Oleh:
NINDY SOFIANI RAHAYU
NPM: 220110170113
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
Tahun 2020
LEMBAR PENGESAHAN
NPM: 220110170113
USULAN PENELITIAN/SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat ujian
Guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
Program Pendidikan Sarjana Fakultas Keperawatan ini
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing pada tanggal
Seperti tertera di bawah ini
Bandung, …..Bulan dan Tahun
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................vi
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................vii
BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Latar Belakang Penelitian...................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................1
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................2
1.4. Manfaat Penelitian..............................................................................2
BAB II : STUDI LITERATUR................................................................................4
2.1. Kajian Pustaka....................................................................................4
2.2. Kerangka Pemikiran.........................................................................20
2.3. Hipotesis...........................................................................................22
BAB III : METODE PENELITIAN......................................................................23
3.1. Metode Penelitian.............................................................................23
3.2. Subjek Data.......................................................................................23
3.3. Data, Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data.........................25
3.4. Lokasi Riset......................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
BAB I : PENDAHULUAN
1.
Saat ini dunia sedang dilanda penyakit menular baru yaitu penyakit COVID-
19. Tercatat pada tanggal 22 Oktober 2020 terdapat 40.890.712 kasus yang terjadi
di seluruh dunia dengan angka kematian 1.126.351 jiwa dan 235 negara, area dan
teritori yang terdampak wabah (WHO, 2020). Di Indonesia tercatat pada tanggal
22 Oktober 2020 terdapat 377.541 kasus dengan 63.576 kasus aktif, 301.006 jiwa
sembuh dan 12.959 jiwa meninggal (Satgas Penanganan COVID-19, 2020).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi situasi
pandemi mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), menerapkan
sistem lockdown pada daerah tertentu, membuat website khusus sebagai rujukan
informasi utama, penerapan protokol kesehatan dan lain lain. Salah satu upaya
Kemenentrian Kesehatan RI dalam menanggulangi pandemi COVID-19 yaitu
dengan adanya program Tele Sehat yang bertujuan untuk membantu masyarakat
dalam menjaga kesehatan selama pandemi, melakukan pencegahan penularan
penyakit COVID-19, dan penanggulangan dampak penyakit COVID-19
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Kemenkes RI juga
menerbitkan flyer yang dapat disebarkan pada masyarakat melalui berbagai
media, contoh flyer yang diterbitkan seperti cara menggunakan masker, cara
mencuci tangan, pencegahan penularan, penerapan protokol kesehatan dan lain-
lain (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Menjaga kondisi agar tetap sehat atau melakukan usaha untuk penyembuhan
bila sakit merupakan salah satu teori perilaku kesehatan yaitu perilaku
pemeliharaan kesehatan (Health maintenance) (Notoatmodjo, 2007). Perilaku
seseorang terbagi ke dalam 3 domain yaitu, domain kognitif, domain afektif dan
domain psikomotor. Domain kognitif meliputi pengetahuan tentang
perkembangan dan keterampilan intelektual. Domain afektif meliputi perubahan
1
minat, sikap, nilai, pengembangan apresiasi dan penyesuaian. Domain psikomotor
meliputi keterampilan motorik seperti persepsi dan respon (Bloom, 1956). Bagi
mahasiswa keperawatan, perilaku hidup bersih dan sehat harus diterapkan sejak
dini karena perawat harus benar benar menjaga kebersihan agar tidak
membahayakan pasien dan diri sendiri. Dalam penelitian Tem et al. (2019), 5 dari
202 mahasiswa jurusan keperawatan dan kebidanan di Kamboja belum pernah
mendapatkan pelatihan kebersihan tangan. Dalam penelitian Kingston (2018)
yang dilakukan di Irlandia, 7% (n=15) mahasiswa keperawatan menyatakan
bahwa tidak praktis untuk mengikuti prosedur kebersihan tangan yang
direkomendasikan dan 13 % mahasawa keperawatan menyatakan bahwa mereka
tidak memiliki waktu untuk mengikuti perkembangan prosedur kebersihan tangan.
Dalam penelitian Ulfa, Mikdar, & Raya (2020), perilaku kesehatan
mahasiswa FKIP Universitas Palangkaraya cenderung menjadi over protektif
setelah adanya pandemi COVID-19. Sebagian mahasiswa menjadi mudah curiga
bila ada orang yang menunjukan gejala seperti batuk bersin dan terlihat sakit.
