KEPANITERAAN KOMPREHENSIF
Disusun oleh :
22010117220213
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan yang berjudul “Seorang
Wanita 37 Tahun dengan Mata Kiri Konjungtivitis et causa suspek viral”.
Laporan ini dibuat guna memenuhi salah satu syarat tugas Kepaniteraan
Komprehensif di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Tentunya kami berharap
pembuatan laporan ini tidak hanya berfungsi sebagai apa yang telah disebutkan di atas.
Namun, besar harapan kami agar laporan ini juga dapat dimanfaatkan oleh semua pihak
yang berhubungan dengan masalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
2.3.2 Patofisiologi
2.3.6 Komplikasi
2.3.7 Tatalaksana
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari laporan kasus ini adalah agar dapat memahami dan
melaksanakan diagnosis holistik serta penanganan komprehensif pasien
dengan konjungtivitis viral.
TINJAUAN PUSTAKA
2.3.2 Patofisiologi
Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar. Kemungkinan konjungtiva
terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Pertahanan Konjungtiva terutama oleh
karena adanya tear film atau lapisan air mata pada konjungtiva yang berfungsi untuk
melarutkan kotoran-kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan
melalui saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior.Lapisan air mata mengandung beta
lisin, lisosim, IgA, dan IgG yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan kuman.
Epitelium yang melapisi konjungtiva dan sklera bagian luar terpapar dengan
dunia luar. Hal ini merupakan kesempatan bagus bagi virus untuk menginvasi. Tiap
beberapa detik palpebra menutup memberi perlindungan bagi sklera da konjungtiva
berupa sekret dan pembersihan dari benda asing. Namun tetap saja ada kesempatan
kecil virus dapat masuk ke dalam sel. Apalagi ketika terjadi jejas misalnya abrasi
inokulasi langsung mungkin dapat terjadi saat pemeriksaan oftalmologi atau dari
kontaminasi lingkungan. Pada sebagian besar kasus, replikasi biasanya terlokalisasi dan
menyebabkan inflamasi misalnya konjungtivitis.
Virus memiliki genom asam nukleat single atau double stranded yang dilingkupi kapsid
dengan atau tanpa amplop diluarnya. Asam nukleat dapat berupa RNA atau DNA yang
dibutuhkan untuk melakukan transkripsi menghasilkan enzim atau protein yang
dibutuhkan unuk bereplikasi. Pada permukaan kapsid terdapat ligan yang berfungsi
untuk menempel pada sel host sehingga menjadi jalan masuk virus ke dalam sel. Pada
virus yang memiliki amplop yang melingkupi kapsid, sejenis glikoprotein
terekspresikan di permukaan yang berfungsi melindungi virus dari antibodi. Namun
virus yang memiliki amplop lebih rentan terhadap pajanan dunia luar seperti sinar UV.
Sebaliknya pada virus yang hanya memiliki kapsid seperti adenovirus dapat bertahan
lebih lama di luar tubuh.9
a. Demam faringokonjungtival
Tipe ini biasanya disebabkan oleh adenovirus tipe 3 dan kadang-kadang tipe 4 dan
7. Demam faringokonjungtival ditandai oleh demam 38,3 - 400C, sakit
tenggorokan, dan konjungtivitis pada satu atau dua mata. Folikel sering mencolok
pada kedua konjungtiva, dan pada mukosa faring. Penyakit ini dapat terjadi
bilateral atau unilateral. Mata merah dan berair mata sering terjadi, dapat disertai
keratitis superficial sementara ataupun sedikit kekeruhan di daerah subepitel.
Limfadenopati preaurikuler yang muncul tidak disertai nyeri tekan. Sindrom yang
ditemukan pada pasien mungkin tidak lengkap, hanya terdiri atas satu atau dua
gejala utama (demam, faringitis, dan konjungtivitis).
b. Keratokonjungtivitis epidemika:
Keratokonjungtivitis epidemika disebabkan oleh adenovirus subgroup D tipe 8, 19,
29, dan 37. Konjungtivitis yang timbul umumnya bilateral. Awitan sering pada satu
mata kemudian menyebar ke mata yang lain. Mata pertama biasanya lebih parah.
Gejala awal berupa nyeri sedang dan berair mata, diikuti dalam 5-14 hari kemudian
dengan fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Fase akut ditandai
dengan edema palpebra, kemosis, dan hiperemia konjungtiva. Dalam 24 jam sering
muncul folikel dan perdarahan konjungtiva. Kadang-kadang dapat terbentuk
pseudomembran ataupun membran sejati yang dapat meninggalkan parut datar
ataupun symblepharon. Konjungtivitis berlangsung selama 3-4 minggu. Kekeruhan
epitel terjadi di pusat kornea, menetap berbulan-bulan namun menyembuh tanpa
disertai parut.
2.3.6 Komplikasi
Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, seperti
blefarokonjungtivitis. Komplikasi lainnya bisa berupa timbulnya pseudomembran, dan
timbul parut linear halus atau parut datar, dan keterlibatan kornea serta timbul vesikel
pada kulit.
2.3.7 Tatalaksana
Konjuntivitis viral biasanya bersifat suportif dan merupakan terapi simptomatis.
Umumnya mata bisa dibuat lebih nyaman dengan pemberian cairan pelembab. Kompres
dingin pada mata 3-4 x/hari juga dapat membantu kesembuhan pasien. Penggunaan
kortikosteroid untuk penatalaksanaan konjungtivitis viral harus dihindari karena dapat
memperburuk infeksi.
Konjungtivitis viral merupakan penyakit infeksi yang angka penularannya cukup
tinggi, sehingga pencegahan adalah hal yang sangat penting. Penularan juga bisa terjadi
di fasilitas kesehatan bahkan ke tenaga kesehatan yang memeriksa pasien. Langkah –
langkah pencegahan yang perlu diperhatikan adalah mencuci tangan dengan bersih,
tidak menyentuh mata dengan tangan kosong, serta tidak menggunakan peralatan yang
akan digunakan untuk pemeriksaan pasien lain. Dalam penularan ke lingkungan sekitar,
pasien sebaiknya disarankan untuk menghindari kontak dengan orang lain seperti di
lingkungan kerja / sekolah dalam 1 – 2 minggu, juga menghindari pemakaian handuk
bersama.
BAB III
LAPORAN KASUS
b. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik ( 22 Januari 2019)
Status Praesens
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15
Tanda Vital : TD: 130/70 mmHg, RR: 18x/menit
Injeksi
Konjungtiva
Status Oftalmologi
C. DIAGNOSA KLINIS
D. DIAGNOSA BANDING
E. TERAPI
F. PROGNOSIS
G. EDUKASI
Menjelaskan pada pasien bahwa mata merah disebabkan oleh virus dan
dimungkinkan bisa sembuh sendiri.
Menjelaskan bahwa ini merupakan penyakit menular, jika memegang mata agar
segera cuci tangan.
Menjelaskan untuk menghindari kontak dengan anggota keluarga terutama anak
Menjelaskan pada pasien agar menjaga kesehatan dan kebersihan mata
Menjelaskan pada pasien agar menjaga kebersihan rumah dan sekitar
Pasien diminta untuk meneteskan, meminum dan menggunakan obat secara
teratur dan menjaga daya tahan tubuh, dengan memakan makanan yang bergizi
dan istirahat yang cukup, untuk mempercepat penyembuhan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA