005 dalam Saferi dkk, 2013 ).

3. Faktor Resiko
Menurut Andra dkk ( 2013 ) factor resiko stroke dapat terjadi sebagai berikut :
1) Hipertensi
Merupakan factor resiko utama terjadinya stroke. Hipertensi biasanya disebabkan
oleh aterosklerosis pembuluh darah serebral, sehingga pembuluh darah tersebut
mengalami penebalan dan degenerasi yang kemudian pecah dan menimbulkan
perdarahan.

2) Penyakit Kardiovaskuler
Misalnya penyakit embolisme serebral yang berasal dari jantung seperti penyakit
arteri koronaria, gagal jantung kognitif, miocard infark, hipertrofi ventrikel kiri.
Pada fibrilasi atrium menyababkan penurunan karbonmoboksida, sehingga perfusi
darah ke otakmenurun, maka otak akan kekurangan oksigen dan akhirnya dapat
terjadi stroke.

3) Diabetes Mellitus ( DM )
Pada penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit yang mengalami penyakit
vaskuler sehingga dapat terjadi mikrovaskularisasi dan aterosklerosis, terjadinya
aterosklerosis menyababkan emboli yang kemudian menyumbat dan terjadi
iskemia, kemudian iskemia menyebabkan perfusi otak menurun dan pada
akhirnya terjadi stroke.

4) Merokok
Pasa seseorang perokok biasanya akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh
nikotin sehingga memungkinkan penumpukan aterosklerosis dan akan berakibat
pada stroke.

5) Alkoholik
Pada alkoholik dapat menyebabkan penyakit hipertensi, penurunan aliran darah ke
otak dan kardiak aritmia serta kelainan motilitas pembuluh darah sehingga terjadi
emboli serebral.

4. Patofisiologi
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen. Jika
aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus dan embolus, maka mulai
terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan selama 1 menit dapat
mengarah pada gejalan yang dapat menyebabkan nekrosisi mikroskopik neuron-
neuron. Area nekrotik kemudian disebut infark. Kekurangan oksigen pada awalnya
mungkin akibat iskemia mum (karena henti jantung atau hipotensi) atau hipoksia
karena akibat proses anemia dan kesukaran untuk bernafas. Stroke karena embolus
dapat mengakibatkan akibat dari bekuan darah, udara, palque, ateroma fragmen
lemak. Jika etiologi stroke adalah hemorrhagi maka faktor pencetus adalah hipertensi.
Abnormalitas vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadi ruptur dan dapat
menyebabkan hemorrhagi ( Wijaya & Putri, 2013 ).

Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia dan infark sulit
ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah serangan pertama
sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan
kematian pada area yang luas.Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang terkena
dan luasnya saat terkena ( Wijaya & Putri, 2013 ).

Bila terjadi kerusakan pada otak kiri, maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi
berbicara, berbahasa, dan matematika ( Farida & Amalia,2008 ).

Akibat penurunan CBF regional suatu daerah otak terisolasi dari jangkauan aliran
darah, yang mengangkut O2 dan glukose yang sangat diperlukan untuk metabolisme
oksidatif serebral. Daerah yang terisolasi itu tidak berfungsi lagi dan karena itu
timbullah manifestasi defisit neurologik yang biasanya berupa hemiparalisis,
hemihipestesia, hemiparestesia yang bisa juga disertai defisit fungsi luhur seperti
afasia ( Mardjono & Sidharta, 2014 ).

Apabila arteri serebri media tersumbat didekat percabangan kortikal utamanya ( pada
cabang arteri ) dapat menimbulkan afasia berat bila yang terkena hemisfer serebri
dominan bahasa ( Mutaqin, 2011 ).