Sebagian lainnya mencari fasilitas pengobatan ketika sakit dan segera ke dokter
ketika merasa kurang sehat. Gaya hidup mahasiswa pun berubah, untuk menjaga
dan meningkatkan imunitas tubuh mahasiswa menerapkan pola hidup sehat
seperti menggunakan makser, selalu mencuci tangan, olah raga, minum jamu atau
ramuan herbal, dan berjemur. Namun, pola makan mahasiswa menjadi berkurang
karena berkurangnya uang jajan dan pendapatan.
Dalam penelitian Yuyan et al. (2020), 16 dari 474 mahasiswa keperawatan
di Zhengzhou, China masih memiliki pengetahuan yang rendah dan
kesalahpahaman terkait COVID-19, juga untuk aspek perilaku, 210 dari 474
mahasiswa tidak patuh untuk memakai alat pelindung dan tidak mematuhi
pedoman perlindungan. Sebagian kecil responden dalam penelitian Gohel et al.
(2020) yang dilakukan di India yaitu 11,57% mahasiswa medikal kompleks tidak
tahu apakah penyakit COVID-19 itu menular atau tidak, lebih dari setengah
partisipan masih belum sadar akan asal COVID-19, 3,36% pastisipan masih
belum mengetahui gejala dari penyakit COVID-19, dan hampir setengah dari
partisipan tidak mengetahui cara transmisi virus COVID-19.
Kondisi pandemi membuat masyarakat mau tidak mau harus menjaga
kesehatannya agar tidak gampang terkena penyakit. Dalam upaya menjaga dan
meningkatkan imunitas diperlukan pola hidup yang sehat seperti menerapkan pola
diet sehat dan olahraga secara teratur. Dalam penelitian Duong et al. (2020) yang
dilakukan di Vietnam, 42,8% mahasiswa mengalami perubahan diet menjadi lebih
sehat setelah masa pandemi, yang berarti 57,2 % lainnya masih mempunyai
perilaku diet yang tidak sehat. Mahasiswa tingkat pertama, mahasiswa dengan
obesitas dan overweight, perokok, dan mahasiswa yang berada pada tahap pra
kontemplasi memiliki waktu duduk yang tidak berubah selama sebelum dan
sesudah pandemi, yang menunjukan bahwa kurangnya aktifitas fisik (Romero-
blanco et al., 2020). Hal ini menunjukan bahwa kurangnya upaya dalam menjaga
dan meningkatkan imunitas tubuh.
Perawat berperan penting dalam upaya promosi dan preventif. Maka dari
itu, mahasiswa jurusan ilmu keperawatan harus mengetahui dan melakukan
pencegahan COVID-19 sebelum melakukan upaya promosi dan preventif agar
informasi yang diberikan pada pasien tersampaikan dengan baik. Mahasiswa
keperawatan juga harus menjadi role-model untuk masyarakat dalam melakukan
perilaku sehat agar dapat menjaga kondisi kesehatan.
COVID-19.
1.2.2. Masih terdapat mahasiswa yang tidak mengubah perilaku dalam upaya
pencegahan COVID-19
Rumusan masalah pada penelitian ini berdasarkan pernyataan masalah
untuk menurunkan angka kejadian infeksi COVID-19 dan juga menjadi referensi
baru yang kemudian dapat dijadikan acuan untuk penelitian terkait pencegahan
COVID-19
penyakit COVID-19
kemudian hari
Perilaku
Tingkat Tingkatan
Tingkatan sikap:
pengetahuan dalam tindakan/praktik:
1. Menerima
domain kognitif: 1. Persepsi
(receiving)
1. Tahu (know) (perseption)
2. Merespon
2. Memahami 2. Respon
(responding)
(Comprehesio terpimpin
3. Menghargai
n) (guided
(valuing)
3. Aplikasi response)
4. Bertanggung
(aplication) 3. Mekanisme
jawab
4. Analisis (mecanism)
(responsible)
(analysis) 4. Adopsi
5. Sintesis (adoption)
(Bloom, 1956)
(synthesis)
6. Evaluasi (Bloom, 1956)
(evaluastion)
(Bloom, 1956)
Pencegahan Penularan COVID-19
Mahasiswa
Sumber:
(Bloom, 1956); (Notoatmodjo, 2007); (Saefi et al., 2020)
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak Diteliti
BAB II
2.
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil yang diperoleh dari proses penginderaan
terhadap suatu objek melalui panca indera manusia yaitu indera
pengelihatan, indera pendengaran, indera penciuman, indera perasa dan
indera peraba. Pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat menjadi dasar
untuk mengadopsi suatu perilaku. Apabila dasar pengetahuan sudah kuat
maka adopsi perilaku akan bersifat tahan lama. Pengetahuan memiliki 6
8
tingkatan, yaitu tahu, paham, pengaplikasian, analisis, sintesis dan
evaluasi (Notoatmodjo, 2007).
b. Sikap
Sikap merupakan sebuah respon tertutup terhadap suatu stimulus
atau dengan kata lain reaksi yang bersifat emosional yang berarti hanya
bisa memaknai suatu perilaku tertutup dan tidak bisa dilihat. Sikap yang
utuh terdiri dari 3 komponen yaitu kepercayaan, ide, dan konsep
terhadap suatu objek; kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu
objek; dan kecenderungan untuk bertindak. Pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi berperan penting untuk penentuan sikap yang
utuh. Sikap memiliki beberapa tingkatan yakni, menerima, merespon,
menghargai, dan bertanggung jawab (Notoatmodjo, 2007).
c. Tindakan/Praktik
Tindakan atau praktik merupakan sebuah perbuatan nyata yang
dilakukan untuk menwujudkan sikap. Terdapat beberapa faktor yang
memengarhi praktik yaitu fasilitas dan dukungan. Praktik memiliki 4
tingkatan diantaranya, persepsi, resons terpimpin, mekanisme, dan
adopsi (Notoatmodjo, 2007).
2.1.2. COVID-19
a. Pengertian dan Etiologi
Pada tahun 2019 muncul beberapa kasus pneumonia di negara
China yang disebabkan oleh suatu virus yaitu coronavirus. Virus ini
kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrom Coronavirus
2 (SARS-COV-2) (Daud, Syam, Arsin, & Hanafiah, 2020). WHO
memberi nama penyakit ini COVID-19. Pasien yang menderita penyakit
ini dapat menunjukan tanda pneumonia ringan hingga berat bahkan
beberapa kasus menunjukan tidak terdapat gejala (Subarram, Pakeer,
Sheeza, & Hemalatha, 2020).
b. Tanda dan Gejala
c. Diagnosis
(a) RT-PCR (Reverse Transcription - Polymerase Chain Reaction)
RT-PCR adalah tes diagnostik yang menggunakan nasal
swab, aspirasi trakea atau bronchoalveolar lavage (BAL)
(Pascarella et al., 2020). Penggunaan metode nasal swab lebih
sering dilakukan. Metode ini dilakukan dengan cara mengambil
sampel pada jaringan nasofaring dan orofaring (Pascarella et
al., 2020). Namun hasil nasal swab yang dilakukan pada orang
dengan masa awal infeksi bisa saja tidak akurat (Pascarella et
al., 2020). Metode aspirasi trakea dan bronchoalveolar lavage
(BAL) hanya diindikasikan pada pasien yang diintubasi karena
aerosol yang dihasilkan menimbulkan risiko besar bagi pasien
dan staf layanan kesehatan (Pascarella et al., 2020).
(b) Imunokromatografi tes (rapid tes)
Imunokromatografi tes adalah tes cepat yang dilakukan
dengan menerapkan setetes sampel pasien (darah utuh, serum,
atau plasma) dan buffer khusus pada stik imunokromatografi
(Oliveira et al., 2020). Dengan tarikan kapiler, analit yang
diinginkan (protein atau peptida SARS-CoV-2) berikatan
dengan antibodi spesifiknya di zona reaksi dan reaksi antigen-
antibodi akan dibuktikan dengan pembentukan pita berwarna
(koloid-emas warna merah atau selenium koloid dengan warna
biru) (Oliveira et al., 2020). Reaksi ini harus selalu berisi
kontrol uji (pita yang akan selalu muncul), bersama dengan
satu atau dua pita lainnya; satu pita ketika tes mendeteksi
antibodi total anti-SARS-CoV-2 dan dua pita ketika tes
membedakan antibodi IgM dan IgG (Oliveira et al., 2020). Tes
imunokromatografi adalah pilihan yang baik untuk
mendiagnosis sejumlah besar sampel karena cepat, mudah
dilakukan, menyajikan hasil sensitif, memungkinkan
identifikasi kasus yang mencurigakan, serta skrining dan
pemantauan perkembangan COVID-19 dalam populasi
(Oliveira et al., 2020).
