Anda di halaman 1dari 7

2.

1 Konsep Dasar Kekurangan Kalori Protein (KKP)

2.1.1 Pengertian

Nama internasional KKP yaitu Calori Protien Malnutrition atau CPM adalah
suatu penyakit difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga Protien
Energi Malnutrisi (PEM).

Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang
kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan
protein kurang dalam waktu yang cukup lama.

Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang
dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi
pada defisiensi protein maupun energi.

Kekurangan kalori protein diklasifikasi menjadi dua berdasarkan berat


tidaknya yaitu KKP ringan atau sedang disebut juga sebagai gizi kurang
(undernutrition) ditandai oleh adanya hambatan pertumbuhan dan KKP yang meliputi
kwasiorkor, marasmus dan kwashiorkor marasmus. Malnutrisi kalori protein adalah
tidak adekuatnya intake protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh.

Kurang energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan


rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari hari sehingga tidak
memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG). (Betz, L & Linda S. 2013).

2.1.2 Etiologi

Etiologi malnutrisi dapat primer, yaitu apabila kebutuhan individu yang sehat
akan protein, kalori atau keduanya, tidak dipenuhi oleh makanan yang adekuat, atau
sekunder, akibat adanya penyakit yang menyebabkan asupan suboptimal, gangguan
penyerapan dan pemakaian nutrien, dan/atau peningkatan kebutuhan karena
terjadinya hilangnya nutrien atau keadaan stres. Kekurangan kalori protein
merupakan penyakit energi terpenting di negara yang sedang berkembang dan
salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas pada masa kanak-kanak
diseluruh dunia. Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori protein
dengan berbagai tekanan, sehingga terjadi spektrum gejala-gejala dengan berbagai
nuansa dan melahirkan klasifikasi klinik (kwashiorkor, marasmus, marasmus
kwashiorkor). Penyebab tak langsung dari KKP sangat banyak sehingga penyakit ini
disebut sebagai penyakit dengan multifactoral. Berikut ini merupakan sistem holistik
penyebab multifactoral menuju ke arah terjadinya KKP:

1. Ekonomi negara
2. Pendidikan umum kurang
3. Produksi bahan pangan rendah
4. Hygiene rendah
5. Pekerjaan rendah
6. Pasca panen kurang baik
7. Sistem perdagangan dan distribusi tidak lancar
8. Persediaan pangan kurang
9. Penyakit infeksi dan investasi cacing
10. Konsumsi kurang
11. Absorpsi terganggu
12. Utilisasi terganggu
13. KKP
14. Pengetahuan gizi kurang
15. Anak terlalu banyak (Betz, L. & Linda S, 2013).
2.1.3 Tanda dan Gejala
1. KKP Ringan
a. Pertumbuhan linear terganggu
b. Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun
c. Ukuran lingkar lengan atas menurun
d. Maturasi tulang terlambat
e. Ratio berat terhadap tinggi normal atau cenderung menurun
f. Anemia ringan atau pucat
g. Aktifitas berkurang
h. Kelainan kulit (kering, kusam)
i. Rambut kemerahan
2. KKP Berat
a. Gangguan pertumbuhan
b. Mudah sakit
c. Kurang cerdas
d. Jika berkelanjutan menimbulkan kematian (Betz, L & Linda S, 2013).
2.1.4 Patofisiologi

Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan
makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan
memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk
mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat
penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai
oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh
untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah
dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa
jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di
hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak,
gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton
bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun.
Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah
kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. (Arisman, 2012).

2.1.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan darah lengkap (Hb, Ht, albumin, globulin, protein total,elektrolit
serum)
2. Pemeriksaan urine
3. Uji faat hati
4. EKG
5. Photo thorax
6. Antropometri anak (TB/U, BB/U, LK/U)
2.1.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kurang kalori protein:

1. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin


2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit
3. Penanganan diare bila ada: cairan, antidiare, dan antibiotic

Penatalaksanan KKP berat dirawat inap dengan pengobatan rutin:


