Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian


terjadi dalam periode neonatal. Oleh karena itu, upaya pembinaan kesehatan
bayi dimulai dari pemenuhan kebutuhan primer sejak dalam kandungan sampai
periode perinatal. Kurang baiknya penanganan BBL akan menyebabkan
kelainan-kelainan yang dapat berakibat fatal bagi bayi. Misalnya perdarahan
pada BBL.[1]
Selama ini, anggapan risiko pendarahan hanya terjadi pada ibu yang baru
melahirkan saja. Padahal sang bayi yang baru lahir pun juga perlu diwaspadai
terjadi gejala ini. Olek karena itu bayi neonatus(bayi baru lahir) ini wajib
mendapatkan vitamin K.[2]
Diantara perdarahan yang terjadi pada neonatus adalah seperti perdarahan
tali pusat. Gejala ini timbul salah satunya karena kekurangan vitamin
K,khususnya karena hati bayi yang belum matang untuk membentuk vitamin
K,untuk itu setiap bayi yang baru lahir diberikan vitamin K1 untuk mencegah
terjadinya perdarahan. Pendarahan tali pusat bisa juga terjadi karena perawatan
pasca lepasnya tali pusat yang kurang sempurna,sehingga lambat dalam proses
penyembuhan. Ini sering ditemui, tali pusat bayi yang terus berdarah. Meski
demikian, jika terus-menerus juga bisa menyebabkan anak kurang darah,karena masalah
ini yang sering terjadi pada bayi dan cukup berbahaya yaitu perdarahan tali pusat.[3]
Tali pusat atau funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin
selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah
yang selama kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi
begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong
dan diikat atau dijepit.[1]

1
Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat dari
trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses
pembentukkan trombus normal. Selain itu perdarahan pada tali pusat juga bisa
sebagi petunjuk adanya penyakit pada bayi.[2]
Sebagian besar peneliti mendefinisikan pengikatan tali pusat dini bila
dilakukan dalam 15 detik setelah lahir, sedangkan tertunda jika dilakukan 45
detik sampai 5 menit setelah lahir dimana pada rentang waktu tersebut terjadi
perpindahan darah yang bermakna dari plasenta ke bayi.[2]
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian masalah di atas maka dapat di rumuskan masalah peneliti
yaitu “ Apakah asuahan pada neonatus dengan perdarahan tali pusat ? “
C. Tujuan masalah
1. Mengetahui asuhan kebidanan pada neonatus dengan perdarahan tali pusat
2. Mengidentifikasi kewenangan bidan tentang perdarahan tali pusat
3. Mengetahui penatalaksanaan perdarahan tali pusat

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perdarahan Tali Pusat


1. Definisi
Perdarahan tali pusat adalah perdarahan yang terjadi pada tali pusat
bisa timbul sebagai akibat dari pengikatan tali pusat yang kurang baik atau
kegagalan proses pembentukan trombus normal. Yaitu adanya
cairan(darah) yang keluar di sekitar tali pusat bayi. Akibat dari trauma
pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses
pembentukkan trombus normal. Tetapi merupakan hal yang normal
apabila pendarahan yang terjadi disekitar tali pusat dalam jumlah yang
sedikit. Dimana, pendarahan tidak melebihi luasan uang logam dan akan
berhenti melalui penekanan yang halus selama 5 menit. Selain itu
perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagi petunjuk adanya penyakit pada
bayi.[1]

2. Etiologi Perdarahan Tali Pusat


Perdarahan tali pusat dapat terjadi karena robekan umbilikus, robekan
pembuluh darah, serta plasenta previa dan abrupsio plasenta.[2]
a. Robekan umbilikus
Normal,terjadi karena :

