Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

KURANG KALORI PROTEIN PADA ANAK

Dosen Pengampu
Ns. Wahyuningsih, M.Kep

Disusun Kelompok 7 :
1. Alya Neta Melis (2107095)
2. Wiwik Wahyuni (2107097)
3. Yessi Utami Fibrianti (2107100)
4. Maulida Miska Marlisti (2107106)
5. Maulida Izzatin Ni’mah (2107003)
6. Sinta Khoirunisa (2107079)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEPERAWATAN BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN 2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kekurangan kalori protein atau kekurangan energi protein adalah keadaan
kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi dari energi protein dalam
makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kebutuhan gizi disebut
KKP apabila berat badannya kurang 80% indeks berat badan menurut (BB/U)
bsku WHO-NCHS ( Waspadji,2013).
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), Pada tahun 2006 sekitar 170jt
umat manusia terinfeksi KKP. Angka inimeliputi 3% dari seluruh populasi
manusia didunia dan setiap tahunnya infeksi baru kurang KKP bertambah 3-4 jt
orang ( Waspadji, 2013).
Upaya perbaikan gizi yang di ada di puskesmas ialah bentuk pelayanan,
seperti, Penyuluhan di Pojok Gizi (untuk balita KKP), Pemberian vitamin A
dosis tinggi bagi balita 6 bln-5 tahun, Pemberian sirup besi (bila ada alokasi) bagi
balita 6 bln-5 tahun terutama yang KKP atau anemia dan tablet besi 90 tablet
bagi bumil (Profil puskesmas klampis ngasem,2011). Peran perawat dalam
keperawatan keluarga yang dapat di lakukan antara lain adalah : Memberikan
asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit, mengenalkan masalah
dan kebutuhan kesehatan keluarga, koordinator pelayanan kesehatan dan
keperawatan kesehatan keluarga, fasilitator, pendidik kesehatan, penyuluh dan
konsultan.

B. Tujuan
1. Mengetahui Definisi KKP
2. Mengetahui Manifestasi Klinis Anak dengan KKP
3. Mengetahui Klasifikasi Anak dengan KKP
4. Mengetahui Patofisiologi Anak dengan KKP
5. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Anak dengan KKP
6. Mengetahui Penatalaksanaan Anak dengan KKP
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi KKP

Kurang kalori protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan


rendahnya konsumsi energI dan protein dalam makanan sehari – hari sehingga
tidak memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) (Persagi, 2014). Kekurangan gizi
saat pertumbuhan berat badan dan tinggi badan seorang anak tidak seimbang,
kondisi kekurangan gizi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan
menyebabkan gizi buruk yang sering disebut dengan istilah kekurangan kalori
protein (Utami, 2016).

B. Manifestasi Klinis

KKP berat kwashiorkor

1. Edema, umumnya seluruh tubuh terutama ada kaki (dursum pedis).


2. Wajah membulat dan sembab.
3. Pandangan mata sayu.
4. Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah di cabut
tanpa rasa sakit.
5. Perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis.
6. Pembesaran hati.

KKP berat marasmus

1. Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit.


2. Wajah seperti orang tua.
3. Cengeng, rewel.
4. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada.
5. Perut cekung.
6. Sering di sertai: penyakit kronik, diare kronik
C. Klasifikasi

Menurut Departemen kesehatan RI (2019) KKP/KEP yang dibagi


berdasarkan gejala klinis ada 3 tipe yaitu KEP ringan, sedang, dan berat ( gizi
buruk). Untuk KKP/KEP ringan dan sedang. Gejala klinis yang ditemukan
hanya anak tampak kurus sedangkan gejala klinis KKP/KEP berat (gizi buruk)
secara garis besar dapat dibedakan sebagai maramus, kwashiorkor dan
marasmus-kwashiorkor. Adapun kwashoirkor merupakan KKP berat karena
kekurangan protein (terjadi edema disekujur tubuh terutama bagian
ekstrernitas). Maramus ialah KKP berat karena kekurangan kalori atau
karbohidrat ( anak tampak kurus dan wajahnya seperti orangtua)dan marasmik-
kwashiorkor karena kekurangan karbohidrat dan protein (campuran atau gejala
klinik dari kwashiorkordan marasmus dengan edema tidak mencolok).