(c) Tes laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap juga bisa dilakukan untuk
menetapkan diagnosis COVID-19. Pada pasien rawat inap yang
menderita pneumonia seringkali ditemukan hasil tes
laboratorium terdapat leukopenia, leukositosis, limfopenia,
peningkatan kadar alanine aminotransferase dan asparte
aminotransferase, trombositopenia, peningkatan kadar C-
reactiveprotein (CRP) dan peningkatan troponin (Pascarella et
al., 2020). Peningkatan penanda inflamasi dalam COVID-19
juga dapat dilihat dari peningkatan laktat dehidrogenase
(LDH), laju sedimentasi eritrosit (ESR), C-reactive protein
(CRP), aspartate aminotransferase (ASAT), troponin, ferritin,
creatine kinase (CK) dan D -dimer, dan peningkatan
prothrombin-time (Oliveira et al., 2020).
(d) Tes radiologi
Temuan CT khas pada individu dengan COVID-19 adalah
ground-glass opacities, terutama pada lobus perifer dan lobus
bawah, dan area konsolidasi multiplelobular dan subsegmental
bilateral, terutama pada pasien ICU (Adhikari et al., 2020).
Namun, pasien yang mengalami awal gejala selama 2 hari
masih menunjukan hasil CT-scan normal (Cai et al., 2020).
Penggunaan tes ultrasonografi juga dapat dilakukan meskipun
memiliki spesifitas yang rendah sekitar 75% (Pascarella et al.,
2020). Meskipun demikian, USG dapat berperan dalam
memantau perkembangan penyakit melalui deteksi fitur
penyakit paru interstisial, seperti garis B dan konsolidasi
subpleura (Pascarella et al., 2020).
d. Penularan
Menurut Daud et al., (2020)etode penularan virus SARS-CoV-2
pada umumnya dapat melalui hal-hal berikut ini
1. Air liur ataupun droplet yang keluar dari mulut seseorang ketika
bersin atau batuk
2. Kontak pribadi langsung dengan orang yang membawa virus
tersebut, misal berjabat tangan dengan orang yang membawa
virus lalu tanpa mencuci tangan memegang hidung
3. Kontak tidak langsung, yaitu ketika seseorang memegang barang
yang telah dipegang oleh orang yang membawa virus lalu tanpa
cuci tangan seseorang itu memegang hidung atau mulutnya.
4. Kontaminasi tinja, hal ini masih dalam penyelidikan tetapi ada
kemungkinan penularan terjadi karena kontaminasi tinja dan air
limbah.
e. Pencegahan
Agar virus tidak tersebar lebih luas lagi dibutuhkan tindakan
pencegahan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara
pengendalian infeksi standar dan pencegahan berbasis transmisi (Daud
et al., 2020).
1. Tindakan pengendalian infeksi standar
Salah satu elemen penting dari pencegahan infeksi standar
adalah cuci tangan. Cuci tangan menggunakan sabun dan hand-
rub berbasis alkohol dapat membantu meminimalkan transmisi
virus. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum
mencuci tangan agar kegiatan mencuci tangan efektif untuk
menghindari seseorang dari agen infeksius. Hal yang perlu
diperhatikan yaitu teknik yang tepat, alat yang digunakan, misal
sabun antiseptik, hand-sanitizer, atau hand-rub berbasis alkohol,
serta pakaian atau perhiasan yang digunakan di area tangan.
Teknik higiene saat bersin dan batuk juga dapat
meminimalisir penyebaran infeksi. Teknik yang dilakukan saat
bersin dan batuk harus tepat, dapat dilakukan dengan menutup
hidung dan mulut. Tisu bekas pakai harus langsung dibuang ke
tempat sampah dan harus mencuci tangan setelahnya.
Pencegahan penyakit infeksius juga dapat dicegah dengan
menggunakan alat pelindung diri. APD yang digunakan dapat
berupa masker dan pelindung wajah. Bagi tenaga kesehatan,
APD yang digunakan dapat berupa masker, pelindung wajah atau
mata, apron sekali pakai, sarung tangan sekali pakai, dan hazmat.