3
1) Partus presipitatus
2) Adanya trauma atau lilitan tali pusat
3) Umbilikus pendek, sehingga menyebabkan terjadinya tarikan yang
berlebihan pada saat persalianan.
4) Kelalaian penolong persalinan yang dapat menyebabkan
tersayatnya dinding umbilikus atau plasenta sewaktu SC.[2]
Abnormal, terjadi karena
1) Adanya hematoma pada umbilikus yang kemudian hematom
tersebut pecah, namun perdarahan yang terjadi masuk kembali ke
dalam placenta. Hal ini sangat berbahaya bagi bayi dan dapat
menimbulkan kematian pada bayi.
2) Varises juga dapat menyebabkan perdarahan apabila varises
tersebut pecah
3) Aneurisma pembuluh darah pada umbilikus dimana terjadi
pelebaran pembuluh darah setempat saja karena salah dalam proses
perkembangan atau terjadi kemunduran dinding pembuluh darah.
Pada aneurisme pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah
rapuh dan mudah pecah.[2]
b. Robekan pembuluh darah
Pada kasus robekan pembuluh darah umbilikus tanpa adanya
trauma, hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya kelainan anatomi
pembuluh darah seperti berikut ini :
1) Pembuluh darah aberan yang mudah pecah karena dindingnya
tipis dan tidak ada perlindungan jely Wharton
2) Insersi velamentosa tali pusat, dimana pecahnya pembuluh darah
terjadi pada tempat percabangan tali pusat sampai ke membran
tempat masuknya dalam placenta tidak ada proteksi. Umbilikus
dengan kelainan insersi ini sering terdapat pada kehamilan ganda

4
3) Placenta multilobularis, perdarahan terjadi pembuluh darah yang
menghubungkan masing-masing lobus dengan jaringan placenta
karena bagian tersebut sangat rapuh dan mudah pecah.[2]
c. Perdarahan akibat plasenta previa dan abrupsio plasenta
Perdarahan akibat placenta previa dan abrutio placenta dapat
membahayakan bayi. Pada kasus plasenta previa cenderung
mengakibatkan anemia,sedangkan pada kasus abrutio plasenta lebih
sering mengakibatkan kematian intra uterin karena dapat
mengakibatkan anoreksia. Pengamatan pada plasenta dengan teliti
untuk menentukan adanya perdarahan bayi baru lahir. Pada bayi baru
lahir dengan kelainan placenta previa atau dengan SC apabila
diperlukan dapat lakukan pemeriksaan hemoglobin secara berkala.[2]
3. Tanda dan Gejala perdarahan tali pusat
a. Ikatan tali pusat lepas atau klem tali pusat tapi masih menempel pada
tali pusat
b. Kulit di sekitar tali pusat memerah dan lecet
c. Adanya cairan yang keluar pada tali pusat,dan cairan tersebut bisa
berwarna kuning,hijau,atau darah.
d. Timbul sisik di sekitar atau pada tali pusat[4]
4. Upaya pencegahan perdarahan tali pusat
a. Pada perdarahan umbilikus akibat ikatan yang longgar, dapat di
kencangkan kembali pengikat tali pusat. Perdarahan juga dapat
disebabkan oleh repitan atau tarifan dari klem. Jika perdarahan tidak
berhenti setelah 15-20 menit maka tali pusatnya harus segera di
lakukan beberapa jahitan pada luka bekas pemotongan tersebut.
b. Perdarahan umbilikus akibat robekan umbilikus harus segera di jahit.
Kemudian segera lakukan rujukan untuk mengetahui apakah ada
kelainan lain seperti kelainan anatomik pembuluh darah sehingga
dapat segera di lakukan tindakan oleh dokter atau rumah sakit.

5
c. Perdarahan pada abrupsio plasenta, plasenta previa dan kelainan
lainnya, bidan harus segera merujuk. Bahkan rujukan lebih baik segera
di lakukan jika kelainan tersebut sudah di ketahui sebelum bayi lahir
sehingga dapat di lakukan tindakan sesegera mungkin untuk membuat
peluang bayi lahir hidup lebih besar.
d. Perawatan Tali Pusat
Hal yang paling terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah :
1) Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
2) Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun
sebelum membersihkan tali pusat.
3) Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak
dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air.
4) Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena
akan membuatnya menjadi lembab.[5]
5. Asuhan Keb idanan
a. Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan tali pusat yang
terjadi.

b. Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi pada

tali pusat.
1) Jaga agar tetap kering
2) Kenakan popok di bawah tali pusat
3) Biarkan tali pusat terbuka,tidak tertutup pakaian bayi sesering mungkin
4) Bersihkan area di sekitar tali pusat. Lakukan sekali disetiap mengganti
popok bayi. Gunakan kassa atau cotton bud untuk membersihkannya.
5) Angkat tali pusat dan dan bersihkan tepat pada area bertemunya pangkal
tali pusat dan tubuh. Tidak perlu takut hal ini akan menyakiti bayi .
6) Jangan basahi tali pusat sampai tidak terjadinya perdarahan. Karena tali
pusat akan terlepas sendiri dalam waktu 1-2 minggu. Tapi yang perlu

6
diingat adalah jangan menarik tali pusat walaupun sudah terlepas
setengah atau sebagian.
7) Hindari penggunaan bedak atau lotion pada area sekitar tali pusat.
c. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien
untuk dilakukan rujukan. Hal ini dilakukan bila terjadi gejala berikut:
1) Tali pusat belum terlepas dalam waktu 3 minggu
2) Klem pada pangkal tali pusat terlepas
3) Timbul garis merah pada kulitdi sekitar tali pusat
4) Bayi demam
5) Adanya pembengkakan atau kemerahan pada sekitar tali pusat
6) Timbul bau yang tidak enak di sekitar tali pusat
7) Timbul bintil-bintil atau kulit melepuh di sekitar tali pusat
8) Terjadi perdarahan yang berlebihan pada tali pusat,dan perdarahan
melebihi luasan uang logam
9) Perdarahan pada tali pusat tidak berhentiwalaupun sudah di
[5]
dep/ditekan.
d. Penaganan lanjutan di rumah sakit perdarahan tali pusat dengan infeksi yaitu:

Penaganan lanjutan perdarahan tali pusat dengan infeksi yaitu


meliputi terapi farmakologis hingga pembedahan disertai dengan
perawatan suportif terhadap komplikasi seperti gagal nafas. Pemberian
antibiotik parenteral kombinasi penisilin vankomisin
antistaphylococcus dan aminoglikosida direkomendasikan. Dosis
ampisilin pada neonatus > 2 kg adalah 7-150 mg/kg BB/hari terbagi
dalam 3 dosis. Sedangkan vankomisin dapat diberikan dengan dosis
10-15 mg/kgBB setiap 8-12 jam. Pemberian gentamisin pada neonatus
< 7 hari diberikan dengan dosis 5 mg/kg/hari terbagi dalam 2 dosis.
Omfalitis dengan komplikasi necrotizing fasciitis dan
myonekrosis membutuhkan terapi yang lebih agresif dengan antibiotik
untuk organisme anaerob seperti metronidazole dan clindamycin.

7
Dosis metronidazole pada neonatus adalah 15 mg/kg/hari dibagi 2
dosis atau clindamycin 20 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.
Antibiotik topikal seperti bacitracin atau terapi topikal lain
seperti triple dye dapat digunakan sebagai tambahan terapi parenteral.
Terapi antibiotik diberikan dalam waktu 2 minggu melalui jalur vena
sentral maupun perifer.
Terapi pembedahan ditujukan untuk melakukan debridement
pada jaringan dan otot dengan necrotizing fasciitis dan myonekrosis.
Keterlambatan diagnosis dapat menimbulkan perburukan dan
penyebaran dari jaringan yang nekrosis. Lakukan rujukan ke fasilitas
kesehatan yang lebih lengkap dengan spesialis anak dan bedah.
Bila omfalitis disertai dengan gejala sistemik, berikan nutrisi
melalui jalur parenteral. Pemberian makanan secara enteral sebaiknya
tidak dilakukan hingga infeksi akut dan ileus teratasi.

