Anda di halaman 1dari 41

GAMBARAN PERILAKU MAHASISWA DALAM

PENCEGAHAN PENULARAN COVID-19

Oleh:
NINDY SOFIANI RAHAYU
NPM: 220110170113

PROPOSAL PENELITIAN/SKRIPSI Hapus Yang Salah


Diajukan Untuk memenuhi salah satu syarat ujian
Guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
Program Pendidikan Keperawatan Fakultas Keperawatan

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
Tahun 2020
LEMBAR PENGESAHAN

GAMBARAN PERILAKU MAHASISWA DALAM


PENCEGAHAN PENULARAN COVID-19

Oleh: NINDY SOFIANI RAHAYU

NPM: 220110170113

USULAN PENELITIAN/SKRIPSI
Untuk memenuhi salah satu syarat ujian
Guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
Program Pendidikan Sarjana Fakultas Keperawatan ini
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing pada tanggal
Seperti tertera di bawah ini
Bandung, …..Bulan dan Tahun

NAMA DAN GELAR NAMA DAN GELAR

Ketua Tim Pembimbing Anggota Tim Pembimbing

i
KATA PENGANTAR

[HAPUS DAN MULAI KETIK DISINI]

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................vi
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................vii
BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Latar Belakang Penelitian...................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................1
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................2
1.4. Manfaat Penelitian..............................................................................2
BAB II : STUDI LITERATUR................................................................................4
2.1. Kajian Pustaka....................................................................................4
2.2. Kerangka Pemikiran.........................................................................20
2.3. Hipotesis...........................................................................................22
BAB III : METODE PENELITIAN......................................................................23
3.1. Metode Penelitian.............................................................................23
3.2. Subjek Data.......................................................................................23
3.3. Data, Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data.........................25
3.4. Lokasi Riset......................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
DAFTAR TABEL

[KLIK REFERENCES + INSERT TABLE OF FIGURES + TABEL]

Tabel 3.1. Definisi Operasional...............................................................................4

iv
DAFTAR GAMBAR

[KLIK REFERENCES + INSERT TABLE OF FIGURES + GAMBAR]

v
DAFTAR LAMPIRAN

[KLIK REFERENCES + INSERT TABLE OF FIGURES + LAMPIRAN]


Lampiran 1 : Pengantar Kuisioner...........................................................................8
Lampiran 2 : Kuisioner A........................................................................................9
DAFTAR SINGKATAN

vii
BAB I

BAB I : PENDAHULUAN

1.

1.1. Latar Belakang Penelitian

Saat ini dunia sedang dilanda penyakit menular baru yaitu penyakit COVID-
19. Tercatat pada tanggal 22 Oktober 2020 terdapat 40.890.712 kasus yang terjadi
di seluruh dunia dengan angka kematian 1.126.351 jiwa dan 235 negara, area dan
teritori yang terdampak wabah (WHO, 2020). Di Indonesia tercatat pada tanggal
22 Oktober 2020 terdapat 377.541 kasus dengan 63.576 kasus aktif, 301.006 jiwa
sembuh dan 12.959 jiwa meninggal (Satgas Penanganan COVID-19, 2020).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi situasi
pandemi mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), menerapkan
sistem lockdown pada daerah tertentu, membuat website khusus sebagai rujukan
informasi utama, penerapan protokol kesehatan dan lain lain. Salah satu upaya
Kemenentrian Kesehatan RI dalam menanggulangi pandemi COVID-19 yaitu
dengan adanya program Tele Sehat yang bertujuan untuk membantu masyarakat
dalam menjaga kesehatan selama pandemi, melakukan pencegahan penularan
penyakit COVID-19, dan penanggulangan dampak penyakit COVID-19
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Kemenkes RI juga
menerbitkan flyer yang dapat disebarkan pada masyarakat melalui berbagai
media, contoh flyer yang diterbitkan seperti cara menggunakan masker, cara
mencuci tangan, pencegahan penularan, penerapan protokol kesehatan dan lain-
lain (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Menjaga kondisi agar tetap sehat atau melakukan usaha untuk penyembuhan
bila sakit merupakan salah satu teori perilaku kesehatan yaitu perilaku
pemeliharaan kesehatan (Health maintenance) (Notoatmodjo, 2007). Perilaku
seseorang terbagi ke dalam 3 domain yaitu, domain kognitif, domain afektif dan
domain psikomotor. Domain kognitif meliputi pengetahuan tentang
perkembangan dan keterampilan intelektual. Domain afektif meliputi perubahan

1
minat, sikap, nilai, pengembangan apresiasi dan penyesuaian. Domain psikomotor
meliputi keterampilan motorik seperti persepsi dan respon (Bloom, 1956). Bagi
mahasiswa keperawatan, perilaku hidup bersih dan sehat harus diterapkan sejak
dini karena perawat harus benar benar menjaga kebersihan agar tidak
membahayakan pasien dan diri sendiri. Dalam penelitian Tem et al. (2019), 5 dari
202 mahasiswa jurusan keperawatan dan kebidanan di Kamboja belum pernah
mendapatkan pelatihan kebersihan tangan. Dalam penelitian Kingston (2018)
yang dilakukan di Irlandia, 7% (n=15) mahasiswa keperawatan menyatakan
bahwa tidak praktis untuk mengikuti prosedur kebersihan tangan yang
direkomendasikan dan 13 % mahasawa keperawatan menyatakan bahwa mereka
tidak memiliki waktu untuk mengikuti perkembangan prosedur kebersihan tangan.
Dalam penelitian Ulfa, Mikdar, & Raya (2020), perilaku kesehatan
mahasiswa FKIP Universitas Palangkaraya cenderung menjadi over protektif
setelah adanya pandemi COVID-19. Sebagian mahasiswa menjadi mudah curiga
bila ada orang yang menunjukan gejala seperti batuk bersin dan terlihat sakit.
Sebagian lainnya mencari fasilitas pengobatan ketika sakit dan segera ke dokter
ketika merasa kurang sehat. Gaya hidup mahasiswa pun berubah, untuk menjaga
dan meningkatkan imunitas tubuh mahasiswa menerapkan pola hidup sehat
seperti menggunakan makser, selalu mencuci tangan, olah raga, minum jamu atau
ramuan herbal, dan berjemur. Namun, pola makan mahasiswa menjadi berkurang
karena berkurangnya uang jajan dan pendapatan.
Dalam penelitian Yuyan et al. (2020), 16 dari 474 mahasiswa keperawatan
di Zhengzhou, China masih memiliki pengetahuan yang rendah dan
kesalahpahaman terkait COVID-19, juga untuk aspek perilaku, 210 dari 474
mahasiswa tidak patuh untuk memakai alat pelindung dan tidak mematuhi
pedoman perlindungan. Sebagian kecil responden dalam penelitian Gohel et al.
(2020) yang dilakukan di India yaitu 11,57% mahasiswa medikal kompleks tidak
tahu apakah penyakit COVID-19 itu menular atau tidak, lebih dari setengah
partisipan masih belum sadar akan asal COVID-19, 3,36% pastisipan masih
belum mengetahui gejala dari penyakit COVID-19, dan hampir setengah dari
partisipan tidak mengetahui cara transmisi virus COVID-19.
Kondisi pandemi membuat masyarakat mau tidak mau harus menjaga
kesehatannya agar tidak gampang terkena penyakit. Dalam upaya menjaga dan
meningkatkan imunitas diperlukan pola hidup yang sehat seperti menerapkan pola
diet sehat dan olahraga secara teratur. Dalam penelitian Duong et al. (2020) yang
dilakukan di Vietnam, 42,8% mahasiswa mengalami perubahan diet menjadi lebih
sehat setelah masa pandemi, yang berarti 57,2 % lainnya masih mempunyai
perilaku diet yang tidak sehat. Mahasiswa tingkat pertama, mahasiswa dengan
obesitas dan overweight, perokok, dan mahasiswa yang berada pada tahap pra
kontemplasi memiliki waktu duduk yang tidak berubah selama sebelum dan
sesudah pandemi, yang menunjukan bahwa kurangnya aktifitas fisik (Romero-
blanco et al., 2020). Hal ini menunjukan bahwa kurangnya upaya dalam menjaga
dan meningkatkan imunitas tubuh.
Perawat berperan penting dalam upaya promosi dan preventif. Maka dari
itu, mahasiswa jurusan ilmu keperawatan harus mengetahui dan melakukan
pencegahan COVID-19 sebelum melakukan upaya promosi dan preventif agar
informasi yang diberikan pada pasien tersampaikan dengan baik. Mahasiswa
keperawatan juga harus menjadi role-model untuk masyarakat dalam melakukan
perilaku sehat agar dapat menjaga kondisi kesehatan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, teridentifikasi masalah sebagai berikut:

1.2.1. Masih terdapat mahasiswa yang memiliki pengetahuan rendah mengenai

COVID-19.

1.2.2. Masih terdapat mahasiswa yang tidak mengubah perilaku dalam upaya

pencegahan COVID-19
Rumusan masalah pada penelitian ini berdasarkan pernyataan masalah

tersebut adalah “Bagaimana perilaku mahasiswa Fakultas Keperawatan Unpad

dalam mencegah penularan COVID-19?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui perilaku yang dilakukan

Mahasiswa Fakultas Keperawatan Unpad dalam mencegah penularan COVID-19.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Mengidentifikasi pengetahuan Mahasiswa Fakultas Keperawatan Unpad

mengenai penyakit COVID-19

b. Mengidentifikasi sikap Mahasiswa Fakultas Keperawatan Unpad dalam

mengahadapi situasi pandemi COVID-19

c. Mengidentifikasi praktik yang dilakukan Mahasiswa Fakultas

Keperawatan dalam mencegah penularan COVID-19

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis Bagi Keperawatan

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk memperkuat dan

menegaskan pada setiap individu mengenai pencegahan yang dapat dilakukan

untuk menurunkan angka kejadian infeksi COVID-19 dan juga menjadi referensi
baru yang kemudian dapat dijadikan acuan untuk penelitian terkait pencegahan

COVID-19

1.4.2. Manfaat Praktis Bagi Keperawatan

(1) Untuk meningkatkan upaya promotif dan preventif terkait

penyakit COVID-19

(2) Untuk mengembangkan penelitian yang akan dilakukan di

kemudian hari

(3) Sebagai acuan bagi perawat untuk melakukan tindakan promosi

dan preventif terkait penyakit COVID-19


1.5. Kerangka Konsep/Kerangka Pemikiran

Faktor yang memengaruhi perilaku:


1. Internal: karakteristik individu
yang bersifat bawaan
2. Eksternal: lingkungan
(Notoatmodjo, 2007)

Perilaku

Kognitif Afektif Psikomotor

Tingkat Tingkatan
Tingkatan sikap:
pengetahuan dalam tindakan/praktik:
1. Menerima
domain kognitif: 1. Persepsi
(receiving)
1. Tahu (know) (perseption)
2. Merespon
2. Memahami 2. Respon
(responding)
(Comprehesio terpimpin
3. Menghargai
n) (guided
(valuing)
3. Aplikasi response)
4. Bertanggung
(aplication) 3. Mekanisme
jawab
4. Analisis (mecanism)
(responsible)
(analysis) 4. Adopsi
5. Sintesis (adoption)
(Bloom, 1956)
(synthesis)
6. Evaluasi (Bloom, 1956)
(evaluastion)

(Bloom, 1956)
Pencegahan Penularan COVID-19

Mahasiswa

Faktor yang memengaruhi perilaku:


1. Internal: karakteristik individu
yang bersifat bawaan Perilaku
2. Eksternal: lingkungan
(Notoatmodjo, 2007)

Pengetahuan Sikap Tindakan/Praktik

1. Baik 5. Baik 3. Baik


2. Kurang 6. Kurang 4. Kurang

Sumber:
(Bloom, 1956); (Notoatmodjo, 2007); (Saefi et al., 2020)
Keterangan:
: Diteliti

: Tidak Diteliti
BAB II

BAB II : STUDI LITERATUR

2.