Lesi (infark, perdarahan, dan tumor) pada bagian posterior dari girus temporalis
superior ( area Wernicke ) menyebabkan afasia reseptif, yaitu klien tidak dapat
memahami bahasa lisan dan tertulis, kelainan ini dicurigai bila klien tidak bisa
memahami setiap perintah dan pertanyaan yang diajukan. Lesi pada area fasikulus
arkuatus yang menghubungkan area wernicke dengan area broca mengakibatkan
afasia konduktif, yaitu klien tidak dapat mengulangi kalimat-kalimat dan sulit
menyebutkan nama-nama benda tetapi dapat mengikuti perintah. Lesi pada bagian
posterior girus frontalis inferoior ( broca ) disebut dengan afasia eksprektif,

5. Pathway

6. Manifestasi Klinis
Pada penyakit stroke gambaran klinis berdasarkan pada pembuluh darah yang
mengalami gangguan menurut Rosjidi dkk (2009) adalah
1) Gangguan pembuluh darah vertebrobasilaris
a) Kehilangan keseimbangan
b) Nistagmus
c) Vertigo
d) Gangguan menelan
e) Gangguan gerak bola mata hingga diplopia (dua tampilan dari satu objek)

2) Gangguan Pembuluh Darah Karotis


a. Gangguan rasa kelemahan pada daerah wajah/muka salah satu sisi dan disertai
dengan gangguan rasa lengan dan tungkai satu sisi
b. Gangguan gerak/lumpuh satu sisi dari bagian tubuh
c. Gangguan bicara (afasia)
d. Mulut asimetris
e. Disatria (pelo)
f. Inkonteinensia urine
g. Kesadaran menurun

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita stroke menurut Tarwoto
(2007) adalah sebagai berikut :
a. Head CT Scan
Tanpa kontras dapat membedakan stroke iskemik,perdarahan intraserebral dan
perdarahan subarakhnoid. Pemeriksaan ini sudah harus dilakukan sebelum terapi
spesifik diberikan

b. Elektro Kardografi (EKG)


Sangat perlu karena insiden penyakit jantung seperti : atrial fibrilasi,MCI
(myocard infark) cukup tinggi pada pasien-pasien stroke.

c. Ultrasonografi Dopller
Dopller ekstra maupun intracranial dapat menentukan adanya stenosis atau
oklusi,keadaan kolateral atau rekanalisasi. Juga daoat dimintakan pemeriksaan
ultrasound khususnya (echocardiac) misalnya : transthoracic atau transoespagheal
jika untuk mencari sumber thrombus sebagai etiologi stroke.

d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah rutin:
a) Darah perifer lengkap dan hitung petelet
b) INR,APTT
c) Serum elektrolit
d) Gula darah
e) CRP dan LED
f) Fungsi hati dan fungsi ginjal

2) Pemeriksaan khusus atau indikasi :


a) Protein C,S,AT III
b) Cardioplin antibodies
c) Hemocystein
d) Vasculitis-screnning (ANA,Lupus AC)
e) CSF

8. Penatalaksanaan Medis
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan
tindakan sebagai berikut (Muttaqin,2008):
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang
sering,oksigenasi,kalau perlu lakukan trakeostomi,membantu pernafasan.
b. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien,termasuk untuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
c. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung.
d. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat,harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
e. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
f. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan
g. Pengobatan konservatif
1) Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,tetapi
maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2) Dapat diberikan histamin,aminophilin,asetazolamid,papaverin intra arterial.
3) Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
4) Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/memberatnya
thrombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.
h. Pengobatan pembedahan yang bertujuan utama adalah memperbaiki aliran darah
serebral :
1) Endosterektomi karotis membentuk kembalii arteri karotis,yaitu dengan
membuka arteri karotis di leher.
2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh pasien TIA.
3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4) Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN STROKE


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses sistematis yang dilakukan dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
untuk mengevaluasi maupun mengidentifikasi apa yang dihadapi pasien baik fisik,
social,mental, maupun spiritual dapat ditentukan untuk mengetahui status pasien.
Dalam hal ini terdapat3 tahap kegiatan yaitu : pengumpulan data, menganalisis data,
dan penentua masalah kesehatan serta keperawatan ( Hidayat, 2010 ).

2. Identitas Umum
Identitas umum meliputi nama, umur ( kebanyakan terjadi pada usia tua ), jenis
kelamin ( pada umumnya stroke lebih banyak menyerang pada laki-laki dibandingkan
perempuan, resiko stroke pada laki-laki 1,25 lebih tinggi dibandingkan perempuan.
Hal ini tidak lepas karena laki-laki memiliki pola gaya hidup tidak sehat, pola makan
yang salah, merokok, meminum alkohol, dan kurang berolah raga menjadi salah satu
factor yang dapat menyebabkan timbulnya stroke ), pendidikan, alamat, pekerjaan
( menurut Xu dari Southern Medical University di Guangzhou China mengatakan
bahwa pekerjaan yang memiliki tekanan, dapat memicu stress dan menjadikan
seseorang rentan terkena stroke ), agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnosa medis ( Widoyono, 2011 ).