8
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR PADA By. NY. I
UMUR 4 HARI DENGAN PERDARAHAN TALI PUSAT
DI KLINIK PRATAMA NAMIRA
GUNUNGPATI

I. PENGKAJIAN
Hari / Tanggal : Selasa, 8 Oktober 2019
Jam : 09.00 WIB
Tempat : Klinik Pratama Namira Gunungpati
A. Data Subjektif
1. Identitas / Biodata Pasien
a. Nama : Bayi.I
b. Umur : 4 hari
c. Tanggal Lahir : 04/10/2018
d. Alamat : Klinik Pratama Namira Gunungpati
2. Biodata Penanggung jawab
a. Nama : Ny.I
b. Umur : 24 tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Swasta
f. Alamat : Klinik Pratama Namira Gunungpati
3. Alasan datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan anaknya
4. Keluhan utama
Ibu mengatakan tali pusat belum terlepas tampak merah dan ada
pengeluaran cairan.

9
5. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Terdahulu
- Ibu mengatakan anak tidak pernah menderita penyakit kronis
- Ibu mengatakan anak tidak pernah dirawat di Rumah Sakit
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Ibu mengatakan anak tidak sedang sakit
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Ibu mengatakan dikeluarga anak tidak ada yang menderita
penyakit menular seperti Hepatitis, TBC, dan lain-lain
- Ibu mengatakan di keluarga anak tidak ada yang menderita
penyakit keturunan seperti DM, Tekanan Darah Tinggi,
Jantung, Asma, dan lain-lain
- Ibu mengatakan di keluarga anak tidak ada riwayat kembar
- Ibu mengatakan di keluarga anak tidak ada yang mengalami
kecacatan
6. Riwayat Kelahiran
a. Tanggal Lahir : 04/10/2019
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. BB Lahir : 2700 gr
d. PB Lahir : 48cm
e. LK Lahir : 33cm
f. LD Lahir : 31 cm
g. LILA Lahir : 11cm
h. AS Lahir
Penilaian 1 menit 5 menit 10 menit
Appearance 2 2 2
Pulse 2 2 2
Grimace 2 2 2

10
Activity 2 2 2
Respiratory 1 2 2
Jumlah 9 10 10

i. Reflek Lahir
Moro reflek :+
Sucking reflek :+
Babinsky reflek : +
Tonic neck reflek : +
Rooting reflek :+
Graps reflek :+
Startle reflek :+
7. Riwayat Imunisasi
a. Hepatitis B 0 : 0 bulan
b. Vit K : 0 bulan
8. Pola Pemenuhan Kebutuhan
a. Pola Nutrisi : Minum ASI setiap 2 jam sekali
b. Pola Eliminasi
- BAB : 2-3 kali/hari
Konsistensi, warna, bau khas
- BAK : 8-9 kali/hari
Cair, bening kekuningan, bau khas, tidak ada keluhan
c. Pola Aktifitas : Anak aktif bermain
d. Pola Istirahat : Tidur siang 3 jam dan Tidur malam 8-12 jam
e. Personal Hygiene : Mandi 2 kali/hari dan Ganti baju 2 kali/hari
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik

11
b. Antopometri
 BB : 2700 gram
 PB/TB : 48cm
 LK : 33cm
 LD : 31cm
 LILA : 12cm
c. Tanda - tanda Vital
 Suhu : 37,6 0C
 RR : 42 kali/menit
 HR : 130 kali/menit
2. Status Present
a. Kepala : mesochepal
b. Mata : simteris, sklera putih/tidak ikterik, konjungtiva
merah muda
c. Hidung : bersih, tidak ada polip
d. Mulut : bibir tidak kering, lidah tidak kotor, gigi sudah
tumbuh
e. Telinga : simetris, tidak ada serumen
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, vena
jugularis, dan linve
g. Dada : simteris, tidak ada retraksi dinding dada
h. Abdomen : simetris, tidak kembung, kulit di sekitar tali pusat
memerah dan lecet di sertai pengeluaran ciran berwarna kuning
dari tali pusat.
i. Genetalia : bersih, tidak ada kelainan
j. Anus : tidak ada kelainan, ada lubang anus
k. Ekstremitas: simetris, terkoordinasi, tidak oedema, kuku
bersih, jari-jari lengkap
l. Kulit : turgor baik,terdpat lanugo