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Konsep Perilaku


Perilaku merupakan suatu bentuk respons yang muncul akibat dari
rangsangan yang diterima. Perilaku adalah keutuhan dari pendalaman
aktivitas seseorang yang merupakan hasil dari berbagai faktor, baik faktor
internal maupun eksternal. Faktor internal merupakan faktor bawaan
seperti jenis kelamin dan tingkat kecerdasan, sedangkan faktor eksternal
adalah faktor yang lebih dominan memengaruhi perilaku seseorang seperti
lingkungan, baik fisik, budaya, ekonomi, sosial, politik dan ekonomi
(Notoatmodjo, 2007).
Perilaku seseorang terbagi ke dalam 3 domain yaitu, domain
kognitif, domain afektif dan domain psikomotor. Domain kognitif meliputi
pengetahuan tentang perkembangan dan keterampilan intelektual. Domain
afektif meliputi perubahan minat, sikap, nilai, pengembangan apresiasi dan
penyesuaian. Domain psikomotor meliputi keterampilan motorik seperti
persepsi dan respon (Bloom, 1956). Teori perilaku ini mengalami
perbaharuan selama perkembangannya untuk pengukuran hasil pendidikan
kesehatan, yakni:

a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil yang diperoleh dari proses penginderaan
terhadap suatu objek melalui panca indera manusia yaitu indera
pengelihatan, indera pendengaran, indera penciuman, indera perasa dan
indera peraba. Pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat menjadi dasar
untuk mengadopsi suatu perilaku. Apabila dasar pengetahuan sudah kuat
maka adopsi perilaku akan bersifat tahan lama. Pengetahuan memiliki 6

8
tingkatan, yaitu tahu, paham, pengaplikasian, analisis, sintesis dan
evaluasi (Notoatmodjo, 2007).

b. Sikap
Sikap merupakan sebuah respon tertutup terhadap suatu stimulus
atau dengan kata lain reaksi yang bersifat emosional yang berarti hanya
bisa memaknai suatu perilaku tertutup dan tidak bisa dilihat. Sikap yang
utuh terdiri dari 3 komponen yaitu kepercayaan, ide, dan konsep
terhadap suatu objek; kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu
objek; dan kecenderungan untuk bertindak. Pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi berperan penting untuk penentuan sikap yang
utuh. Sikap memiliki beberapa tingkatan yakni, menerima, merespon,
menghargai, dan bertanggung jawab (Notoatmodjo, 2007).

c. Tindakan/Praktik
Tindakan atau praktik merupakan sebuah perbuatan nyata yang
dilakukan untuk menwujudkan sikap. Terdapat beberapa faktor yang
memengarhi praktik yaitu fasilitas dan dukungan. Praktik memiliki 4
tingkatan diantaranya, persepsi, resons terpimpin, mekanisme, dan
adopsi (Notoatmodjo, 2007).
2.1.2. COVID-19
a. Pengertian dan Etiologi
Pada tahun 2019 muncul beberapa kasus pneumonia di negara
China yang disebabkan oleh suatu virus yaitu coronavirus. Virus ini
kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrom Coronavirus
2 (SARS-COV-2) (Daud, Syam, Arsin, & Hanafiah, 2020). WHO
memberi nama penyakit ini COVID-19. Pasien yang menderita penyakit
ini dapat menunjukan tanda pneumonia ringan hingga berat bahkan
beberapa kasus menunjukan tidak terdapat gejala (Subarram, Pakeer,
Sheeza, & Hemalatha, 2020).
b. Tanda dan Gejala
c. Diagnosis
(a) RT-PCR (Reverse Transcription - Polymerase Chain Reaction)
RT-PCR adalah tes diagnostik yang menggunakan nasal
swab, aspirasi trakea atau bronchoalveolar lavage (BAL)
(Pascarella et al., 2020). Penggunaan metode nasal swab lebih
sering dilakukan. Metode ini dilakukan dengan cara mengambil
sampel pada jaringan nasofaring dan orofaring (Pascarella et
al., 2020). Namun hasil nasal swab yang dilakukan pada orang
dengan masa awal infeksi bisa saja tidak akurat (Pascarella et
al., 2020). Metode aspirasi trakea dan bronchoalveolar lavage
(BAL) hanya diindikasikan pada pasien yang diintubasi karena
aerosol yang dihasilkan menimbulkan risiko besar bagi pasien
dan staf layanan kesehatan (Pascarella et al., 2020).
(b) Imunokromatografi tes (rapid tes)
Imunokromatografi tes adalah tes cepat yang dilakukan
dengan menerapkan setetes sampel pasien (darah utuh, serum,
atau plasma) dan buffer khusus pada stik imunokromatografi
(Oliveira et al., 2020). Dengan tarikan kapiler, analit yang
diinginkan (protein atau peptida SARS-CoV-2) berikatan
dengan antibodi spesifiknya di zona reaksi dan reaksi antigen-
antibodi akan dibuktikan dengan pembentukan pita berwarna
(koloid-emas warna merah atau selenium koloid dengan warna
biru) (Oliveira et al., 2020). Reaksi ini harus selalu berisi
kontrol uji (pita yang akan selalu muncul), bersama dengan
satu atau dua pita lainnya; satu pita ketika tes mendeteksi
antibodi total anti-SARS-CoV-2 dan dua pita ketika tes
membedakan antibodi IgM dan IgG (Oliveira et al., 2020). Tes
imunokromatografi adalah pilihan yang baik untuk
mendiagnosis sejumlah besar sampel karena cepat, mudah
dilakukan, menyajikan hasil sensitif, memungkinkan
identifikasi kasus yang mencurigakan, serta skrining dan
pemantauan perkembangan COVID-19 dalam populasi
(Oliveira et al., 2020).
(c) Tes laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap juga bisa dilakukan untuk
menetapkan diagnosis COVID-19. Pada pasien rawat inap yang
menderita pneumonia seringkali ditemukan hasil tes
laboratorium terdapat leukopenia, leukositosis, limfopenia,
peningkatan kadar alanine aminotransferase dan asparte
aminotransferase, trombositopenia, peningkatan kadar C-
reactiveprotein (CRP) dan peningkatan troponin (Pascarella et
al., 2020). Peningkatan penanda inflamasi dalam COVID-19
juga dapat dilihat dari peningkatan laktat dehidrogenase
(LDH), laju sedimentasi eritrosit (ESR), C-reactive protein
(CRP), aspartate aminotransferase (ASAT), troponin, ferritin,
creatine kinase (CK) dan D -dimer, dan peningkatan
prothrombin-time (Oliveira et al., 2020).
(d) Tes radiologi
Temuan CT khas pada individu dengan COVID-19 adalah
ground-glass opacities, terutama pada lobus perifer dan lobus
bawah, dan area konsolidasi multiplelobular dan subsegmental
bilateral, terutama pada pasien ICU (Adhikari et al., 2020).
Namun, pasien yang mengalami awal gejala selama 2 hari
masih menunjukan hasil CT-scan normal (Cai et al., 2020).
Penggunaan tes ultrasonografi juga dapat dilakukan meskipun
memiliki spesifitas yang rendah sekitar 75% (Pascarella et al.,
2020). Meskipun demikian, USG dapat berperan dalam
memantau perkembangan penyakit melalui deteksi fitur
penyakit paru interstisial, seperti garis B dan konsolidasi
subpleura (Pascarella et al., 2020).

