Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan.

Pengetahuan adalah sesuatu atau semua yang diketahui dan

dipahami atas dasar kemampuan kita berpikir, merasa, maupun

mengindra, baik diperoleh secara sengaja maupun tidak sengaja (Maufur,

2008). Menurut Amsal Bachtiar (2005), pengetahuan merupakan hasil

proses dari usaha manusia untuk tahu, sedangkan kamus filsafat

menyebutkan, pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui

manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), dimana tingkat pengetahuan di

dalam domain kognitif meliputi :

a. Tahu (know)

Tahu yaitu mengingat kembali materi yang dipelajari sebelumnya.

Termasuk di dalam pengetahuan yang paling rendah dengan cara

menyebutkan, mendefinisikan dan menyatukan sesuatu.

b. Memahami (comprehension)

Memahami yaitu sesuatu untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi secara

5
6

benar. Orang yang telah paham terhadap objek untuk materi, harus

dapat menjelaskan.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini

dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip,

dan sebagainya dalam kondisi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan dari kata-kata

kerja yang dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, serta

mengelompokkan.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis yaitu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan

kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi yaitu kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria-

kriteria yang telah ada.


7

3. Sumber-Sumber Pengetahuan.

Menurut Maufur (2008), ada empat sumber yang dapat melahirkan

atau manusia memperoleh pengetahuan, yakni :

a. Rasionalitas.

Pengetahuan dapat diperoleh manusia lewat kemampuan berfikir

rasionalnya. Dengan mengetahui prinsip yang didapat lewat

penalaran rasional itulah maka kita dapat mengerti kejadian – kejadian

yang berlaku dalam alam sekitar kita. Premis yang dipakai dalam

penalarannya didapat dari ide yang menurut anggapannya jelas dan

dapat diterima.

b. Empiris

Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman kongkrit

berdasarkan tangkapan indra kita terhadap apa saja yang lalu lalang di

seputar kehidupan kita, dengan pola – pola yang teratur mengenai

suatu kejadian tertentu, kemudian menimbulkan pemahaman pada diri

kita setelah diolah oleh pikiran maupun hati. Pada setiap atau

beberapa pengulangan pengalaman, lebih sering memiliki kesamaan.

Hal tersebut bisa saja dari hasil penglihatan, pendengaran, perabaan,

penciuman, dan indra lainnya. Baik jalur rasionalitas maupun empiris,

peran penelitian dan rasio tetap sangat penting bahkan domina

c. Intuisi

Pengetahuan dapat diperoleh tidak selalu melalui proses berpikir

yang berliku – liku, yakni dengan menggunakan kemampuan intuisi.


8

Gary Klein (2006), mendefinisikan intuisi sebagai suatu cara kita

dalam menerjemahkan pengalaman kita ke dalam sebuah tindakan.

Menurut Albert Einstein, pikiran intuitif adalah karunia suci,

sementara pikiran rasional adalah pelayan yang setia. Kita telah

menciptakan sebuah masyarakat yang menghormati si pelayan dan

melupakan karunia itu.

d. Wahyu

Wahyu adalah petunjuk atau ajaran yang berasal dari Tuhan yang

diturunkan dengan perwujudan dalam mimpi atau dengan cara lainnya

kepada utusanNya. Mewahyukan berarti memberitahukan kebenaran

atau petunjuk – petunjuk dan sebagainya melalui wahyu. Wahyu

merupakan sistem penyampaian ilmu pengetahuan Tuhan kepada

manusia lewat malaikat kepada para nabi dan rasulNya. Sebagian lagi

kepada yang bukan rasul maupun nabi, yakni manusia lain yang

dikehendakinya. Sebagaimana dinyatakan oleh Mahdi Ghulsyani

(1996) ”Meskipun demikian, kelompok ayat-ayat lain menunjukan

kemungkinan memberikan wahyu kepada orang-orang selain Nabi.

Dalam hal ini seperti kepada pengikut setia nabi Isa dan ibunya nabi

Musa.

Adapun ilmu yang diturunkan adalah suatu ilmu yang

dikhususkan untuk mereka tanpa harus mereka pelajari. Pengetahuan

itu diperoleh lewat perasaan yang muncul dengan sendirinya tanpa

lebih dahulu berfikir dan berijtihad (Ade Armando dan kawan-kawan,


9

2001). Wahyu merupakan kebenaran yang didapat bukan atas dasar

simpulan sebagai produk usaha aktif manusia, namun berupa

pengetahuan yang ditawarkan atau diberitahukan. Dalam hal ini

manusia bersifat pasif sebagai penerima pemberitahuan tersebut, yang

kemudian menjadi percaya atau tidak bergantung kepada keyakinan

masing – masing. Bila ilmu pengetahuan yang didapat melalui

rasional maupun empiris, berangkat dari keraguan, maka wahyu

bertitik tolak dari kepercayaan atau keyakinan, termasuk mendasarkan

kepada kepercayaan terhadap hal – hal yang ghaib. Al Qur’an sebagai

wahyu Allah, oleh Hasby Ashsiddiqi dan kawan kawan (1991),

dijelaskan cara turunnya kepada Nabi Muhamad SAW, antara lain :

Pertama, malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Kedua,

malaikat mengucapkan kata – kata kepadanya sehingga beliau

mengetahui dan hafal benar akan kata – kata itu. Selanjutnya wahyu

sebagai ilmu pengetahuan ( dari Tuhan ), oleh para rasul

disebarluaskan kepada lapisan masyarakat secara luas dengan tetap

mendasarkan kepada kepada kepercayaan atau keyakinan.

Jhon Hospers menambah dua sumber lagi, yakni otoritas

( authority ) dan keyakinan ( faith ) sehingga menjadi enam sumber

ilmu pengetahuan. Otoritas menjadi sumber pengetahuan karena

kelompoknya memiliki pengetahuan melalui seseorang yang memiliki

kewibawaan dalam pengetahuannya. Sedangkan yang bersumber dari

keyakinan hampir mirip dengan sumber wahyu. Perbedaannya kalau


10

keyakinan terhadap wahyu yang secara dogmatik diikutinya adalah

peraturan yang berupa agama, sedangkan keyakinan mendasarkan

pada aspek kejiwaan manusia sebagai pematangan dari

kepercayaannya.

4. Manfaat Pengetahuan.

Menurut Maufur (2008) pengetahuan mempunyai manfaat :

a. Dapat meningkatkan pemahaman kita terhadap Sang Maha

Pencipta, sebagai sumber segala sumber ilmu pengetahuan. Dengan

demikian nantinya akan menjadi terus bertambah ilmu yang kita

miliki.

b. Secara efektif dapat membantu menyelesaikan masalah yang

dihadapi dan mengembangkan potensi diri secara memadai.

c. Dapat membimbing orang lain, dengan demikian memiliki

kegunaan bagi masyarakat, baik yang ada di sekitarnya maupun

secara lebih luas lagi.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.

Faktor internal yaitu faktor yang berasal dalam diri manusia yang

mengandung kebenaran lebih objektif, pasti dan dapat dipercaya. Atas

faktor internal maka pengetahuan lahir sebagai metode, sistem dan

kebenaran yang bersifat khusus. Adapun faktor internal meliputi

motivasi, pendidikan, pengalaman, dan persepsi yang bersifat

bawaan. Faktor eksternal yaitu dorongan dari luar yang memerlukan

pengetahuan khusus dan pasti dalam mengelola sumber daya yang ada
11

sehingga dapat bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan hidup seperti

ekonomi, lingkungan, informasi, dan kebudayaan (Notoadmodjo,

2002; Suhartono, 2005).

Sebagian besar pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan

formal maupun nonformal. Sedangkan pendidikan sendiri dipengaruhi

oleh pengalaman, ekonomi, tersedianya fasilitas dan lingkungan yang

mendukung perkembangan pengetahuan individu. Sedangkan

pengalaman didukung oleh pengetahuan yang didapat dan diingat dari

kejadian sebelumnya. Jadi, semakin tinggi pendidikan seseorang maka

semakin tinggi pengetahuannya (Sudarmita, 2002).

6. Cara Pengukuran Pengetahuan.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subyek penelitian atau responden (Notoadmodjo, 2003).

Cara pengukuran pengetahuan dalam penelitian bisa

menggunakan angket, hasil dari jawaban dijumlah dan dikelompokkan,

biasanya dituliskan dalam prosentase yaitu Baik = 76-100 %; Cukup =

56-75 %; Kurang = 55 % (Arikunto, S. 2005).

Perawat sebagai petugas TB harus memiliki pengetahuan dan

kemampuan dalam mendeteksi penderita Tuberkulosisi (TB),

pengetahuan dan kemampuan tersebut seperti:


12

a. Tingkat pengetahuan perawat

1) Tuberkulosis (TB) paru

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculoses, sebagian

besar menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh

lainnya (Dinkes. 2010).