1. Atasi atau cegah hipoglikemi
Periksa kadar gula darah bila ada hipotermi (suhu skala 35 derajat celciul
suhu rektal 35,5 derajat celcius). Pemberian makanan yang lebih sering
penting untuk mencegahkedua kondisi tersebut. Bila kadar gula darah di
bawah 50 mg/dl, berikan: a. 50 mlbolus glukosa 10% atau larutan sukrosa
10% (1 sdt gula dalam 5 adm air) secara oral atau sonde/ pipa nasogastrik b.
Selanjutnya berikan lanjutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap
kali berikan bagian dari jatah untuk 2 jam) c. Berikan antibiotik d. Secepatnya
berikan makanan setiap 2 jam, siang dan malam.
2. Atasi atau cegah hipotermi
Bila suhu rektal< 35.5 derajat celcius: a. Segera berikan makanan cair/
formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu) b. Hangatkan anak dengan
pakaian atau seelimut sampai menutup kepala, letakkan dekat lampu atau
pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau peluk anak di dasa ibu,
selimuti. c. Berikan antibiotik d. Suhu diperiksa sampai mencapai 36,5 derajat
celcius.
3. Atasi atau cegah dehidrasi
Jangan mengunakan jalur intravena untuk rehidrasi kecuali keadaan
syok/rentan. Lakukan pemberian infus dengan hati-hati, tetesan pelan- pelan
untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung. Gunakan larutan garam
khusus yaitu resomal (rehydration Solution for malnutrition atau pengantinya).
Anggap semua anak KKP berat dengan diare encer mengalami dehidrasi
sehingga harus diberikan :
a. Cairal Resomal/pengantinya sebanyak 5ml/kgBB setiap 30 menit selama 2
jam secara oral atau lewat pipa nasogastrik.
b. Selanjutnya beri 5-10 ml/kgBB/jam selama 4-10 jam berikutnya; jumlah
yang tepat harus diberikan tergantung berapa baanyak anak
menginginkannntya dan banyaknya kehilangan cairan melalui tinja dan
muntah.
c. Ganti Resomal/penganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formulas
khusus sejumlah yang sama, bila keadaan rehidrasi menetap/stabil. d.
Selanjutnya mulai beri formula khusus.
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
Pada senua KKP berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar Na
plasma rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg) sering terjadi dan
paling sedikit perlu 2 minggu untuk pemulihan. Ketidakseimbangan ini ikut
andil pada terjadinya edema (jangan obati dengan pemberian diuretik).
Berikan:
a. Tambahkan K2-4 mEq/kgBB/hari (-150-300mg KCL/kgBB/hari)
b. Tambahkan Mg 0,3-0,6 mEq/kgBB/hari (-7,5-15mgKCL/kgBB/hari)
c. Siapkan makanan tanpa beri garam
d. Tambahkan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk cairan dan
tambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20 ml larutan pada 1
liter formula. Selain itu atasi penyakit penyerta, yaitu:
1) Defisiensi vitamin A, seperti korelasi defisiensi mikro Dermatosis
Umum defisiensi Zn terdapat pada keadaan ini dan dermatosis
membaik dengan pemberian suplementasi Zn, selain itu :
a. Kompres bagian kulit yang terkena dengan KmnO (K permanganat)
1% selama 10 menit.
b. Beri salep (Zn dengan minyak kastor)
c. Jaga daerah perineum agar tetap kering 2) Parasit/cacing, beri
mebendazol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari.
2) Diare melanjut Diare biasa menyertai dan berkurang dengan
sendirinya pada pemberian makanan secara berhati-hati. Bila ada
intoleransi laktosa (jarang) obati hanya bila diare berlanjutnya diare.
Bila mungkin lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik, berikan
metronidazol 7,5 mg/kg BB setiap 8 jam selama 7 hari. (Arisman,
2012).
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Effendy (2007), pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang
digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien (keluarga)
dengan menangani norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial,
yang merupakan sistem integrasi dan kesanggupan keluarga untuk
mengatasinya. Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik. Pengkajian keluarga
terdiri dari dua tahap:
a. Penjajakan I adalah mengumpulkan data dan analisa data untuk
mengidentifikasi masalah keperawatan, meliputi data dasar:
1) Struktur dan sifat masalah keluarga
2) Faktor sosial, ekonomi, dan keluarga
3) Factor lingkungan
4) Riwayat Kesehatan
b. Penjajakan II adalah mengumpulkan data dan analisa data untuk
mengidentifikasi kesanggupan keluarga melaksanakan tugas-tugas
kesehatan meliputi persepsi atau tanggapan keluarga terhadap masalah
kesehatan. Pengkajian tahap II pada Keluarga Tn. AA adalah mengeksplorasi
bagaimana persepsi dan tanggapan keluarga terhadap masalah An. Y dengan
gizi kurang antara lain:
1) Mengidentifikasi kemampuan keluarga untuk mengenal masalah gizi
kurang
2) Mengidentifikasi aplikasi keluarga dengan mengambil keputusan yang
tepat dalam penanganan gizi kurang. 3) Mengidentifikasi bnerbagai data
yang menunjukkan apakan keluarga dapat merawat gizi kurang.
3) Apakah keluarga dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk klien
gizi kurang.
4) Mengidentifikasi ketidakmampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas
kesehatan untuk klien gizi kurang. Analisa data adalah mengelompokkan
data subyektif dan obyektif kemudian dibandingkan dengan standar
normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.
2. Perumusan diagnosis keperawatan menurut Ester, dkk (2012)
Komponen rumus diagnose keperawatan meliputi:
a. Masalah atau problem
b. Penyebab atau etiologi adalah kumpulan data subyektif dan obyektif

Dalam penyusunan masalah kesehatan perawatan keluarga menurut


Ester, dkk (2012) mengacu pada tipologi diagnose keperawatan
keluarga, yaitu:

a. Potensial atau wellness


b. Risiko (ancaman)
c. Aktual (nyata)
3. Perencanaan
Perencanaan adalah sekelompok tindakan yang ditentukan untuk
dilaporakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan
yang telah diidentifikasi (Effendy, 2007) Perencanaan terdiri dari:
a. Prioritas masalah
Dengan memperhatikan beberapa kriteria, yaitu:
1) Sifat masalah (aktual, risiko, potensial)

Adapun bentuk tindakan yang dilakukan dalam intervensi:

1) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga


mengenai masalah
2) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum
diketahui
3) Memberikan penyuluhan atau penjelasan dengan keluarga
4) Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal yang positif
5) Memberikan pujian pada keluarga atau usahanya
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana perawtan kesehatan.
keluarga. Perawat melaksanakan tindakan-tindakan keperawtan yang
telah direncanakan disesuaikan dengan keadaan keluarga.
5. Evaluasi
Merupakan pengukuran keberhasilan dalam pelaksanaan dari tindakan
keperawatan yang direncanakan. Evaluasi biasa berupa evaluasi proses
maupun evaluasi hasil. Dimana evaluasi mengungkapkan tiga masalah
atau kemungkinan, yaitu:
1) Masalah dapat diselesaikan
2) Sebagian saja masalah yang dapat terpecahkan
3) Muncul masalah baru

Anda mungkin juga menyukai