d. Penularan
Menurut Daud et al., (2020)etode penularan virus SARS-CoV-2
pada umumnya dapat melalui hal-hal berikut ini
1. Air liur ataupun droplet yang keluar dari mulut seseorang ketika
bersin atau batuk
2. Kontak pribadi langsung dengan orang yang membawa virus
tersebut, misal berjabat tangan dengan orang yang membawa
virus lalu tanpa mencuci tangan memegang hidung
3. Kontak tidak langsung, yaitu ketika seseorang memegang barang
yang telah dipegang oleh orang yang membawa virus lalu tanpa
cuci tangan seseorang itu memegang hidung atau mulutnya.
4. Kontaminasi tinja, hal ini masih dalam penyelidikan tetapi ada
kemungkinan penularan terjadi karena kontaminasi tinja dan air
limbah.

e. Pencegahan
Agar virus tidak tersebar lebih luas lagi dibutuhkan tindakan
pencegahan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan cara
pengendalian infeksi standar dan pencegahan berbasis transmisi (Daud
et al., 2020).
1. Tindakan pengendalian infeksi standar
Salah satu elemen penting dari pencegahan infeksi standar
adalah cuci tangan. Cuci tangan menggunakan sabun dan hand-
rub berbasis alkohol dapat membantu meminimalkan transmisi
virus. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum
mencuci tangan agar kegiatan mencuci tangan efektif untuk
menghindari seseorang dari agen infeksius. Hal yang perlu
diperhatikan yaitu teknik yang tepat, alat yang digunakan, misal
sabun antiseptik, hand-sanitizer, atau hand-rub berbasis alkohol,
serta pakaian atau perhiasan yang digunakan di area tangan.
Teknik higiene saat bersin dan batuk juga dapat
meminimalisir penyebaran infeksi. Teknik yang dilakukan saat
bersin dan batuk harus tepat, dapat dilakukan dengan menutup
hidung dan mulut. Tisu bekas pakai harus langsung dibuang ke
tempat sampah dan harus mencuci tangan setelahnya.
Pencegahan penyakit infeksius juga dapat dicegah dengan
menggunakan alat pelindung diri. APD yang digunakan dapat
berupa masker dan pelindung wajah. Bagi tenaga kesehatan,
APD yang digunakan dapat berupa masker, pelindung wajah atau
mata, apron sekali pakai, sarung tangan sekali pakai, dan hazmat.
Di rumah sakit, manajemen linen dan binatu harus memiliki
sistem yang aman. Proses pembersihan linen harus harus
dilakukan dengan cara menghindari pajanan pada kulit dan
selaput lendir staf, pakaian mereka dan lingkungan sekitar. Linen
infeksius harus ditempatkan langsung ke ke dalam kantong larut
air/alginat yang aman, lalu kantong tersebut ditempatkan di
kantong plastik bening yang aman.
2. Tindakan pencegahan berbasis transmisi
Virus SARS-Cov-2 terdapat pada droplet yang berasal dari
saluran pernapasan penderita. Maka, pencegahan berbasis
perlindungan dari droplet harus dilakukan. Dalam pelayanan
kesehatan, durasi tindakan pencegahan berbasis penularan
berjalan cukup lama. Pasien dapat dipulangkan bahkan ketika
gejala belum sepenuhnya selesai. Namun, pasien harus tetap
melakukan isolasi mandiri di rumah
Di rumah sakit, lingkungan perlu diperhatikan untuk tetap
menjaga keamanan pasien. Bagi pasien penderita COVID-19
rumah sakit harus menyediakan ruangan isolasi tekanan negatif
atau kamar tunggal jika memungkinkan. Bila ruangan tersebut
tidak tersedia, rumah sakit bisa menggabungkan pasien yang
terkonfirmasi menderita COVID-19 dengan syarat antara pasien
dengan pasien yang lain tetap harus memiliki jarak minimal 1
meter dan tetap melakukan protokol kesehatan.
f. Pengobatan
(a) Agen antivirus
Pengobatan awal bagi penderita COVID-19 yaitu
dengan agen lopinavir (LPV). Dalam pelaksanaan nya,
pemberian LPV pada penderita COVID-19 dapat
meningkatkan kerja paru, tetapi tidak mengurangi replika virus
atau patologi paru yang parah. Lalu selanjutnya ada remdesvir,
pemberian remdesvir dapat meningkatkan fungsi paru dan
mengurangi viral load paru-paru dan patologi paru-paru yang
parah.
(b) Chloroquine dan Hydroxychloroquine
Chloroquine adalah obat anti malaria dan autoimun
yang banyak digunakan dan telah dilaporkan sebagai obat
antivirus spektrum luas yang potensial. Chloroquine efektif
dalam pengurangan eksaserbasi pneumonia, dan memengaruhi
durasi gejala dan penundaan pembersihan virus. Chloroquine
dan hydroxychloroquine memiliki efek immunomodulator dan
dapat menekan respon imun. Penggunaan chloroquine harus
mempertimbangkan kondisi pasien, usia pasien, dan keparahan
penyakit.
(c) Kortikosteroid
Penggunaan kortikosteroid dalam pengobatan penderita
COVID-19 tidak direkomendasikan terkecuali ada indikasi lain
yang mengharuskan pemberian kortikosteroid. Pemberian
kortikosteroid akan membuat pasien membutuhkan ventilasi
mekanik, vasopresor, dan terapi ginjal.