2) Gejala klinis pasien TB

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama

2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan

yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan

lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,

berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih

dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut dapat dijumpai pula pada

penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronchitis kronis,

asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di

Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke

sarana pelayanan kesehatan dengan gejala tersebut, dianggap

sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan

pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (Kepmenkes

No.364/MENKES/SK/V/2009).

b. Kemampuan praktis manajemen pengelolaan penderita TB paru

Manajemen selalu dibutuhkan untuk semua tipe kegiatan yang di

organisasi dan dalam semua tipe organisasi. Karena tanpa manajemen


13

semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit.

Dalam praktik, manajemen dibutuhkan di mana saja orang-orang

bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama.

Manajemen pengelolaan penderita TB paru meliputi :

Pemeriksaan Dahak Mikroskopis

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis,

menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi

penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakkan diagnosis

dilakukan dengan mengumpulkan 3 specimen dahak untuk

dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa

Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).

Specimen dahak tersebut yaitu :

1) S (sewaktu) : dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang

berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa

sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari

kedua.

2) P (pagi) : dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua,

segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri

kepada petugas di puskesmas.

3) S (sewaktu) : dahak dikumpulkan di puskesmas pada hari kedua

saat menyerahkan dahak pagi.


14

Diagnosis TB paru :

1) Semua suspek TB diperiksa 3 specimen dahak dalam waktu 2

hari, yaitu sewaktu- pagi-sewaktu (SPS).

2) Diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan

ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional,

penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis

merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto

toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai

penunjang diagnosis sepanjang sesuai indikasinya.

3) Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan

pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu

memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering

terjadi overdiagnosis.

4) Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu menunjukkan

aktifitas penyakit.

5) Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek

TB paru.
15

Alur diagnosis TB paru

Suspek TB Paru

Pemeriksaan dahak mikroskopis = Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS)

Hasil BTA Hasil BTA Hasil BTA


+ + + + - - _ _ _
+ + -

Antibiotik Non OAT

Tidak Ada
ada perbaika
perbaika n
n
Foto toraks dan Pemeriksaan dahak
pertimbangan dokter mikroskopis

Hasil BTA Hasil


+++ BTA
++- _ _ _
+--

Foto toraks dan


pertimbangan dokter

TB
BUKAN TB

Gambar.2.1 Alur diagnosis TB Paru


16

B. Konsep Case Notification Rate (CNR)

1. Pengertian Cas Notification Rate (CNR)

Case Notification Rate (CNR) atau angka yang menunjukkan jumlah

seluruh pasien TB yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk

di suatu wilayah. Angka CNR berguna untuk menunjukkan kecenderungan

peningkatan atau penurunan penemuan pasien TB disuatu wilayah.

Tinggi rendahnya angka CNR di suatu wilayah selain dipengaruhi oleh

upaya penemuan kasus (case finding) juga dipengaruhi oleh faktor-faktor

lain seperti kinerja sistem pencatatan dan pelaporan di wilayah tersebut,

jumlah Fasyandes yang terlibat layanan DOTS, dan banyaknya pasien TB

yang tidak terlaporkan oleh Fasyankes. (Pusat Data dan Informasi

Kemenkes 2015)

2. Cara menemukan penderita TB paru

Penderita tersangka dikatakan pasti menderita TB paru, apabila dalam

dahaknya terdapat kuman tahan asam (BTA positif) dengan pemeriksaan

mikroskopis.

Cara penemuan penderita antara lain ;

a. Penemuan pasif

Setiap pengunjung BP puskesmas harus dideteksi dan diseleksi,

biasanya 10% dari pasien umum BP mempunyai gejala batuk lebih dari 2

minggu, tetapi pasien tidak merasa sakit dan menolak untuk diperiksa

dahaknya. Petugas atau perawat harus berusaha agar tersangka faham

bahwa di Indonesia banyak kasus TB paru tersembunyi. Dari 10 suspek


17

penderita TB paru bila dideteksi dengan baik dan pemeriksaan dahak

yang baik akan dapat ditemukan satu BTA positif.

b. Penemuan secara aktif

Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan cakupan CNR yang

kurang. Kegiatan ini melibatkan peran serta kader dan tokoh masyarakat.