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan pernyataan yang mengenai masalah atau penyakit
yang mendorong penderita melakukanpemeriksaan diri. Pada umumnya, keluhan
pasien stroke terjadi dalam dua hal yaitu stroke hemoragik dan non hemoragik.
Stroke non hemoragik biasnya mengalami perubahan tingkat kesadaran, mual,
muntah, kelemahan reflek, afasia ( gangguan komunikasi ), difasia ( memahami
kata ), kesemutan, nyeri kepala, kejang sampai tidak sadar. Kemudian pada stroke
hemoragik biasanya memiliki keluhan perubahan tingkat kesadaran, sakit kepala
berat, mual, muntah, mengigil, berkeringat, peningkatan intracranial, afasia,
hipertensi hebat, distress pernafasan dan koa ( Rosjidi, H.C dan Nurhidayat S,
2014 ).
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang adalah perjalanan penyakit yang dialami pasien saat
ini seperti onset atau sejak kapan, lokasi, kronologis, kualitas ( rasa sakit yang
dirasakan ), kuantitas ( seberapa sering dirasakan ), gejala penyerta dan factor
pencetus.keluhan yang dirasakan pada pasien stroke saat ini anggota badan yang
lemas sampai-sampai tidak dapat digerakan sama sekali, penampilan tidak rapid
an berbicara pelo sampai tidak bisa bicara sama sekali (Mutaqin Arif, 2008 ).

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit dahulu adalah keluhan seputar apakah dahulu pernah
mengalamipenyakit seperti ini sebelumnya, dan apakah pernah dioperasi
sebelumnya. Hal ini berguna untuk mengetahui hubungan penyakit yang diderita
saat ini. Pengkajian yang mendukung dalam hal ini adalah apakah sebelumnya
pasien pernah menderita stroke, adanya riwayat berupa hipertensi, riwayat
penyakit jantung sebelumnya, diabetes mellitus, penggunaan oral kontrasepsi,
alkohol, dan hiperkolesterolemia atau kolesterol tinggi ( Kandou Manado, 2013 ).

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Riwayat kesehatan keluarga adalah suatu penyakit yang ditimbulkan karena
keadaan keluarga yangtidak sehat ataupun kondisi lingkungan yang terikat.
Adanya generasi dari keluarga yang memiliki keluhan yang sama dirasakan pada
pasien. Dalam hal ini kaji penyakit penyerta yang pernah diderita keluarga pasien
seperti diabetes mellitus dan obesitas, adakah keluarga pasien yang menderita
penyakit stroke sebelumnya seperti penyakit keturunan yang diperoleh dari
beberapa mekanisme yaitu factor genetic, factor kepekaan genetic, factor
lingkungan, dan gaya hidup ( AHA, 2006 dalam Jurnal Tumewah dkk, 2015 ).

e. Riwayat Psikososial-Spiritual
Riwayat Psikososial-Spiritua adalah masalah-masalah psikologis yang dialami
pasien yang berhubungan dengan keluarga maupun masyarakat. Seperti penyakit
stroke yang merupakan suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga
sehingga factor biaya tersebut dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran
klien dan keluarga. Perubahan hubungan dan peran terjadi karena pasien sulit
melakukan aktivitas dan komunikasi. Rasa cemas dan takut dalam mengahdapi
gangguan citra tubuh. Rasa cemas pada klien mengakibatkan kegelisahan,
kegelisahan tersebut mengakibatkan gangguan dalam melakukan pelaksanaan
tindakan dalam pemenuhan kebutuhan defisit perawatan diri pasien : Mandi
pasien ( Hidayat, 2010 ).

4. Pola Fungsi Kesehatan


1) Pola Nutrisi Cairan/Metabolisme
Nafsu makan menurun, mual muntah pada pase akut, kehilangan sensasi ( rasa
kecap, cabai, garam, cuka ) pada lidah, tenggorokan, pipi, disfagia ditandai
dengan klien kesulitan dalam menelan.
2) Pola Eliminasi
Pengajian eliminasi pada pasien stroke difokuskan pada pengkajian eliminasi
urine dan eliminasi feses. Pada eliminasi alvi biasanya terjadi konstipasi akibat
penurunan peristaltic usus. Sedangkan pada eliminasi urine terjadi infeksi
perkemihan, rentasi urine, batu ginjal ( Roy & Andrew 1999 dalam Jurnal
Irawaty, 2012 ).

3) Pola Tidur dan Istirahat


Pada pola ini dilakukan pengkajian yang meliputi pola tidur, kebiasaan sebelum
tidur dan masalah dalam tidur seperti terdapat nyeri, sering terbangun karena
mimpi buruk, sulit tidur, tidak merasa segar setelah bangun.

4) Pola Aktivitas dan Personal Hygiene


Dalam beraktivitas klien mengalami kesulitan melakukan gerakan karena pada
pasien hemiplegia akan mengalami kelumpuhan pada salah satu anggota gerak
sedangkan pada pasien hemiparesis rentan dalam bergerak karena salah satu
tangan, kaki atau awajah mengalami kelumpuhan ( Hello Sehat, 2018).

5. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran
Pada pasien stroke biasanya mengalami tingkat kesadaran somnolen dengan GCS
10-12 pada awal terserang stroke ( Tarwoto, 2013 ).

2) Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah biasanya pada pasien stroke yang memiliki riwayat tekanan
darah tinggi yaitu systole > 140 dan diastole > 80.
b. Nadi, nadi biasanya normal
c. Pernafasan pada pasien stroke biasanya mengalami gangguan pada bersihan
jalan nafas.
d. Suhu pada pasien stroke biasanya tidak terdapat masalah

3) Rambut
Biasanya kepala kotor, berketombe, penyebaran rambut tidak merata.

4) Wajah
Biasanya wajah nyeri pada satu sisi, wajah terlihat miring, dan wajah pucat. Pada
pemeriksaan nervus V ( Trigeminal ) : biasanya pasien dapat menyebutkan lokasi
usapan dan pada pasien koma, ketika diusap kornea dengan kapas halus maka
pasien akan menutup kelopak mata. Sedangkan pada nervus VII ( facialis ) :
biasanya alis mata simetris, dapat mengangkat alis, mengerutkan dahi,
menegrutkan hidung, mengembangkan pipi, saat pasien stroke mengembungkan
pipi maka terlihat tidak simetris kiri dan kanan tergantung lokasi kelemahan dan
sat diminta mengunyah pasien akab mengalami kesulitan mengunyah.

5) Mata
Biasanya pada pasien stroke konjungtiva tidak simetris, sclera tidak ikterik, pupil
isokor, kelopak mata tidak terdapat edema.

6) Hidung
Pada pasien stroke biasanya simetris kiri dan kanan, terpasang oksigen, dan tidak
ada perbapasan cuping hidung.

7) Mulut dan Gigi


Biasanya pada pasien stroke akan mengalami masalah pada bau muut, gigi ktor,
mukosa bibir kering, peradangan pada gusi.

8) Telinga
Biasanya telinga kiri dan kanan sejajar. Pada pemeriksaan nervus VII ( auditori ) :
biasanya pasien kurang bisa mendengarkan gesekan jari dari perawat. Hal tersebut
tergantung dengan lokasi kelemahan dan psien hanya dapat mendengarkan jika
suara keras dan artikulasi yang jelas.

9) Leher
Pada pemriksaan nervus X ( Vagus ) : biasnya pasien stroke hemoragik
mengalami gangguan menelan. Pada pemeriksaan kaku kuduk biasaya positif dan
bludzensky 1 positif.

10) Thorak
a. Paru-paru
Inspeksi : biasnya simetris kiri dan kanan
Palpasi : biasanya vokal fremitus sama antara kiri dan kanan
Perkusi : biasanya bunyi normal ( sonor )
Auskultasi : biasanya suara normal ( vesikuler )

b. Jantung
Inspeksi : biasanya ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : biasanya ictus cordis teraba
Perkusi : biasanya batas jantung normal
Auskultasi : biasanya suara vesikuler

11) Abdomen
Inspeksi : biasanya simetris, tidak ada asites
Auskultasi : biasanya bising usus pasien terdengar
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani

12) Ekstermitas
a. Atas
Pada pasien stroke terpasang infus bagian dextra sinista. CRT ( Cathoderay
Tube ) pada pasien biasanya normal yaitu < 3 detik.

b. Bawah
Saat pemeriksaan reflek pada penderita stroke, biasanya saat pemeriksaan
bluedzensky 1 kaki kiri pasien fleksi ( bluedzensky positif ). Saat pemeriksaan
telapak kaki digires biasanya jari tidak mengembang ( reflek babinsky
positif ). Pada saat pemeriksaan dorsum pedis digores biasanya jari kaki tidak
respon ( reflek caddok positif ) hal tersebut Karena pasien mengalami stroke
hemiplegia.

6. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit perawatan diri : mandi b.d tidak berfungsinya kegagalan menggerakan
anggota tubuh
2) Kerusakan komunikasi verbal b.d kerusakan otak
3) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d infark serebral
4) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan secret
5) Ketidakseimabnagn nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

7. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
Defisit perawatan diri : mandi Stelah dilakukan tindakan Memandikan :
b.d tidak berfungsinya keperawatan selama 1x24 1) Manajemen
kegagalan menggerakan anggota jam diharapkan defisit dimensia :
tubuh perawatan : madi memandikan
Defisnisi : terpenuhi dengan 2) Perawatan
Habatan untuk melakukan atau Kriteria Hasil : telinga
menyelesaikan mandi/aktivitas 1) Masuk dan keluar 3) Perawatan mata
perawatan diri untuk diri sendiri dari kamar mandi 4) Perawatan kaki
Berdasarkan karakterisrik : 2) Mengambil alat/ 5) Perawatan
1) Keridakmampuan bahan mandi rambut dan kulit
membasuh tubuh 3) Mendapat air kepala
2) Ketidakmampuan 4) Menyalakan kran 6) Perawatan kuku
mengakses kamar mandi 5) Mengatur air 7) Perawatan
3) Ketidakmampuan 6) Mengaryr aliran air kesehatan mulut
mengambil perlengkapan 7) Mandi dengan 8) Perawatan
mandi bersiram perineum
4) Keridakmampuan 8) Mencuci wajah Bantuan perawatan
mengatur air mandi 9) Mencuci badan diri :
5) Ketidakmampuan 10) Membersihkan Mandi/Kebersihan :
mengeringkan tubuh perineum 1) Fasilitasi
Factor yang berhubungan : 11) Mengeringkan tanggung jawab
1) Ansietas badan diri
2) Gangguan fungsi 2) Pengajaran :
kognitif individu
3) Gangguan Intervensi tambahan :
musculoskeletal 1) Pengurangan
4) Gangguan kecemasan
neuromuscular 2) Mamajemen
5) Gangguan persepsi perilaku
3) Modifikasi
perilaku
4) Peningkatan
citra tubuh
5) Dukungan
pengambilan
keputusan
6) Perencanaan
pulang
7) Dukungan
emosional
8) Manajemen
energy
9) Pencegahan
jatuh
10) Manajemen
nyeri
11) Pengaturan
posisi
12) Bantuan
perawatan diri
8. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari sebuah rencana intervensi dalam mencapai
tujuan yang spesifik. Tahapan implementasi dilakukan stelah rencana intervensi
ditunjukan dan disusun pada nursing orders dalam membantu pasien dalam mencapai
tujuannya. Karena itu rencan intervensi yang baik dilaksanakan untuk memodifikasi
factor yang mempengaruhi maslah kesehatan. Serta tujuan dalam implementasi
adalah agar membatu pasien mencangkup peningkatan kesehatan yang telah
ditetapkan, pencegahan penyakit dan pemulihan kesehatan klien ( Hidayat, 2007 )

9. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan yang interlektual dalam melengkapi sebuah proses
keperawatan yang menandakan dalam keberhasilan dari diagnose keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya. Dalan tahap evaluasi memungkinkan bagi
seorang perawat untuk monitor kealpaan yang terjadiselama pengkajian, analisis,
perencanaan, dan implementasi evaluasi ( Nursalam, 2008 ).

DAFTAR PUSTAKA
D Murtiningsih · 2019 — Bab ini membahas tentang Konsep Stroke, dan Konsep Asuhan
Keperawatan pada stroke. 2.1 Konsep Dasar Stroke. 2.1.1 Pengertian Stroke.
http://repo.stikesperintis.ac.id/180/1/62%20REDWIDRA.pdf Tanggal akses : 16 Februari 2022

Anda mungkin juga menyukai