2.2. Penelitian Terkait


Terdapat beberapa penelitian dengan topik pencegahan COVID-19 pada

mahasiswa. Variabel yang digunakan pada penelitian tersebut meliputi


pengetahuan, sikap dan perilaku. Selain itu terdapat variabel lain seperti

kepatuhan dalam menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker

dan physical distancing.Penelitian tersebut dilakukan baik pada mahasiswa

kesehatan maupun mahasiswa non-kesehatan.

Dalam penelitian Usman, Budi, dan Sari (2020), hasil penelitian

menunjukan bahwa pengetahuan mahasiswa kesehatan mengenai pencegahan

COVID-19 tinggi pada katogeri baik sebanyak 51,35% mahasiswa, pada kategori

cukup sebanyak 31,98% mahasiswa dan pada kategori kurang sebanyak 16.67%

mahasiswa. Sikap mahasiswa pada penelitian ini menjukan bahwa 46,39%

termasuk kedalam kategori baik, 36,03% termasuk ke dalam kategori cukup dan

17,56% termasuk kedalam kategori kurang. Dalam penelitian Hamzah (2020),

pengetahuan sejumlah 91,6% mahasiswa termasuk kedalam kategori baik dan

8,4% mahasiswa termasuk ke dalam kategori kurang baik. Aspek sikap pada

penelitian ini menunjukan bahwa 94.4% mahasiswa termasuk kedalam kategori

sikap positif dan 5.6% mahasiswa termasuk ke dalam kategori sikap negatif.

Dalam penelitian Winarti dan Hartati (2020), pengetahuan 56,4%

mahasiswa keperawatan termasuk ke dalam kategori baik dan 43,6% mahasiswa

termasuk kedalam kategori kurang. Hasil penelitian Sari et al. (2020) menunjukan

bahwa pengetahuan 79% mahasiswa keperawatan termasuk kedalam kategori baik

dan 21% mahasiswa termasuk kedalam kategori cukup. Dalam penelitian Saputra

& Simbolon (2020), pengetahuan mahasiswa kesehatan dan non kesehatan terbagi

menjadi 4 kategori yaitu sangat baik, baik, cukup dan kurang. Sebanyak 25,75%

mahasiswa termasuk ke dalam kategori sangat baik, 33,33% mahasiswa termasuk


ke dalam kategori baik, 24,24% mahasiswa termasuk kedalam kategori cukup dan

16.66 mahasiswa termasuk kedalam kategori kurang.


BAB III

BAB III : METODE PENELITIAN

3.

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kuantitatif.


Rancangan penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk mendeskripsikan
ataupun memaparkan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini
(Nursalam, 2016). Menurut Nursalam (2016), rancangan penelitian terbagi
menjadi 2 jenis yaitu rancangan penelitian studi kasus dan rancangan penelitian
survei. Penelitian ini termasuk ke dalam rancangan penelitian survei karena
bersifat mengumpulkan informasi dari perilaku seseorang.

3.2. Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Indra &

Cahyaningrum, 2019). Variabel dalam penelitian ini yaitu perilaku mahasiswa

keperawatan Universitas Padjadjaran dalam pencegahan COVID-19.

3.3. Definisi Operasional


Untuk dapat melihat secara jelas definisi operasional dari penelitian ini
dapat terlihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Penelitian Operasional
Perilaku Aktivitas Menggunakan Ordinal
mahasiwa Mahasiswa kuesioner yang
keperawatan Keperawatan berisi 36
dalam yang dipengaruhi pertanyaan yang

17
Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Penelitian Operasional
pencegahan oleh beberapa terdiri dari 18
penularan faktor dalam pertanyaan
COVID-19 pencegahan mengenai
penularan domain
COVID-19 pengetahuan, 6
pertanyaan
mengenai
domain sikap
dan 12
pertanyaan
mengenai
domain tindakan
yang dimiliki
oleh mahasiswa
keperawatan
Universitas
Padjadjaran
Sub Variabel
Pengetahuan Hal yang Menggunakan Hasil ukur Ordinal
Mahasiswa diketahui kuesioner yang dibagi menjadi 2
Keperawatan mahasiswa berisi 18 kategori
mengenai mengenai pertanyaan berdasarkan
COVID-19 COVID-19 tentang nilai median,
pengetahuan yaitu:
mengenai 1. Baik
COVID-19 2. Buruk
meliputi etiologi, 1.
gejala, kelompok
rentan,
penularan dan
pencegahan
dengan metode
multiple choice
dengan setiap
item bernilai:
Benar = 1
Salah = 0
Sikap Ketertarikan, Menggunakan Hasil ukur Ordinal
Mahasiswa respon atau nilai kuesioner yang dibagi menjadi 2
Keperawatan dari mahasiswa berisi 6 kategori
Terhadap terhadap adanya pertanyaan berdasarkan
COVID-19 pandemi mengenai nilai median,
COVID-19 COVID-19 yaitu:
meliputi 1. Baik
penerimaan 2. Buruk
informasi,
interaksi sosial
dan motivasi diri
dengan metode
multiple choice
dengan setiap
item bernilai:
Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Penelitian Operasional
Setuju = 3
Tidak yakin = 2
Tidak setuju = 1
Tindakan Keterampilan Menggunakan Hasil ukur Ordinal
Mahasiswa motorik kuesioner yang dibagi menjadi 2
Keperawatan mahasiswa berisi 6 kategori
dalam dalam pertanyaan berdasarkan
Pencegahan menghadapi mengenai nilai median,
COVID-19 pandemi COVID-19 yaitu:
COVID-19 meliputi 1. Baik
kepatuhan, 2. Buruk
upaya
pencegahan dan
perilaku hidup
bersih dan sehat
dengan metode
multiple choice
dengan setiap
item bernilai:
Selalu = 3
Kadang-kadang
=2
Tidak pernah = 1

3.4. Populasi dan Sampel


3.4.1. Populasi
Menurut Sugiyono (2009) dalam Hidayat (2017), populasi merupakan

seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan

hanya subjek atau objek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat

yang dimiliki subjek atau objek tersebut , atau kumpulan orang, individu, atau

objek yang akan diteliti sifat-sifat atau karakteristiknya. Populasi dari penelitian

ini adalah mahasiswa program sarjana jurusan ilmu keperawatan di Fakultas

Keperawatan Universitas Padjadjaran sejumlah 836 mahasiswa.

3.4.2. Sampel Penelitian


Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi (Hidayat, 2017). Populasi

penelitian ini yaitu mahasiswa aktif program sarjana jurusan ilmu keperawatan di

Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran dimana terdapat 4 klasifikasi

didalamnya. Klasifikasi tersebut diantaranya mahasiswa angkatan 2017,

mahasiswa angkatan 2018, mahasiswa angkatan 2019 dan mahasiswa angkatan

2020. Maka dari itu, teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

stratified random sampling atau pengambilan sampel secara acak stratifikasi.

Teknik ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi karakteristik umum dari

anggota populasi, dengan cara mengidentifikasi karakteristik umum dari anggota

populasi, kemudian menentukan strata atau lapisan dari jenis karakteristik unit-

unit tersebut (Notoatmodjo, 2018). Besar sampel yang akan diambil ditentukan

dengan menggunakan rumus Slovin menggunakan tingkat kesalahan 5% dengan

perhitungan:

N
n= 2
1+ N ( e)

836
n= 2
=271
1+836 (5 %)

Keterangan:

n = Ukuran sampel

N = Ukuran Populasi

e = Tingkat kesalahan

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka sampel yang diambil dalam

penelitian ini sebanyak 271 responden. Supaya sampel yang diambil dapat
mewakili setiap kelompok yang ada pada populasi, maka diperlukan suatu rumus

untuk pengambilan sampel tersebut. Perhitungan sampel yang digunakan

menggunakan rumus berikut:

populasi dalam kelompok


n= × jumlah sampel yang ditentukan
jumlah populasi keseluruhan

Setelah dihitung maka rincian sampel tiap angkatan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2. Besar Sampel per Angkatan

Angkatan Rumus Sampel

239
2017 x= × 271=77,4 77 responden
836

244
2018 x= ×271=79,0 79 responden
836

163
2019 x= × 271=52,8 53 responden
836

190
2020 x= × 271=61,5 62 responden
836

271 respond
Total
en

3.5. Etika Penelitian

Menurut Milton (1999) dalam Notoatmodjo (2018), terdapat 4 prinsip etik


yang harus dipegang teguh dalam melaksanakan sebuah penelitian
3.5.1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)
Dalam melakukan sebuah penelitian perlu memerhatikan hak-hak
yang dimiliki oleh seorang subjek penelitian. Peneliti hendaknya tidak
memaksakan dan memberikan kebebasan bagi subjek penelitian untuk
memutuskan untuk memberikan informasi atau tidak. Dalam aplikasinya,
peneliti dapat membuat formulir persetujuan (inform consent) yang
ditujukan pada subjek penelitian. Isi formulir tersebut dapat mencakup:
a. Penjelasan manfaat penelitian
b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang
ditimbulkan
c. Penjelasan manfaat yang didapatkan
d. Persetujuan peneliti dapat mengundurkan diri sebagai objek
penelitian kapan saja
e. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan
informasi yang diberikan oleh responden
Dalam penelitian ini, untuk menerapkan prinsip etik menghormati
harkat dan martabat manusia akan dilakukan penjelasan singkat pada
halaman awal kuesioner. Penjelasan tersebut berupa manfaat penelitian
dan manfaat yang akan didapat responden, kemungkinan risiko dan
ketidaknyamanan seperti meminta waktu responden sekitar 5 – 15 menit
untuk mengisi kuesioner, meminta persetujuan responden dan
menjelaskan bahwa data responden aman dan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti.
3.5.2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy
and confidentiality)
Subjek peneitian berhak untuk dilindungi privasinya. Peneliti pun
mempunyai kewajiban untuk menjaga informasi yang diberikan oleh
subjek penelitian dan tidak membeberkannya pada pihak lain. Dalam
penyajian data peneliti tidak boleh menampilkan informasi subjek
penelitian. Oleh karena itu, dilakukan coding pada tahap pengolahan data.
Seperti yang sudah dijelaskan dalam prinsip etik sebelumnya,
dalam halaman pertama kuesioner penelitian ini akan menjelaskan bahwa
data responden aman dan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
3.5.3. Keadilan dan inklusifitas/keterbukaan (respect for justice and inclusiveness)
Prinsip keadilan menjamin bahwa semua subjek penelitian
memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan
jenis kelamin, agama, etnis, dan sebagainya. Maka dari itu peneliti perlu
menerapkan prinsip keterbukaan, kejujuran dan kehati-hatian.
Pada aplikasinya, peneliti akan menjelaskan prosedur penelitian
pada seluruh subjek penelitian tanpa adanya sikap diskriminatif dan
memberikan hak yang sama bagi semua responden untuk tidak
mencantumkan nama jelas ataupun informasi pribadi seperti nomor ponsel
dan kontak pribadi.
3.5.4. Mempertimbangkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits)
Sebuah penelitian sudah seharusnya menghasilkan dan memberi
manfaat bagi pihak yang terkait dalam penelitian. Juga, sebuah penelitian
harus meminimalkan dampak yang terjadi selama penelitian terutama pada
subjek penelitian. Maka sebuah penelitian hendaknya memerhatikan:
a. Memenuhi kaidah keilmuan dan dilakukan berdasarkan hati nurani,
moral, kejujuran, kebebasan dan tanggung jawab
b. Merupakan upaya untuk mewujudkan ilmu pengetahuan,
kesejahteraan, martabat, dan peradaban manusia, serta terhindar
dari segala sesuatu yang menimbulkan kerugian atau
membahayakan subjek penelitian atau masyarakat pada umumnya.
Pada halaman awal kuesioner akan dijelaskan mengenai manfaat
bagi responden dan dampak yang akan diterima oleh responden seperti 5-
10 menit waktu responden akan digunakan untuk mengisi kuesioner
penelitian ini sehingga responden kemungkinan harus melanjutkan
aktivitasnya kembali setelah mengisi kuesioner penelitian ini.

3.6. Alat Pengumpulan Data


3.6.1. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen yang digunakan dalam penelitian


Saefi et al. (2020) mengenai data survei pengetahuan, sikap, dan praktik terkait
COVID-19 di kalangan mahasiswa sarjana Indonesia. Instrumen ini terdiri dari 36
pertanyaan yang terbagi menjadi 3 bagian yaitu domain pengetahuan, domain
sikap dan domain tindakan/praktik. Pada bagian domain pengetahuan terdiri dari
18 pertanyaan mengenai etiologi, gejala, kelompok rentan, penularan dan
pencegahan. Pada bagian domain sikap terdiri dari 6 pertanyaan mengenai
penerimaan informasi, interaksi sosial dan motivasi diri. Pada bagian domain
tindakan/praktik terdiri dari 12 pertanyaan mengenai kepatuhan, upaya
pencegahan dan perilaku hidup bersih dan sehat. Setiap item penilaian diberi skor
sesuai dengan kode yang telah ditentukan. Semua item pada tiap bagian kemudian
dijumlahkan untuk memperoleh skor total dari masing-masing bagian.
Responden dikatakan memiliki pengetahuan yang baik apabila skor ≥
nilai median dan memilik pengetahuan yang buruk apabila skor ≤ nilai median.
Responden dikatakan memiliki sikap yang baik apabila skor ≥ nilai median dan
memilik sikap yang buruk apabila skor ≤ nilai median. Responden dikatakan
memiliki tindakan/praktik yang baik apabila skor ≥ nilai median dan memilik
tindakan/praktik yang buruk apabila skor ≤ nilai median.

3.6.2. Uji Coba Instrumen

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-
benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2018). Validitas
memiliki 2 prinsip yaitu prinsip relevan isi yang merupakan kesesuaian
isi instrumen dengan tujuan penelitian (tujuan khusus) agar dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur dan prinsip relevan sasaran
subjek dan cara pengukuran yang merupakan gambaran yang didapat
dari sebuah instrumen mengenai perbedaan subjek penelitian (Nursalam,
2016).
Butir asli kuisioner dihasilkan dari hasil literature review sesuai
penelitian sebelumnya terhadap COVID-19, dan MERS-SARS, serta
penjelasan tentang COVID-19 diinformasikan di situs web WHO (Saefi
et al., 2020). Setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan
menerapkan teknik gabungan, kuesioner dikirim ke tiga dokter spesialis
penyakit menular di RS Muhammadiyah untuk mendapatkan pendapat
mereka tentang kesederhanaan, relevansi, kejelasan, dan komprehensif.
Kuesioner ini telah divalidasi ulang menggunakan pengukuran model
Rasch, hasil menunjukkan bahwa angket memiliki reliabilitas dan
validitas yang dapat diterima, dengan Real item reliability (Real RMSE)
0,97 untuk skala sikap, 0,98 untuk skala pengetahuan, dan 0,99 untuk
skala praktik.
b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan


bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali
dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2016). Ada beberapa prinsip
pengukuran yang dapat dipakai untuk melihat reliabilitas dalam
pengumpulan data, yaitu prinsip stabilitas yang merupakan adanya
kesamaan bila dilakukan berulang-ulang dalam waktu yang berbeda,
prinsip ekuivalen yang merupakan adanya hasil yang sama pada kejadia
yang sama , dan prinsip homogenitas (kesamaan) yaitu instrumen yang
dipergunakan harus mempunyai isi yang sama (Nursalam, 2016).
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi ulang
menggunakan pengukuran model Rasch, hasil menunjukkan bahwa
angket memiliki reliabilitas dan validitas yang dapat diterima, dengan
Real item reliability (Real RMSE) 0,97 untuk skala sikap, 0,98 untuk
skala pengetahuan, dan 0,99 untuk skala praktik.