Pengumpulan dahak penderita dilakukan oleh petugas kesehatan atau

kader dan langsung mengantarkannya ke laboratorium Puskesmas. Selain

itu untuk meningkatkan cakupan CNR dan memutuskan penularan TB

paru dilakukan pemeriksaan dahak terhadap kontak pasien TB dengan

BTA positif.

3. Manfaat CNR

Manfaat CNR Puskesmas antara lain :

a. Mengetahui keberhasilan program penanggulangan TB Puskesmas.

b. Mengetahui gambaran keadaan di Wilayah Puskesmas yang memerlukan

tindak lanjut dalam penggulangan TB paru

c. Memutuskan rantai penularan penderita TB paru.

4. Faktor yang mempengaruhi pencapaian penemuan penderita (CNR)

Untuk meningkatkan CNR Puskesmas, ada beberapa faktor yang

mempengaruhi perawat atau petugas dalam pencapaian penemuan penderita

TB paru (Dinkes, 2010).


18

a. Motivasi

Motivasi mempengaruhi perawat dalam bekerja, terutama perawat

yang ada di puskesmas yang bukan koordinator TB Puskesmas. Terkadang

perawat yang bukan koordinator merasa bukan tanggungjawabnya.

b. Kesempatan

Kesempatan perawat dalam mendeteksi penderita TB paru akan

mempengaruhi cakupan penemuan penderita, bila perawat di BP

Puskesmas dalam melayani pengunjung cukup banyak atau jumlah

perawat tidak sebanding dengan jumlah kunjungan pasien, maka perawat

tidak memiliki kesempatan waktu yang cukup untuk mendeteksi

penderita TB paru dengan baik sesuai dengan alur diagnostik.

c. Insentif

Insentif merupakan sesuatu yang menjadikan perawat atau petugas

kesehatan lainnya lebih bersemangat dalam bekerja, terutama dalam

mendeteksi penderita TB paru. Dalam penemuan penderita secara aktif

membutuhkan dana untuk perawat, transport kader, tokoh masyarakat

dan petugas kesehatan lainnya yang sangat berpengaruh dalam

meningkatkan cakupan CNR Puskesmas.

Pengetahuan dalam teori merupakan komponen organisasi yang

penting dan berefek langsung dalam peningkatan kinerja (Yaslis, 2001).

Pengetahuan diperlukan untuk terbentuknya tindakan seseorang dalam

menghasilkan kinerja (Notoadmodjo, 2003). Berdasarkan teori dalam

penanggulangan penyakit tuberkulosis dinyatakan bahwa pengetahuan


19

perawat dalam mendeteksi TB paru berpengaruh langsung terhadap

pencapaian CNR (Depkes, 2010). Faktor yang berperan dalam

pencapaian cakupan CNR berasal dari dalam diri petugas, pengetahuan

yang baik akan memotivasi untuk meningkatkan kemampuan dalam

melakukan sesuatu lebih terarah dan efektif.

C. Kerangka Teori.

Kerangka teori memuat garis besar pemikiran teoritis yang akan menuntun

peneliti dalam melakukan penelitian dan menganalisa data, disajikan dalam

bentuk bagan (Notoadmodjo, 2005).

Kerangka teori dalam penelitian ini disajikan dalam gambar berikut ini :

1.Motivasi Tingkat
2.Kesempatan Pengetahuan
3.Insentif

Pencapaian
CNR

Kemampuan Praktis
Manajemen Pengelolaan
Penderita TB Paru

Gambar 2.2. Kerangka teori penelitian hubungan tingkat pengetahuan perawat


dalam mendeteksi penderita TB paru dengan pencapaian case
notification rate Puskesmas di Kabupaten Tegal (Notoadmodjo,
2005)
20

Motivasi sangat penting bagi perawat karena mempengaruhi perawat dalam

bekerja,selain itu, Kesempatan perawat dalam mendeteksi penderita TB paru

akan mempengaruhi cakupan penemuan penderita,dan perawat memerlukan

Insentif agar lebih bersemangat dalam bekerja, terutama dalam mendeteksi

penderita TB paru. Dari ketiga faktor tersebut harus di dukung dengan

pengetahuan yang tinggi dalam mendeteksi penderita TB paru ,dan juga

Kemampuan praktis manajemen pengelolaan penderita TB paru juga perlu TB

untuk bisa mencapai CDR. Karena tanpa manajemen semua usaha akan sia-sia

dan pencapaian tujuan akan lebih sulit.

Anda mungkin juga menyukai