D. Patofisiologi

Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh dietDalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan
memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk
mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat
penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat
dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya
kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga
setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein
terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera
diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjalSelam puasa jaringan lemak dipecah
menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodiesOtot dapat mempergunakan
asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan
makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan
sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
(Arisman, 2012).
E. Pemeriksaan Penunjang

Menurut WHO untuk pemeriksaan penunjang pada pasien dengan


kekurangan kalori protein (KKP) sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Fisik
a) Kaji tanda-tanda fital
b) Kaji perubahan status mental, pada anak apakah anak nampak cengeng/
apatis.
c) Pengamatan timbulnya gangguan gastrointestinal, untuk menentukan
kerusakan fungsi hati, pankreas dan usus
d) Menilai secara berkelanjutan adanya perubahan warna rambutdan
keelastisan kulit dan membran mukosa
e) Pengamatan pada output urine
f) Kaji perubahan pola eliminasi
g) Perhatikan apakah ada ditemukan gejala seperti diare, perubahan
frekuensi BAB.
h) Ditandai dengan adanya keadaan lemas dan konsistensi BAB cair
i) Ksjisecara berkelanjutan asupan makanan tiap hari
j) Perhatikan apakah dijumpai gejala mual/muntah dan biasanya ditandai
dengan penurunan berat badan
k) Pengkajian pergerakan anggota gerak/aktifitas anak dengan mengamati
tingkah laku anak melalui rangsang.
2. Pemeriksaan Laboratorium

a) Pemeriksaan darah tepi untuk memperlihatkan apakah dijumpai anemia


ringan.sampai sedang, umumnya
b) pada KKP dijumpai berupa anemia hipokronik atau normokromik Pada uji
faal hati:

Pada pemeriksaan uji faal hati tampak nilai albumin sedikit atau amat rendah,
trigliserida normaldan kolesterol normal atau merendah.

c) Kadar elektrolit K rendahkadar Na, Zn dan Cu bisa normal atau


menurunKadar gula darah umumnya rendah(normalnya Gula darah puasa 70-
110 mg/dlWaktu tidur: 110-150 mg/dl, I jam setelah makan < 160 mg/dl2 jam
setelah makan: < 125 mg/dl
d) Asam lemak bebas normal atau meninggi
e) Nilai beta lipoprotein tidak menentudapat merendah atau meninggi
f) Kadar hormon insulin menurun, tetapi hormon pertumbuhan dapat

normalmerendah maupun meninggi Analisis asam amino dalam urine

menunjukkan kadar 3-metil histidin meningkat dan indeks hidroksiprolin


menurun
g) Pada biopsi hati hanya tampak perlemakan yang ringanjarang dijumpai
dengan kasus perlemakan berat
h) Kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat
i) Kadar imunoglobulin A sekretori rendah.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kurang kalori protein:
1. Diit tinggi kaloriprotein, mineral dan vitamin
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit
3. Penanganan diare bila ada: cairan, antidiare, dan antibiotic

Penatalaksanan KKP berat dirawat inap dengan pengobatan rutin:


1. Atasi atau cegah hipoglikemi
Periksa kadar gula darah bila ada hipotermi (suhu skala < 35 derajat celciul suhu
rektal 35,5 derajat celcius)Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk
mencegahkedua kondisi tersebut. Bila kadar gula darah di bawah 50 mg/dl,
berikan
a. 50 mlbolus glukosa 10% atau larutan sukrosa 10% (1 sdt gula dalam 5 adm
air) secara oral atau sonde/ pipa nasogastrik
b. Selanjutnya berikan lanjutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali
berikan 4 bagian dari jatah untuk 2 jam)
c. Berikan antibiotik
d. Secepatnya berikan makanan setiap 2 jam, siang dan malam.

2. Atasi atau cegah hipotermi


Bila suhu rektal < 35.5 derajat celcius: a. Segera berikan makanan cair / formula
khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu) bHangatkan anak dengan pakaian atau
seelimut sampai menutup kepala, letakkan dekat lampu atau pemanas (jangan
gunakan botol air panas) atau peluk anak di dasa ibu, selimutic. Berikan
antibiotik dSuhu diperiksa sampai mencapai 36,5 derajat celcius.