3.7. Prosedur Penelitian


3.7.1. Tahap persiapan
Dalam tahap persiapan, peneliti membuat proposal terlebih dahulu.
Saat proses pembuatan proposal, peneliti menentukan populasi, sampel,
instrumen dan lain-lain yang akan berpengaruh pada penelitian. Lalu, jika
prposal sudah rampung, peneliti akan eminta izin penelitian pada Fakultas
Keperawatan Universitas Padjadjaran. Kemudian peneliti membuat
kuesioner dalam bentuk Google Form karena tidak memungkinkan untuk
menyebar lembar fisik kuesioner saat keadaan pandemi COVID-19.
3.7.2. Tahap pelaksanaan
Setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas
Padjadjaran, peneliti menyebar tautan google form melalui Line dan
Whatsapp dengan bantuan ketua angkatan. Jika tautan sudah tersebar,
maka responden sudah bisa mengisi kuesioner tersebut. Di dalam tautan
tersebut terdapat informed consent pada halaman pertama, sebelum
halaman pertanyaan kuesioner. Pada halaman informed consent terdapat
penjelasan mengenai penelitian dan pertanyaan terkait kesediaan
responden. Apabila responden bersedia maka responden dipersilakan
mengisi jawaban “Ya” dan jika responden tidak bersedia maka responden
dipersilakan menjawab “Tidak” dan bisa meninggalkan laman kuesioner.
Pada halaman kuesioner juga terdapat kontak peneliti agar responden
dapat menghubungin peneliti bila terdapat kesulitan.
3.7.3. Tahap akhir
Jika data sudah terkumpul, peneliti dapat mengunduh hasil dari
jawaban kuesioner. Data yang sudah terunduh selanjutnya diperiksa
kembali untuk melihat adanya error atau double pengisian. Bila ada data
double maka salah satunya akan dieliminasi. Bila data sudah selesai
diperiksa, data tersebut akan dimasukan dalam program komputer yaitu
aplikasi SPSS. Entry data dilakukan dengan kode yang akan dijelaskan
pada bagian analisis data.

3.8. Prosedur Pengumpulan Data


Berdasarkan teori dari Hidayat (2017), cara pengumpulan data diapat
dilakukan dengan metode wawancara berstruktur, observasi, angket, pengukuran,
atau melihat data statistik (data sekunder) seperti dokumentasi. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan metode angket dalam prosedur pengumpulan data.
Angket/kuesioner merupakan pemberian beberapa pertanyaan pada responden dan
digunakan bila responden penelitian berjumlah besar dan dapat membaca dengan
baik (Hidayat, 2017).
Kuesioner yang sudah disiapkan oleh peneliti akan diberikan pada
responden dalam bentuk Google Form yang nantinya akan disebar melalui media
sosial seperti Line dan Whatsapp. Penyebaran link Google Form akan dibantu
oleh ketua angkatan atau perwakilan mahasiswa dari masing-masing angkatan.

3.9. Analisis Data


Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dalam proses analisis data.
Analisis data menggunakan prosedur analisis deskriptif yaitu dengan
menggambarkan dan meringkas data secara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik
(Nursalam, 2016). Analisis deskriptif berfungsi untuk meringkas,
mengklarifikasikan, dan menyajikan datadalam bentuk mean, median, modus,
simpangan baku dan varians (Hidayat, 2017). Proses analisis data dilakukan
dengan bantuan komputer (komputerisasi) dengan tahapan sebagai berikut:
3.9.1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat, 2017). Secara umum, editing
adalah kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan hasil dari kuesioner
dengan memerhatikan kelengkapan, kejelasan, relevansi dan konsistensi
(Notoatmodjo, 2018). Apabila terdapat jawaban kuesioner yang belum
lengkap atau tidak jelas maka lebih baik dilakukan pengambilan data ulang
atau masukan jawaban tersebut ke data missing (Notoatmodjo, 2018).
Pada tahap ini peneliti akan memeriksa kembali kelengkapan
jawaban dari kuesioner yang telah diisi oleh responden, selain itu peneliti
juga akan mengecek identitas diri responden seperti nama/inisial, angkatan
dan asal kampus.
3.9.2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori dan biasanya dibuat
daftar kode beserta artinya untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan
arti suatu kode dari suatu variabel (Hidayat, 2017). Coding atau
pengkodean dari penelitian ini akan dijabarkan pada tabel-tabel dibawah
ini.
Tabel 3.3. Coding data demografi
No. Data Demografi Coding
1 = laki-laki
1. Jenis kelamin
2 = perempuan
1 = 2017
2 = 2018
2. Angkatan
3 = 2019
4 = 2020
1 = Jatinangor
3. Asal kampus
2 = Pangandaran

Tabel 3.4. Coding Instrumen Pengetahuan


Codin
Pernyataan
g
Benar 1
Salah 2

Tabel 3.5. Coding Instrumen Sikap


Codin
Pernyataan
g
Setuju 1
Tidak yakin 2
Tidak setuju 3

Tabel 3.6. Coding Instrumen Tindakan/Praktik


Codin
Pernyataan
g
Selalu 1
Kadang-kadang 2
Tidak pernah 3

3.9.3. Memasukan data (data entry) atau processing


Setelah dibuat kode, data-data tersebut dimasukan ke dalam
software komputer. Tahap ini disebut data entry. Data entry adalah
kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel
atau database komputer, kemudian dibuat distribusi frekuensi sederhana
atau dengan membuat tabel kontigensi (Hidayat, 2017). Pada tahap ini
peneliti akan memasukan data pada program komputer lalu diolah.
3.9.4. Pembersihan data (cleaning)
Pembersihan data dilakukan untuk mengecek kembali
kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan lain-lain dan
selanjutnya dilakukan koreksi pada data tersebut dengan cara mengetahui
missing data, mengetahui variasi data, dan mengetahui konsistensi data
(Notoatmodjo, 2018). Pada tahap ini peneliti akan memeriksa kembali data
yang sudah masuk pada program komputer untuk memeriksa apakah kode
yang dimasukan sudah benar atau belum, memeriksa kelengkapan data,
dan lain-lain.
Berdasarkan jenis analisis data, penelitian ini menggunakan analisis
univariat untuk mengolah hasil yang sudah didapat. Analisis univariat bertujuan
untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian
(Notoatmodjo, 2018).

3.10. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Jatinangor, Kabupaten Sumedang,
Jawa Barat tepatnya di Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran secara
daring dengan media Google Form pada bulan …. tahun ….
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1 : Pengantar Kuisioner

PENGANTAR KUISIONER

32
Lampiran 2 : Kuisioner A

KUISIONER A

Anda mungkin juga menyukai