KEJERNIHAN URIN
Disusun oleh :
NIM : 20711158
Kelompok Tutorial 06
FAKULTAS KEDOKTERAN
Vitamin C (Askorbat) adalah vitamin yang larut dalam air dan vitamin
essensial karena tidak dapat dihasilkan oleh tubuh, sehingga harus mendapat
asupan dari luar (Padayatty and Levine, 2016). Vitamin C dibutuhkan untuk
sintesis kolagen dan protein utama tulang, jika kekurangan menyebabkan
penurunan produksi kolagen akan memperlambat pertumbuhan dan menunda
perbaikan tulang yang patah (Tortora, Gerard J & Derrickson, 2011). Tanpa asam
askorbat, maka serabut kolagen yang terbentuk di semua jaringan tubuh menjadi
cacat dan lemah. Oleh sebab itu, vitamin C penting untuk pertumbuhan dan
kekuatan serabut di jaringan subkutan, kartilago, tulang, dan gigi (Guyton AC,
2016). Pada asupan di atas sekitar l00mg/hari, kapasitas tubuh untuk
memetabolisme vitamin C mengalami kejenuhan, dan asupan yang lebih tinggi
akan diekskresi dalam urine (Graner, Daryl K., Murray, 2012).
Gambar 1.3 Mekanisme transportasi antara darah dan ginjal (Lindblad et al.,
2013).
Penyerapan dan distribusi jaringan vitamin C Vitamin C diserap dari usus
kecil pada manusia, mencapai konsentrasi vitamin C plasma puncak sekitar 120-
180 menit setelah konsumsi (Padayatty and Levine, 2016). Setelah penyerapan,
karena vitamin C larut dalam air, vitamin C didistribusikan dari darah ke seluruh
ruang ekstraseluler. Konsentrasi asam askorbat jauh lebih tinggi di jaringan
daripada di plasma (Lindblad et al., 2013).
Sekitar 20% dari ekskresi urin mengeluarkan asam askorbat yang tidak
dimetabolisme, 20% lainnya untuk asam 2,3-diketo-L-gulonat, 2% untuk asam
dehidroaskorbat, sedangkan rata-rata 44% dieliminasi dalam bentuk oksalat
Penggunaan dosis harian 30-60 mg, hampir tidak ada vitamin C yang
diekskresikan dalam urin dalam waktu 24 jam, sedangkan dosis 100 mg
menghasilkan 25% dari dosis vitamin C yang diekskresikan dan dosis yang setara
atau di atas 500 mg hampir seluruhnya diekskresikan. Waktu paruh eliminasi
vitamin C umumnya sekitar 2 jam (Lindblad et al., 2013).
C. KESIMPULAN
Vitamin C merupakan vitamin yang mudah teroksidasi dan larut dalam air.
Kelebihan vitamin C akan dibuang melalui urin karena tubuh menahan vitamin C
sedikit. Apabila menkonsumsi vitamin C dalam jumlah besar atau berlebih maka
akan dieksresikan melalui urin, sehingga membuat warna urin menjadi lebih pekat
dari sebelum mengonsumsi vitamin C. Hanya saja bila menkonsumsi vitamin C
terus menerus secara berlebih dalam jangka panjang akan berdampak buruk untuk
kesehatan ginjal, karena ginjal akan dipaksa bekerja lebih ekstra untuk menyaring
vitamin C yang akan dikeluarkan bersama urin. Juga ada kadar oksalat dalam
vitamin C yang bisa menjadi batu jika menumpuk terlalu lama di ginjal. Simpanan
vitamin C dalam tubuh tidak terlalu lama dan juga terbatas, jadi perlu
mengonsumsinya secara teratur.
E. DAFTAR PUSTAKA
Graner, Daryl K., Murray, R.K., 2012. Biokimia Harper, 29th ed. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Guyton AC, H.J., 2016. Textbook Of Medical Physiology, 13th ed. Philadelphia:
Elsevier.
Lindblad, M., Tveden-Nyborg, P., Lykkesfeldt, J., 2013. Regulation of Vitamin C
Homeostasis during Deficiency. Nutrients 5, 2860–2879.
https://doi.org/10.3390/nu5082860
Padayatty, S., Levine, M., 2016. Vitamin C: the known and the unknown and
Goldilocks. Oral Dis. 22, 463–493. https://doi.org/10.1111/odi.12446
Spoelstra-de Man, A.M.E., Elbers, P.W.G., Oudemans-Van Straaten, H.M., 2018.
Vitamin C. Curr. Opin. Crit. Care 24, 248–255.
https://doi.org/10.1097/MCC.0000000000000510
Tortora, Gerard J & Derrickson, B. 2011., 2011. Principles of Anatomy and
Physiology. Maintenance and Continuity of the Human Body., 13th ed. John
Wiley & Son, Inc.
F. HASIL TURNITIN