Di rumah sakit, manajemen linen dan binatu harus memiliki
sistem yang aman. Proses pembersihan linen harus harus
dilakukan dengan cara menghindari pajanan pada kulit dan
selaput lendir staf, pakaian mereka dan lingkungan sekitar. Linen
infeksius harus ditempatkan langsung ke ke dalam kantong larut
air/alginat yang aman, lalu kantong tersebut ditempatkan di
kantong plastik bening yang aman.
2. Tindakan pencegahan berbasis transmisi
Virus SARS-Cov-2 terdapat pada droplet yang berasal dari
saluran pernapasan penderita. Maka, pencegahan berbasis
perlindungan dari droplet harus dilakukan. Dalam pelayanan
kesehatan, durasi tindakan pencegahan berbasis penularan
berjalan cukup lama. Pasien dapat dipulangkan bahkan ketika
gejala belum sepenuhnya selesai. Namun, pasien harus tetap
melakukan isolasi mandiri di rumah
Di rumah sakit, lingkungan perlu diperhatikan untuk tetap
menjaga keamanan pasien. Bagi pasien penderita COVID-19
rumah sakit harus menyediakan ruangan isolasi tekanan negatif
atau kamar tunggal jika memungkinkan. Bila ruangan tersebut
tidak tersedia, rumah sakit bisa menggabungkan pasien yang
terkonfirmasi menderita COVID-19 dengan syarat antara pasien
dengan pasien yang lain tetap harus memiliki jarak minimal 1
meter dan tetap melakukan protokol kesehatan.
f. Pengobatan
(a) Agen antivirus
Pengobatan awal bagi penderita COVID-19 yaitu
dengan agen lopinavir (LPV). Dalam pelaksanaan nya,
pemberian LPV pada penderita COVID-19 dapat
meningkatkan kerja paru, tetapi tidak mengurangi replika virus
atau patologi paru yang parah. Lalu selanjutnya ada remdesvir,
pemberian remdesvir dapat meningkatkan fungsi paru dan
mengurangi viral load paru-paru dan patologi paru-paru yang
parah.
(b) Chloroquine dan Hydroxychloroquine
Chloroquine adalah obat anti malaria dan autoimun
yang banyak digunakan dan telah dilaporkan sebagai obat
antivirus spektrum luas yang potensial. Chloroquine efektif
dalam pengurangan eksaserbasi pneumonia, dan memengaruhi
durasi gejala dan penundaan pembersihan virus. Chloroquine
dan hydroxychloroquine memiliki efek immunomodulator dan
dapat menekan respon imun. Penggunaan chloroquine harus
mempertimbangkan kondisi pasien, usia pasien, dan keparahan
penyakit.
(c) Kortikosteroid
Penggunaan kortikosteroid dalam pengobatan penderita
COVID-19 tidak direkomendasikan terkecuali ada indikasi lain
yang mengharuskan pemberian kortikosteroid. Pemberian
kortikosteroid akan membuat pasien membutuhkan ventilasi
mekanik, vasopresor, dan terapi ginjal.
COVID-19 tinggi pada katogeri baik sebanyak 51,35% mahasiswa, pada kategori
cukup sebanyak 31,98% mahasiswa dan pada kategori kurang sebanyak 16.67%
termasuk kedalam kategori baik, 36,03% termasuk ke dalam kategori cukup dan
8,4% mahasiswa termasuk ke dalam kategori kurang baik. Aspek sikap pada
sikap positif dan 5.6% mahasiswa termasuk ke dalam kategori sikap negatif.
termasuk kedalam kategori kurang. Hasil penelitian Sari et al. (2020) menunjukan
dan 21% mahasiswa termasuk kedalam kategori cukup. Dalam penelitian Saputra
& Simbolon (2020), pengetahuan mahasiswa kesehatan dan non kesehatan terbagi
menjadi 4 kategori yaitu sangat baik, baik, cukup dan kurang. Sebanyak 25,75%
3.
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
17
Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Penelitian Operasional
pencegahan oleh beberapa terdiri dari 18
penularan faktor dalam pertanyaan
COVID-19 pencegahan mengenai
penularan domain
COVID-19 pengetahuan, 6
pertanyaan
mengenai
domain sikap
dan 12
pertanyaan
mengenai
domain tindakan
yang dimiliki
oleh mahasiswa
keperawatan
Universitas
Padjadjaran
Sub Variabel
Pengetahuan Hal yang Menggunakan Hasil ukur Ordinal
Mahasiswa diketahui kuesioner yang dibagi menjadi 2
Keperawatan mahasiswa berisi 18 kategori
mengenai mengenai pertanyaan berdasarkan
COVID-19 COVID-19 tentang nilai median,
pengetahuan yaitu:
mengenai 1. Baik
COVID-19 2. Buruk
meliputi etiologi, 1.
gejala, kelompok
rentan,
penularan dan
pencegahan
dengan metode
multiple choice
dengan setiap
item bernilai:
Benar = 1
Salah = 0
Sikap Ketertarikan, Menggunakan Hasil ukur Ordinal
Mahasiswa respon atau nilai kuesioner yang dibagi menjadi 2
Keperawatan dari mahasiswa berisi 6 kategori
Terhadap terhadap adanya pertanyaan berdasarkan
COVID-19 pandemi mengenai nilai median,
COVID-19 COVID-19 yaitu:
meliputi 1. Baik
penerimaan 2. Buruk
informasi,
interaksi sosial
dan motivasi diri
dengan metode
multiple choice
dengan setiap
item bernilai:
Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Penelitian Operasional
Setuju = 3
Tidak yakin = 2
Tidak setuju = 1
Tindakan Keterampilan Menggunakan Hasil ukur Ordinal
Mahasiswa motorik kuesioner yang dibagi menjadi 2
Keperawatan mahasiswa berisi 6 kategori
dalam dalam pertanyaan berdasarkan
Pencegahan menghadapi mengenai nilai median,
COVID-19 pandemi COVID-19 yaitu:
COVID-19 meliputi 1. Baik
kepatuhan, 2. Buruk
upaya
pencegahan dan
perilaku hidup
bersih dan sehat
dengan metode
multiple choice
dengan setiap
item bernilai:
Selalu = 3
Kadang-kadang
=2
Tidak pernah = 1
seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan
hanya subjek atau objek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat
yang dimiliki subjek atau objek tersebut , atau kumpulan orang, individu, atau
objek yang akan diteliti sifat-sifat atau karakteristiknya. Populasi dari penelitian
penelitian ini yaitu mahasiswa aktif program sarjana jurusan ilmu keperawatan di
2020. Maka dari itu, teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
populasi, kemudian menentukan strata atau lapisan dari jenis karakteristik unit-
unit tersebut (Notoatmodjo, 2018). Besar sampel yang akan diambil ditentukan
perhitungan:
N
n= 2
1+ N ( e)
836
n= 2
=271
1+836 (5 %)
Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran Populasi
e = Tingkat kesalahan
penelitian ini sebanyak 271 responden. Supaya sampel yang diambil dapat
mewakili setiap kelompok yang ada pada populasi, maka diperlukan suatu rumus
Setelah dihitung maka rincian sampel tiap angkatan adalah sebagai berikut:
239
2017 x= × 271=77,4 77 responden
836
244
2018 x= ×271=79,0 79 responden
836
163
2019 x= × 271=52,8 53 responden
836
190
2020 x= × 271=61,5 62 responden
836
271 respond
Total
en
a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-
benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2018). Validitas
memiliki 2 prinsip yaitu prinsip relevan isi yang merupakan kesesuaian
isi instrumen dengan tujuan penelitian (tujuan khusus) agar dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur dan prinsip relevan sasaran
subjek dan cara pengukuran yang merupakan gambaran yang didapat
dari sebuah instrumen mengenai perbedaan subjek penelitian (Nursalam,
2016).
Butir asli kuisioner dihasilkan dari hasil literature review sesuai
penelitian sebelumnya terhadap COVID-19, dan MERS-SARS, serta
penjelasan tentang COVID-19 diinformasikan di situs web WHO (Saefi
et al., 2020). Setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan
menerapkan teknik gabungan, kuesioner dikirim ke tiga dokter spesialis
penyakit menular di RS Muhammadiyah untuk mendapatkan pendapat
mereka tentang kesederhanaan, relevansi, kejelasan, dan komprehensif.
Kuesioner ini telah divalidasi ulang menggunakan pengukuran model
Rasch, hasil menunjukkan bahwa angket memiliki reliabilitas dan
validitas yang dapat diterima, dengan Real item reliability (Real RMSE)
0,97 untuk skala sikap, 0,98 untuk skala pengetahuan, dan 0,99 untuk
skala praktik.
b. Uji Reliabilitas
PENGANTAR KUISIONER
32
Lampiran 2 : Kuisioner A
KUISIONER A