3. Atasi atau cegah dehidrasi


Jangan mengunakan jalur intravena untuk rehidrasi kecuali keadaan syok/rentan.
Lakukan pemberian infus dengan hati-hati, tetesan pelan- pelan untuk
menghindari beban sirkulasi dan jantung. Gunakan larutan garam khusus yaitu
resomal (rehydration Solution for malnutrition atau pengantinya)Anggap semua
anak KKP berat dengan diare encer mengalami dehidrasi sehingga harus
diberikan :
a. Cairal Resomal/pengantinya sebanyak 5ml/kgBB setiap 30 menit
selama 2 jam secara oral atau lewat pipa nasogastrik.
b. Selanjutnya beri 5 -10 ml/kgBB/jam selama 4-10 jam berikutnya; jumlah yang
tepat harus diberikan tergantung berapa baanyak anak menginginkannntya dan
banyaknya kehilangan cairan melalui tinja dan muntah.
c. Ganti Resomal/penganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formulas khusus
sejumlah yang sama, bila keadaan rehidrasi menetap/stabil.
d. Selanjutnya mulai beri formula khusus.

4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit


Pada senua KKP berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar Na
plasma rendahDefisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg) sering terjadi dan
paling sedikit perlu 2 minggu untuk pemulihan. Ketidakseimbangan ini ikut andil
pada terjadinya edema (jangan obati dengan pemberian diuretik). Berikan :
a. Tambahkan K2-4 mEq/kgBB/hari (=150-300mg KCL/kgBB/hari)
b. Tambahkan Mg 0,3-0,6 mEq/kgBB/hari (=7,5-15mgKCL/kgBB/hari).
c. Siapkan makanan tanpa beri garam.
d. Tambahkan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk cairan dan
tambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20 ml larutan pada 1 liter
formulaSelain itu atasi penyakit penyerta, yaitu :
1) Defisiensi vitamin A, seperti korelasi defisiensi mikro Dermatosis
Umum defisiensi Zn terdapat pada keadaan ini dan dermatosis membaik dengan
pemberian suplementasi Zn, selain itu :
a. Kompres bagian kulit yang terkena dengan KmnO (K permanganat) 1%
selama 10 menit
b. Beri salep (Zn dengan minyak kastor)
c. Jaga daerah perineum agar tetap kering.

2) Parasit/cacing, beri mebendazol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari.


3) Diare melanjut
Diare biasa menyertai dan berkurang dengan sendirinya pada pemberian
makanan secara berhati-hati. Bila ada intoleransi laktosa (jarang) obati hanya bila
diare berlanjutnya diare. Bila mungkin lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik,
berikan metronidazol 7,5 mg/kg BB setiap 8 jam selama 7 hari. (Arisman, 2012)

G. Komplikasi
Kwashiorkor adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein
baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Kekurangan protein dalam makanan
akan mengakibatkan kekurangan asam amino esensial dalam serum yang
diperlukan untuk sintesis dan metabolism terutama sebagai pertumbuhan dan
perbaikan selmakin berkurangnya asam amino dalam serum menyebabkan
berkurangnya produksi albumin oleh hati. Kulit akan tampak bersisik dan kering
karena depigmentasiAnak dapat mengalami gangguan pada mata karena
kekurangan vitamin A. Kekurangan mineral khususnya besi, kalsium dan seng.
Edema yang terjadi karena hipoproteinemia yang mana cairan akan berpindah
dari intravascular kompartemen ke rongga interstisial yang kemudian
menimbulkan ascites Gangguan gastrointestinal seperti adanya perlemakan pada
hati dan atropi pada sel acini pankreasTanda dan gejala kwashiorkor:
1. Otot lemah, lunak.
2. Sukar diberi makan dan cengeng
3. Gejala anemia dan defisiensi nutrient
4. Biasa terjadi pada anak usia 1-3 bulan.
5. Wajah bulat (moon face)
6. Ada edema terutama pada kaki dan tungkai bawah
7. Rambut menjadi merah dan mudah rontokmudah dicabut tanpa rasa sakit

Kelainan kulit berupa bercak merah muda meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)

 Letargi
 Jaringan subkutan tipis dan lembut
 Kulit kering dan bersisik
 Alopecia
 Anorexia