12
3. Data Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

II. INTEPRETASI DATA


A. Diagnosa :
By.I usia 4 hari dengan perdarahan tali pusat
Dasar :
Data Subyektif
1. Ibu mengatakan anaknya berusia 4 hari
2. Ibu mengatakan anaknya rewel
3. Ibu mengatakan bayinya mengalami perdarahan pada tali pusat
Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan baik
Berat Badan : 2700 gram
Suhu : 37,6 0C

III. DIAGNOSA POTENSI


Potensial terjadinya infeksi tali pusat

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA


Melakukan Penanganan awal perawatan tali pusat pada bayi.

V. INTERVENSI
Tanggal 8/10/ 2019, Jam 09.10 WIB
1. Menyapa ibu

2. Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi pada

tali pusat misalnya mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi

13
3. Melakukan observasi TTV

4. Kenakan popok di bawah tali pusat, biarkan tali pusat terbuka, tidak

tertutup pakaian bayi sesering mungkin

5. Angkat tali pusat dan bersihkan tepat pada area bertemunya pangkal tali

pusat dan tubuh. Tidak perlu takut hal ini akan menyakiti bayi Anda.

6. Bersihkan area di sekitar tali pusat. Lakukan setiap kali Anda mengganti

popok. Bungkus tali pusat dengan kasa steril. Hal ini akan mempercepat

pengeringan dan pelepasan tali pusat

7. Jaga agar tali pusat tetap kering setiap saat.

8. Jangan basahi tali pusat sampai tidak terjadi pendarahan lagi. Tali pusat

akan terlepas, dimana seharusnya tali pusat aka terlepas dalam waktu 1-2

minggu. Tapi, yang perlu diingat adalah jangan menarik tali pusat,

walaupun sudah terlepas setengah bagian.

9. Hindari penggunaan bedak atau losion di sekitar atau pada tali pusat.

10. Memberikan kehangatan pada bayi dengan cara :

menggedong, memberi selimut, dan memberi penutup/topi pada kepala

11. Ganti pakian yang basah dengan pakaian kering

Ganti popok setiap BAK/BAB

12. Menganjurkan pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dan

pemberian ASI sesering mungkin agar bayi mendapatkan nutrisi yang

cukup

Memberikan ASI setiap 2 jam sekali atau sesering mungkin

14
13. Melakukan konseling kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya BBL

dengan kriteria kegawatan , seperti : Bayi tidak mau menetek, tampak lesu,

pernapasan lambat, suhu naik, terjadi perdarahan/ keluar cairan berbau

pada tali pusat.

14. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien

apabila dilakukan rujukan

15. Menganjurkan ibu pergi ke tenaga kesehatan jika terjadi tanda-tanda

bahaya pada BBL

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal 8/10/2019, Jam 09.30 WIB
1. Menyapa ibu
2. Melakukan penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi
pada tali pusat misalnya mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang
bayi
3. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan anaknya
Keadaan Umum : Baik
Berat Badan : 2700 gr
Panjang Badan : 48 cm
Lingkar Kepala : 33cm
Lingkar Dada : 31cm
Suhu : 37,60C
4. Mengenakan popok di bawah tali pusat, biarkan tali pusat terbuka, tidak

tertutup pakaian bayi sesering mungkin

5. Mengankat tali pusat dan bersihkan tepat pada area bertemunya pangkal tali

pusat dan tubuh. Tidak perlu takut hal ini akan menyakiti bayi Anda.