KOMPLIKASI: penyakit infeksi umumnya akut, diare, anemia, gangguan


tumbuh kembang, hipokalemi dan hipernatremi

b. Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori


dan protein. Pada marasmus ditandai dengan atropi jaringan terutama lapisan
subkutan dan badan tampak kurus seperti orang tua. Pada Marasmus
metabolisme lemak kurang terganggu daripada kwashiorkor, sehingga
kekurangan vitamin biasanya minimal atau tidak adaPada marasmus tidak
ditemukan edema akibat dari hipoalbuminemia dan atau retensi sodium.
Pemenuhan kebutuhan dalam tubuh masih dapat dipenuhi dengan adanya
cadangan protein sebagai sumber energi Tanda dan gejala marasmus :

 Otot lemah, lunak.


 Merasa lapar dan cengeng.
 Defisiensi mikronutrien yang berhubungan dengan pola diet setempat.
 Gagalnya pertumbuhan
 Sering pada bayi < 12 bulan.
 Tidak ada jaringan lemak bawah kulit.
 Wajah tampak tua (monkey face).
 Tidak ada edema.
 Warna rambut tidak berubah.
 Badan kurus kering
 Tampak seperti orang tua
 Letargi
 Iritabel
 Kulit berkeriput

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep dasar keperawatan


1. Pengkajian
Menurut effendy (2013), pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang
digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan
menangani norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan
system integrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya.
Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara, observasi,
dan pemeriksaaan fisik. Pengkajian keluarga dilakukan oleh dua tahap:
a. Penjajakan 1 adalah pengumpulan data dan analisa data untuk
mengidentifikasi masalah keperawatan, meliputi data dasar :
1) Struktur dan sifat masalah keluarga
2) Faktor sosial, ekonomi, dan keluarga
3) Faktor lingkungan
4) Riwayat keluarga
b. Penjajakan II adalah pengumpulan data dan analis data untuk
mengidentifikasi kesanggupan keluarga melaksanakan tugas –tugas
kesehatan meliputi presepsi atau tanggapan keluarga terhadap masalah
kesehatan dengan gizi kurang antara lain :
1) Mengidentifikasi kemampuan keluarga untuk mengenal masalah gizi
kurang
2) Mengidentifikasi aplikasi keluarga dengan mengambil keputusan
yang tepat dalam penanganan gizi kurang
3) Mengidentifikasi berabagai data yang menunjukan apakah keluarga
dapat merwat gizi kurang
4) Apakah keluarga dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
klien gizi kurang
5) Mengidentifikasi ketidakmampuan dalam memanfaatakan fasilitas
kesehatan untuk klien gizi kurang
c. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data
biologis, psikologis, social dan spiritual, yaitu :
1) Pengkajian data dasar (nama, umur, status kesehatan, status
perkembangan, orientasi sosio-kultural, riwayat diagnostik dan
pengobatan, faktor sistem keluarga) ; Pola hidup ; Faktor lingkungan.
d. Perumusan diagnosis menurut ester, dkk(2012) komponen rumus
diagnosis keperawatan meliputi :
a) Masalah atau problem
b) Penyebab atau etiologi adlah kumpulan data subjektif dan obyektif
dalam penyusunan masalah kesehatan keperawatan kelaurga menurut
ester dkk(2012) mengacu pada tipologi diagnosis keperawatan
keluarga yaitu potnesial atau wellness, risiko(ancaman), actual(nyata).
e. Perencanaan
Perencanaan adalah sekelompok tindakan yang ditentukan untuk
dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan yang telah
diindentifikasi.

B. Diagnosa keperawatan
1. Hipovolemia (D.0023)
Definisi
Penurunan volume cairan intravascular, interstisiel, dan / intraseluler
Etiologi
a. Kehilangan cairan aktif
b. Kegagalan mekanisme regulasi
c. Peningkatan permeabilitas kapiler
d. Kekurangan intake cairan
e. Evaporasi

Gejala & Tanda Mayor

Subyektif (-)
Obyektif

a. Frekuensi nadi meningkat


b. Nadi teraba lemah
c. Tekanan darah menurun
d. Tekanan nadi menyempit
e. Turgor kulit menurun
f. Membran mukosa kering
g. Volume urin menurun
h. Hematokrit