15
6. Membersihkan area di sekitar tali pusat. Lakukan setiap kali Anda mengganti

popok. Bungkus tali pusat dengan kasa steril. Hal ini akan mempercepat

pengeringan dan pelepasan tali pusat

7. Menjaga agar tali pusat tetap kering setiap saat.

8. Jangan basahi tali pusat sampai tidak terjadi pendarahan lagi. Tali pusat akan

terlepas, dimana seharusnya tali pusat aka terlepas dalam waktu 1-2 minggu.

Tapi, yang perlu diingat adalah jangan menarik tali pusat, walaupun sudah

terlepas setengah bagian.

9. Menghindari penggunaan bedak atau losion di sekitar atau pada tali pusat.

10. Memberikan kehangatan pada bayi dengan cara :

menggedong, memberi selimut, dan memberi penutup/topi pada kepala

11. Menganti pakian yang basah dengan pakaian kering

Ganti popok setiap BAK/BAB

12. Menganjurkan pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dan pemberian

ASI sesering mungkin agar bayi mendapatkan nutrisi yang cukup

Memberikan ASI setiap 2 jam sekali atau sesering mungkin

13. Melakukan konseling kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya BBL dengan

kriteria kegawatan , seperti : Bayi tidak mau menetek, tampak lesu,

pernapasan lambat, suhu naik, terjadi perdarahan/ keluar cairan berbau pada

tali pusat.

14. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien

apabila dilakukan rujukan

16
15. Menganjurkan ibu pergi ke tenaga kesehatan jika terjadi tanda-tanda bahaya

pada BBL

VII. EVALUASI
Hari/Tanggal : Selasa 8/10/2019
Jam : 13.20 WIB
1. Terjalin komunikasi yang baik antara bidan dan ibu bayi

2. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

3. Kemerahan pada talipusat telah berkurang

4. Bayi tidak rewel

5. dokumentasi

17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendarahan tali pusat yaitu adanya cairan(darah) yang keluar di sekitar
tali pusat bayi. Akibat dari trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau
kegagalan proses pembentukkan trombus normal. Tetapi merupakan hal yang
normal apabila pendarahan yang terjadi disekitar tali pusat dalam jumlah yang
sedikit. Dimana, pendarahan tidak melebihi luasan uang logam dan akan
berhenti melalui penekanan yang halus selama 5 menit. Selain itu perdarahan
pada tali pusat juga bisa sebagi petunjuk adanya penyakit pada bayi.
factor-factor penyebab terjadinya pendarahan tali pusat:
1. Robekan umbilikus normal
2. Robekan umbilikus abnormal
3. Robekan pembuluh darah abnormal
4. Perdarahan akibat placenta previa dan abrotio placenta
Penanganannya:
a. Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan tali pusat yang
terjadi
b. Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi paa
tali pusat.
c. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien
untuk dilakukan rujukan.
B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan yang kompeten, kita harus bekerjasama dengan
ibu dan keluarga untuk memperhatikan tata cara pelaksanaan tali pusat agar
tidak terjadi penanganan yang serius. Kita juga harus bisa membedakan mana
yg normal dan abnormal pada perdarahan tali pusat, untuk mencegah
perdarahan lebih dini.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi, Vivian Nanny L.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
2. Hadi, Umniati.2013. Perdarahan Tali Pusat pada Neonatus. Jakarta: Salemba
Medika
3. Markum, Sofyan Ismael,dkk.2012.Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FK UI
4. Vionalisa. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Padang: Universitas
Baiturrahmah
5. Behrman, R.E. dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 2. Diterjemahkan
oleh A. Samik Wahab. Jakarta: EGC
6. Prawirohardjo, sarwono. 2005. ILMU KANDUNGAN. jakarta: yayasan bina
pustaka sarwono prawirohardjo.
7. Nur muslihatun, wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. yogyakarta:
fitramaya.
8. Lisfasiska, Ni Made, and Siti Asiyah. "Perbedaan Kejadian Perdarahan Dan
Infeksi Tali Pusat Yang Diikat Dengan Benang Dan Umbilical Cord
Clamp." Jurnal Ilmu Kesehatan 2.1 (2017): 61-73..

19

Anda mungkin juga menyukai