Gejala & Tanda Minor

Subyektif

a. Merasa lemah
b. Mengeluh Haus

Obyektif

a. Pengisian vena menurun


b. Status mental berubah
c. Suhu tubuh meningkat
d. Konsentrasi urin meningkat
e. Berat badan menurun tiba-tiba

2. Defisit nutrisi (D.0019)


Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Etiologi
a. Kurangnya supan makanan
b. Ketidakmampuan menelan makanan
c. Ketidakmampuan mencerna makanan
d. Ketidakmampuan mengabsorbsi makanan
e. Peningkatan kebutuhan metabolism
f. Faktor ekonomi (mis.finansial tidak mencukupi)
g. Factor psikologis(mis.stress, keengganan untuk makan)

Gejala & Tanda Mayor

Subyektif (-)

Obyektif

a. Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

Gejala & Tanda Minor

Subyektif

a. Cepat kenyang setelah makan


b. Kram / nyeri abdomen
c. Nafsu makan menurun

Obyektif

a. Bising usus hiperaktif


b. Otot pengunyah lemah
c. Otot menelan lemah
d. Membrane mukosa lemah
e. Sariawan
f. Serum albumin turun
g. Rambut rontok berlebihan
h. Diare
3. Defisit pengetahuan. (D.0111)
Definisi
Keadaan / kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu
Etiologi
a. Keterasan kognitif
b. Gangguan fungsi kognitif
c. Kekeliruan mengikuti anjuran
d. Kurang terpapar informasi
e. Kurang minat belajar
f. Kurang mampu meningkat
g. Ketidaktahuan menemukan sumber informasi

Gejala & Tanda Mayor

Subyektif

a. Menanyakan masalah yang dihadapi

Obyektif

a. Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran


b. Menunjukkan persepsi keliru terhadap masalah

Gejala & Tanda Minor

Subyektif (-)

Obyektif

a. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat


b. Menunjukkan perilaku berlebihan (mis.apatis , berlebihan, agitasi,
histeria)
C. Fokus Intervensi

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KRITERIA HASIL
1. Manajemen
Hipovolemia protein Tujuan : Kebutuhan Hipovolomia
(D.0023) nutrisi terpenuhi. (I.03116)
Status cairan membaik
Observasi
diberi kode (L.03028)
Setelah dilakukan - Periksa tanda
intervensi keperawatan dan gejala
selama 3 x 24 jam, hipovolemia
maka keseimbangan (mis: frekuensi
cairan meningkat, nadi
dengan kriteria hasil: meningkat,
nadi teraba
1. Output urin lemah, tekanan
meningkat darah
2. Membrane mukosa menurun,
lembab meningkat tekanan nadi
3. Tekanan darah menyempit,
membaik turgor kulit
4. Frekuensi nadi menurun,
membaik membran
5. Kekuatan nadi mukosa
membaik kering, volume
urin menurun,
hematokrit
meningkat,
haus, lemah)
- Monitor intake
dan output
cairan
Terapeutik
- Hitung
kebutuhan
cairan
- Berikan posisi
modified
Trendelenburg
- Berikan
asupan cairan
oral
Edukasi

- Anjurkan
memperbanya
k asupan
cairan oral
- Anjurkan
menghindari
perubahan
posisi
mendadak

Kolaborasi

- Kolaborasi
pemberian
cairan IV
isotonis (mis:
NaCL, RL)
- Kolaborasi
pemberian
cairan IV
hipotonis (mis:
glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
- Kolaborasi
pemberian
cairan koloid
(albumin,
plasmanate)
- Kolaborasi
pemberian
produk darah

2. Defisit nutrisi (D.0019) Tujuan : Volume


cairan tubuh stabil Manajemen
Status nutrisi membaik Nutrisi (I.03119)
diberi kode (L.03030)
Observasi
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan - Identifikasi
selama 3 x 24 jam, status nutrisi
maka status nutrisi - Identifikasi
membaik, dengan alergi dan
kriteria hasil: intoleransi
makanan
1. Porsi makan yang - Identifikasi
dihabiskan makanan yang
meningkat disukai
2. Berat badan - Identifikasi
membaik kebutuhan
3. Indeks massa tubuh kalori dan
(IMT) membaik jenis nutrient
- Identifikasi
perlunya
penggunaan
selang
nasogastric
- Monitor
asupan
makanan
- Monitor berat
badan
- Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik

- Lakukan oral
hygiene
sebelum
makan, jika
perlu
- Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
(mis: piramida
makanan)
- Sajikan
makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
- Berikan
makanan
tinggi serat
untuk
mencegah
konstipasi
- Berikan
makanan
tinggi kalori
dan tinggi
protein
- Berikan
suplemen
makanan, jika
perlu
- Hentikan
pemberian
makan melalui
selang
nasogastik jika
asupan oral
dapat
ditoleransi
Edukasi

- Ajarkan posisi
duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet
yang
diprogramkan
Kolaborasi

- Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum
makan (mis:
Pereda nyeri,
antiemetik),
jika perlu
- Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan,
jika perlu

3. Tujuan : Pengetahuan Edukasi


Defisit pengetahuan pasien/ keluarga Kesehatan
(D.0111) tentang penyakitnya (I.12383)
bertambah. .
Tingkat pengetahuan
meningkat (L.12111) Observasi

Setelah dilakukan - Identifikasi


intervensi keperawatan kesiapan dan
selama 3 x 24 jam, kemampuan
maka status tingkat menerima
pengetahuanmeningkat informasi
, dengan kriteria hasil: - Identifikasi
faktor-faktor
1. Perilaku sesuai yang dapat
anjuran meningkat meningkatkan
2. Verbalisasi minat dan
dalam belajar menurunkan
meningkat motivasi
3. Kemampuan perilaku hidup
menjelaskan bersih dan
pengetahuan sehat
tentang suatu topik
meningkat Terapeutik
4. Kemampuan
- Sediakan
menggambarkan
materi dan
pengalaman
media
sebelumnya yang
Pendidikan
sesuai dengan topik
Kesehatan
meningkat
- Jadwalkan
5. Perilaku sesuai
Pendidikan
dengan
Kesehatan
pengetahuan
sesuai
meningkat
kesepakatan
6. Pertanyaan tentang
- Berikan
masalah yang
kesempatan
dihadapi menurun
untuk bertanya
7. Persepsi yang
keliru terhadap Edukasi
masalah menurun
- Jelaskan faktor
risiko yang
dapat
mempengaruhi
Kesehata
- Ajarkan
perilaku hidup
bersih dan
sehat
- Ajarkan
strategi yang
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan
sehat

Kolaborasi

- Kolaborasi
kesiapan dan
kemampuan
menerima
informasi
- Kolaborasi
faktor-faktor
yang dapat
meningkatkan
dan
menurunkan
motivasi
perilaku hidup
bersih dan
sehat
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurang kalori dan protein ini terjadi karena ketidak seimbangan antara
konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi atau
terjadinya defisiensi atau defisit energi dan protein. Pada umumnya penyakit ini
terjadi pada anak balita karena pada umur tersebut anak mengalami
pertumbuhan yang pesat.
Apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori
maka akan terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori dan protein). Beberapa ahli
hanya membedakan antara 2 macam KKP saja, yakni KKP ringan atau gizi
kurang dan KKP berat (gizi buruk) atau lebih sering disebut marasmus
(kwashiorkor). Anak atau penderita marasmus ini tampak sangat kurus, berat
badan kurang dari 60% dari berat badan ideal menurut umur, muka berkerut
seperti orang tua, apatis terhadap sekitarnya, rambut kepala halus dan jarang
berwarna kemerahan.
B. SARAN
Dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan keperawatan keluarga terutama
keluarga dengan kekurangan kalori protein, maka penulis mengajukan
beberapa saran untuk keluarga kesadaran akan pentingnya kesehatan diri, cara
perawatan anak kekurangan kalori protein dan lingkungan hendaknya lebih
ditingkatkan, meningkatkan kegiatan untuk berobat kepelayanan kesehatan
jika ditemukan masalah-masalah kesehatan dalam keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. 2010 . Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka


Utama
Andriani, M., dan Wirjatmadi, B, 2014. Peran Gizi dalam Siklus Kehidupan
Jakarta:Kencana Persada Media Group
Anggraeni.2012.Asuhan Gizi;Nurtitional Care Process. Graha Ilmu.
Yogyakarta
Arisman.2009.Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi dalam Daur Kehidupan Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai