Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan


penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman
rasa dan raba (Notoatmodjo, 2007)

b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo 2012, pengetahuan yang cukup didalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :
a. Tahu (Know)

Tahu artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari


sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.Oleh sebab itu,
“tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah.Kata kerja yang mengukur bahwa orang itu tahu tentang
apayang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan,
mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami dilakukan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan


secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar yang dilakukan
dengan menjelaskan, menyebutkan contoh, dan sebagainya.

7 STIKes Faletehan
8

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi


yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real
(sebenarnya).Aplikasi disini dapat diartikan sebagai
aplikasi/penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
kontek/situasi lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisi adalah kemampuan untuk menjabarkan materi/suatu objek ke


dalam komponen–komponen, tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk


meletakkan/menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru, dengan sintesis adalah kemampuan untuk
informasi-informasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini kaitannya dengan kemampuan untuk melakukan


justifikasi/penelitian terhadap suatu materi yang ingin diukur dari
subyek penelitian/responden.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi


pengetahuan seseorang, antara lain:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan luar sekolah dan berlangsung seumur

STIKes Faletehan
9

hidup. Pendidikan mempengaruhi prosesbelajar, makin tinggi


pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk informasi, baik dari orang lain maupun media massa. Semakin
banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang
didapat tentang kesehatan.

Pegetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana


diharapkan seseorang denganpendidikan tinggi, maka orang tersebut
akan semakin luas pula pengetahuan. Namun perlu ditekankan bahwa
seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak pengetahuan
rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di
pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan
non-formal.

Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua


aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang
akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu.
Semakin banyak aspek positif dari objek diketahui, akan
menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tertentu.

b. Media Massa atau Informasi


Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non-
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan.Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam
media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, sebagai bentuk
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan
kepercayaan orang lain. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas
pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi

STIKes Faletehan
10

sugesti yang dapat mengarahkan opini orang. Adanya informasi baru


mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan teradap hal tersebut.

c. Sosial Budaya dan Ekonomi


Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tetentu,
intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan
hampir tidak ada penurunan usia.

Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup:


1. Semakin tua semakin bijaksana, semakin informasi yang
dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga
menambah pengetahuannya.
2. Tidak dapat mengerjakan kepandaian baru kepada orang yang
sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun
mental. Dapat diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan
dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa
kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan
pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ
seseorang akan menurun cukup sejalan dengan bertambahnya
umur.

d. Pengukuran Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012) pengukuran pengetahuan dapat dilakukan


dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan
tingkatan domain.

STIKes Faletehan
11

Cara pengukuran pengetahuan dapat diukur dengan mengajukan


beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan objek tertentu, dengan
menggunakan rumus:
∑N

P = x 100

SK

Keterangan :
P : Aspek pengetahuan
∑N : Jawaban responden yang benar
SK : Jumlah seluruh pertanyaan
selanjutnya dimasukan pada kriteria objektif sebagai berikut :
Baik = 76 – 100 %
Cukup = 56 – 75%
Kurang = <55%

B. Sikap

1. Pengertian sikap
a. Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya
sendiri, orang lain, objek atau isu (Azwar dalam Wawan & Dewi, 2011).

b. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap sesuatu stimulus atau objek (Notoatmodjo dalamWawan &
Dewi, 2011).

c. Thomas & Znaniecki dalam Wawan & Dewi (2011) menegaskan bahwa
sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya kondisi internal psikologis
yang murni dari individu. Tetapi sikap lebih merupakan proses kesadaran
yang sifatnya individual.

STIKes Faletehan
12

i. Komponen sikap
Wawan & Dewi ( 2011) mengatakan bahwa ada 3 komponen yang
membentuk sikap yaitu :
a. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan
dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal–hal yang
berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap sikap.
b. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang
berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap.
Rasa senang merupakan hal yang positif sedangkan rasa tidak senang
merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukan arah sikap, yaitu
positif dan negatif.
c. Komponen konatif (komponen perilaku atau action component), yaitu
komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap
objek sikap. Komponen ini menunjukan intensitas sikap, yaitu menunjukan
besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang
terhadap objek sikap.

3. Tingkatan sikap
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo dalam Wawan &
Dewi, 2011) :
a. Menerima (Receiving)
b. Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (obyek).
c. Merespon (Responding)
d. Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah sesuatu indikasi sikap karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang
diberikan.Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu
menerima ide tersebut.

STIKes Faletehan
13

e. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga,
misalnya seseorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb).
f. Bertanggung Jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.

4. Sifat Sikap
Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Wawan & Dewi,
2011).
a.Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan obyek tertentu.
b.Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

5. Ciri – ciri Sikap


Ciri – ciri sikap menurut (Wawan & Dewi, 2011) :
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjangperkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya.
b. Sikap dapat berubah–ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat
berubah pada orang–orang bila terdapat keadaan–keadaan dan syarat–syarat
tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
c. Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentuterhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari
atauberubah senantiasa berkenaan dengan sesuatu objek tertentu yang
dapatdi rumuskan dengan jelas.
d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal–hal tersebut.

STIKes Faletehan
14

Sikap mempunyai segi–segi motivasi dan segi–segi perasaan, sifat alamiah yang
membedakan sikap dan kecakapan–kecakapan atau pengetahuan–pengatahuan
yang dimiliki orang.

6. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Sikap


Faktor–faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap antara lain
(Wawan& Dewi, 2011) :
a. Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah
meningkatkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk
apabila pengalaman pribadi tersebut menjadi dalam situasi yang melibatkan
faktor emosional.
b. PengaruhOrang Lain yang Dianggap Penting
Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau
searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
c. Pengaruh kebudayaan tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah.Karena kebudayaanlah yang
memberi corak pengalaman individi–individu masyarakat asuhannya.
d. Media massadalam pemberitahuan surat kabar maupun radio atau media
komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara
obyektif cenderung dipengarui oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh
terhadap sikap konsumennya.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama konsep moral dan ajaran dari
lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem
kepercayaan tidaklah mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut
mempengaruhi sikap.
f. Faktor emosional suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme ego.

STIKes Faletehan
15

7. Cara Pengukuran Sikap


Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang.
Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai
obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap mungkin berisiatau
mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya
bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap, pernyataan ini
disebutdengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap
mungkin pulaberisi hal-hal negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak
mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini
disebut dengan pernyataan yang tidak favourable. Skala sikap sedapat mungkin
diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan tidak favorable dalam
jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak
semua positif dantidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau
tidak mendukung sama sekali obyek sikap (Azwar dalam Wawan & Dewi
2011). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung.Secara langsungdapat ditanyakan bagaimana pendapat/pernyataan
responden terhadap suatu obyek.Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden
melalui kuesioner (Notoatmodjo dalam Wawan & Dewi, 2011).

8. Kriteria Tingkat Sikap


Menurut Arikunto dalam kutipan Siti Aspuah (2013), jika presentase jawaban
benar antara 76% - 100% termasuk kategori baik, 56% - 75% termasuk
ketegori cukup dan < 56% termasuk kategori kurang.

C. Bantuan Hidup Dasar (BHD)

Bantuan hidup dasar (BHD) adalah usaha yang dilakukan untuk


mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang
mengancam nyawa (Goiten,2008). Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan
bagian dari pengelolaan gawat darurat medis yang bertujuan untuk mencegah
berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (Frame,2003).

STIKes Faletehan
16

Menurut Hardisman (2014) karakteristik korban yang memerlukan BHD


adalah korban yang mengalami henti jantung dan henti nafas.
1. Henti Jantung
Dibedakan berdasarkan aktivitas listrik jantung (elektro kardio gram) dan
berdasarkan shockable dan nonshockable yaitu:
a. Nonshoc kable: asistol dan aktivitas elektrik tanpa nadi (pulseless
electrical activity, PEA).
b. Shoc kable: fibrilasi ventrikel (VF), dan takikardia ventrikel tanpa nadi
(pulseless VT). Fibrilasi ventrikel adalah masalah irama jantung
yang terjadi ketika irama jantung berdetak cepat dengan impuls listrik
yang tidak menentu. Pada VF terjadi depolarisasi dan repolarisasi yang
cepat dan tidak teratur dimana jantung kehilangan fungsi koordinasi
dan tidak dapat memompa darah secara efektif. Hal ini menyebabkan
ventrikel berkontraksisia-sia, bukannya memompa darah. Selama
fibrilasi ventrikel, tekanan darah menurun dan menghambat suplai
darah keorgan vital.

2. Henti Nafas
Henti nafas adalah berhentinya pernafasan spontan karena gangguan jalan
nafas baik parsial ataupun total karena gangguan pusat pernafasan.
a. Tujuan pemberian Bantuan Hidup Dasar
Tujuan Bantuan Hidup Dasar bagi perawat adalah memberikan bantuan
dengan cepat mempertahankan kehidupan pasien. Hasil penelitian
tentang tujuan Bantuan Hidup Dasar bagi perawat dalam menangani
pasien kecelakaan adalah memberikan bantuan dengan cepat
mempertahankan kehidupan pasien dengan dua kategori yaitu
mengoptimalkan kerja jantung dan membantu kelanjutan hidup pasien.
Tujuan bantuan hidup dasar untuk mengoptimalkan kerja jantung sesuai
dengan pernyataan dari Latief (2009) bahwa tujuan bantuan hidup
dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif pada organ vital
seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan

STIKes Faletehan
17

sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan


sendiri secara normal (Hutapea, 2012). Menyatakan bahwa tujuan
Bantuan hidup dasar terdiri dari beberapa cara sederhana yang dapat
membantu mempertahankan hidup seseorang untuk sementara.
Beberapa cara sederhana tersebut adalah bagaimana menguasai dan
membebaskan jalan nafas,bagaimana memberikan bantuan penafasan
dan bagaimana membantu mengalirkan darah ke tempat yang penting
dalam tubuh korban, sehingga pasokan oksigen keotak terjaga untuk
mencegah matinya sel otak.

b. Langkah-langkah Pemberian BHD


Menurut Frame (2003),ada beberapa tahapan yang harus dilakukan
yaitu tahap airway, breathing, circulation dan bledding,
disability,expose/environment. Tapi sebelum melakukan tahapan itu ada
beberapa prosedur yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah:
1) Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong.
Penolong harus memastikan bahwa tidak ada bahaya lain yang ada
disekitar korban yang dapat memperparah kondisi pasien.
2) Memastikan kesadarandari pasien dalam hal ini, penolong dapat
mengetahuinya dengan cara menyentuh atau menggoyangkan bahu
korban/pasien dengan lembut dan mantap untuk mencegah
pergerakkan yang berlebihan, sambil memanggil pasien.
3) Meminta pertolongan jika ternyata korban tidak memberikan respon
terhadap panggilan, segera minta bantuan dengan cara berteriak
minta tolong.
4) Memperbaiki posisi pasien. Tindakan BHD yang dilakukan dengan
memposisikan pasien dalam posisi terlentang dan berada pada
permukaan yang rata dan keras. Jika pasien ditemukan dalam posisi
miring atau tengkurap, penolong harus mengubah posisipasien ke
posisi terlentang. Penolong harus membalikkan pasien sebagai satu
kesatuan antara kepala, leherdan bahu digerakkan secara bersama-
sama. Jika posisi sudah terlentang, korban harus dipertahankan pada

STIKes Faletehan
18

posisi horizontal dengan alas tidur yang keras dan kedua tangan
diletakkan di samping tubuh.
5) Pengaturan posisi penolong. Posisi pasien harus dipastikan telah
dalam keadaan yang aman ketika penolong segera memposisikan
dirinya berlutut sejajar dengan bahu korban ketika akan memberikan
bantuan nafas dan sirkulasi.

Setelah melakukan kelima prosedur tersebut, berdasarkan AHA


(2015) dilakukan dengan urutan D-R-C-A-B dimana penanganan
sirkulasi menjadi fokus utama.
Adapun langkah-langkah pemberian BHD dimaksud adalah sebagai
berikut :
a) Danger
Menggunakan APD Alat Pelindung Diri, mengamankan diri sendiri
dan mengamankan korban dari bahaya lingkungan.
b) Respons
Mengecek respons atau kesedaran korban dengan memanggil,
berteriak dan menepuk-nepuk bahu korban.
c) Circulation dan Bleeding (Bantuan Sirkulasi dan Perdarahan)
Pada tahap C, penolong dapat memulai bantuan sirkulasi dengan
cara memastikan apakah pasien benar-benar kehilangan pompa
jantung dengan cara meraba denyut nadi karotis pasien, melihat
warna kulit pasien yaitu pucat atau tidak, merasakan apakah
temperatur korban dingin atau tidak, dan melihat capillary refill
time pasien tidak lebih dari 2 detik. Penolong harus melakukan
kompresi jantung bila korban menunjukkan hal-hal seperti disebut
di atas. Teknik untuk melakukan kompresi jantung adalah sebagai
berikut: penolong berlutut disisikorban kemudian menempatkan
satu tumit tangan di tengah dada korban/sternum. Tempatkan juga
tumit tangan lainnya diatas tangan lainnya. Jari-jari tangan
dipautkan dan memastikan tekanan tidak dilakukan diatas tulang
rusuk korban. Jaga lengan penolong tetap lurus. Jangan

STIKes Faletehan
19

menerapkan tekanan pada bagian atas perut atau bagian bawah


tulang sternum (tulang dada). Memposisikan diri secara vertical
diatas dada korban dan tekan ke bawah pada tulang dada minimal 5
cm tapi tidak melebihi 6 cm. Setelah kompresi dilakukan, lepaskan
semua tekanan pada dada tanpa kehilangan kontak antara tangan
penolong dan mengulang kompresi minimal 100 kali permenit.
Baik kompresi dan relaksasi harus memakai waktu yang sama.
Setelah 30 kali kompresi dada, dilanjutkan dengan melakukan
pemberian napas. Setelah hembusan pertama dilihat dada korban
turun sebagai udara keluar. Kemudian dilanjutkan kembali
kompresi dada dan pastikan tempatnya tepat diikuti dengan
pemberian napas dengan rasio 30:2. Tahap terminasi setelah
dilakukan kompresi dada adalah apabila terdapat tanda-tanda
kematian (bernapas dan sirkulasi darah berhenti secara
pasti/ireversibel, telah terbukti terjadi mati batang otak, pada kasus
darurat setelah dilakukan resuitasi selama 15-30 menit pasien tetap
tidak sadar dan bernapas spontan, serta pupil berdilatasi atau di
bawah pengaruh anestesi umum). Dan adanya asistol yang menetap
selama 10 menit atau lebih yang terlihat di monitor (Hardisman,
2014).
1) Penanganan perdarahan dilakukan dengan melihat tanda-tanda
kehilangan darah eksternal yang massif dan tekan langsung
daerah tersebut. Jika memungkinkan, naikkan daerah yang
mengalami perdarahan sampai di atas ketinggian jantung
(Kartikawati, 2011).
2) Penolong harus memberikan posisi pemulihan setelah tahap A,
B, dan C dilakukan dan pasien menunjukkan tanda-tanda
perbaikkan. Posisi pemulihan dilakukan dengan cara
memposisikan pasien dengan posisi lateral atau yang biasa
disebut dengan posisi miring (Frame, 2003).
d) Airway (jalan nafas)
Penilaian jalan napas dilakukan bersamaan dengan menstabilkan

STIKes Faletehan
20

leher. Tahan kepala dan leher pada posisi netral dengan tetap
mempertahankan leher dengan menggunakan sevicall collar dan
meletakkan pasienpada longspine board. Dengarkan suara spontan
yang menandakan pergerakan udara melalui pita suara. Jika tidak
ada suara, buka jalan napas pasien menggunakan chin-lift atau
manuver modifiedjaw-thrust. Periksa orofaring, jalan napas
mungkin terhalang sebagian atau sepenuhnya oleh cairan (darah,
saliva, muntahan) atau serpihan kecil seperti gigi, makanan, atau
bendaasing (Kartikawati, 2011).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam tahap airway diperoleh


tema tindakan perawat untuk mengontrol jalan nafas pasien dengan
kategori adalah membuka mulut pasien, melihat/inspeksi adanya
sumbatan, melakukan hisap cairan dan bersihkan jalan nafas.
Hasil penelitian tersebut mendukung penelitian dari Hutapea
(2012) bahwa pada tahap airway adalah membuka jalan napas.
Tindakan tersebut bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
sumbatan jalan napas oleh benda asing. Sumbatan berupa cairan
dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tentah yang dilapisi
sepasang kain, sedangkan sumbatan oleh bendakeras dapat
dikeluarkan dengan menggunakan jari telunjuk yang
dibengkokkan, dimana pasien harus dibuka mulutnya terlebih
dahulu.

Fathoni (2014) menyatakan bahwadalam tahapairway,padaorang


yang tidak sadar, tindakan pembukaan jalan nafas harus dilakukan.
Pada tahap airwayjuga harus melihat adanya sumbatan benda
asing, dan jika terdapatbendaasing makaharus dikeluarkan dengan
usapan jari. Bila terdapat sumbatan jalan napas karena benda cair
yang ditandai dengan terdengar suara tambahan berupa “gargling”,
maka harus dilakukan pengisapan (suctioning).
e) Breathing (Bantuan Nafas)

STIKes Faletehan
21

Munculnya masalah pernapasan pada pasien terjadi karena


kegagalan pertukaran udara, perfusi, atau sebagai akibat dari
kondisi serius pada status neurologis pasien. Untuk menilai
pernapasan, perhatikan proses respirasi spontan dan catat
kecepatan, kedalaman, serta usaha melakukannya. Periksa dada
untuk mengetahui penggunaan otot bantu pernapasan dan gerakan
naik turunnya dinding dada secara simetris saat respirasi. Lakukan
auskultasi suara pernapasan bila didapatkan adanya kondisi serius
dari pasien (Kartikawati, 2011).
Hasil penelitian pengetahuan perawat pada tahap breathing
diperolehtema tindakan perawat dalam pemberian bantuan
pernafasan dengan empat kategori yaitu mendengarkan suara nafas,
melihat pengembangan dada, menghitung respiration rate dan
diberikan oksigen.
Hasil penelitian ini mendukung pernyataan dari Kartikawati (2011)
bahwa munculnya masalah pernapasan pada pasien terjadi karena
kegagalan pertukaran udara, perfusi, atau sebagai akibat dari
kondisi serius pada status neurologis pasien. Untuk menilai
pernapasan, maka dilakukan perhitungan respiration ratedan catat
kecepatan, kedalaman, serta usaha melakukannya, halyang perlu
dilakukan adalah pemeriksaan dada untuk mengetahui penggunaan
otot bantu pernapasan dan gerakannaik turunnya dinding dada
secara simetris saat respirasi dan juga lakukan auskultasi suara
pernapasan bila didapatkan adanya kondisi serius dari pasien.
Tindakan perawat dalam pemberian bantuan pernafasan diperoleh
kategori bahwa pasien diberikan oksigen. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Kusnanto (2004) bahwa tindakan yang dilakukan
pada tahap breathing adalah pemberian oksigen.
f) Disability (Mengkaji Kerja Otak)
Tahap D adalah untuk melihat tingkat kesadaran pasien. Tahapan
ini memiliki hal yang biasa dikenal dengan istilah AVPU. Sebagai
tambahan, cek kondisi pupil, ukuran, kesamaan, dan reaksi

STIKes Faletehan
22

terhadap cahaya. Adanyapenurunan tingkat kesadaranakan


dilakukan pengkajian lebihlanjut. Mnemonic AVPU meliputi:
awake (sadar), verbal (berespon terhadap suara), pain (berespon
terhadap rangsangan nyeri), dan unresponsive (tidak berespon)
(Kartikawati, 2011 ).
g) Exposure / Environment Control (Pemaparan dan Kontrol)
1) Eksposure
Lepas semua pakaian secara cepat untuk memeriksa cedera,
perdarahan, atau keanehan lainnya. Perhatikan kondisi pasien
secara umum, catat kondisi tubuh, atau adanya bau zat kimia
seperti alkohol, bahan bakar, atau urin.
2) Environment Control
Pasien harus dilindungi dari hipotermia. Hipotermia penting
karena ada kaitannya dengan vasokontriksi pembuluh darah
dan koagulopati. Pertahan kanatau kembalikan suhu normal
tubuh dengan mengeringkan pasien dangunakan lampu
pemanas, selimut, pelindung kepala, sistem penghangat udara,
dan berikan cairan IV hangat (Kartikawati, 2011).
Hasil penelitian dalam tahap circulation dan bleeding
dihasilkan tema tindakan perawat dalam menghentikan
perdarahan dengan kategori cek detak jantung, kolaborasi
pemberian obat-obatan, menghentikan perdarahan dan
mengatur posisi pasien. Tindakan perawat dalam menghentikan
perdarahan dimulai dengan cek detak jantung. Hasil ini sesuai
dengan pernyataan dari Frame (2003) bahwa pada tahap
circulation dan bleeding maka penolong dapat memulai
bantuan sirkulasi dengan cara meraba denyut nadi karotis
korban.

Tindakan perawat dalam menghentikan perdarahan adalah


melakukan kolaborasi pemberianobat-obatan. Hasil ini sesuai
dengan pernyataan dariFrame (2003) bahwa pada tahap

STIKes Faletehan
23

circulation adalah penolong meminta bantuan dari tim medis


atau tim ahli untuk memberikan obat-obatan dalam rangka
menghentikan perdarahan pasien.

Tindakan perawat dalam menghentikan perdarahan adalah


dengan melakukan penghentian perdarahan. Hasil penelitian
inisesuai dengan pernyataan dari Frame (2003) bahwa
penanganan perdarahan dilakukan dengan cara menekan
perdarahan secara langsung atau menekan daerah sekitar
perdarahan dan mengangkat bagian tubuh yang mengalami
perdarahan agar lebih tinggi dari bagian tubuh yang lain, karena
jika perdarahan tidak segera dihentikan atau ditangani maka
sirkulasi korban akan menurun secara dramatis dan potensial
kematian korban akan meningkat.

Tindakan perawat dalam menghentikan perdarahan adalah


mengatur posisi pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Frame (2003) bahwa penolong harus memberikan posisi
pemulihan setelah tahap airway dan breathing dan circulation
dilakukan dan korban menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
Posisi pemulihan dilakukan dengan cara memposisikan korban
dalam posisi lateral atau yang biasa disebut dengan posisi
miring.
3) Pemeriksaan kesadaran
Hasil penelitian pada tahap disability yang dilakukan oleh
perawat dalam pemberian bantuan hidup dasar pada pasien
kecelakaan diperoleh tema tindakan perawat dalam merangsang
kesadaran pasien dengan kategori mengaji GCS (Gaslow Coma
Scale).

Tindakan perawat untuk mengkaji GCS sesuai dengan


pernyataan dari Darwis (2005) bahwa GCS adalah sistem

STIKes Faletehan
24

scoring yang sederhana dan dapat meramal outcome dari


penderita yang berfungsi untuk mengukur derajat keparahan
berdasarkan tingkat kesadaran cedera otak sedangkan
merangsang pupil pada pasien berfungsi untuk mengetahui ada
tidaknya perubahan pada pupil. Hal ini juga sesuai dengan
pernyataan dari Kartikawati (2011) bahwa tahap disability
adalah untuk melihat tingkat kesadaran pasien.
4) Mengontrol Kondisi Tubuh Pasien
Hasil penelitian pada pemeriksaan seluruh penderita diperoleh
kategori mengaji kondisi fisik pasien, hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Kartikawati (2011) bahwa pada tahap expose
maka kegiatan yang perlu dilakukan oleh perawat adalah lepas
semua pakaian secara cepat untuk memeriksa cedera,
perdarahan, atau keanehan lainnya, memperhatikan kondisi
pasien secara umum, catat kondisi tubuh, atau adanya bau zat
kimia seperti alkohol, bahan bakar, atau urin.

Hasil penelitian pada pemeriksaan seluruh penderita diperoleh


kategori menjaga suhu tubuh pasien, hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Kartikawati (2011) bahwa pada tahap
environment control maka perawat harus melindungi pasien
dari hipotermia. Hipotermia penting karena ada kaitannya
dengan vasokontriksi pembuluh darah dan koagulopati.
Pertahankan atau kembalikan suhu normal tubuh dengan
mengeringkan pasien dan gunakan lampu pemanas, selimut,
pelindung kepala,sistem penghangat udara,dan berikan cairan
hangat.

Hasil penelitian pada pemeriksaan seluruh penderita diperoleh


kategori melakukan inspeksi posterior tubuh. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari Frame (2003) bahwa pada tahap expose
maka perawat membuka pakaian yang dikenakan korban untuk

STIKes Faletehan
25

mengetahui apakah ada jejas, luka ataupun trauma yang dialami


korban. Pelepasan pakaian korban bukan semata-mata untuk
melihat apakah ada trauma, tetapi juga untuk menghindarkan
pasien dari hipotermi.

D. Sejarah Singkat PT. Marga Mandalasakti

PT. MMS merupakan salah satu perusahaan pengelola jalan tol yang didirikan
pada tanggal 04 Oktober 1989 yang merupakan salah satu dalam group Astra
Internasional dengan pemegang saham terbesar yaitu PT. Astratel Nusantara.
Ruas jalan tol ini semula hanya mencapai panjang ± 46 kilometer yaitu dari
gerbang tol Tangerang Barat sampai gerbang tol Serang Timur yang
merupakan awal dimulainya penyelenggaraan jalan tol di ruas ini yaitu pada
tahun 1994. Sehingga hampir 2/3 karyawan operasionalnya menggunakan
tenaga bantuan dari PT. Jasa Marga Tbk.

Namun dalam perkembangan pembangunannya pada tahun 1996 jalan tol ini
mencapai panjang ± 72,5 kilometer sehingga sampai saat ini jumlah tenaga
karyawan pada perusahaan ini sebanyak 634 orang yang keseluruhan
merupakan karyawan PT. MMS meliputi karyawan organik, karyawan kontrak
dan honorer (ditangani Koperasi Karyawan PT. MMS yang membentuk
perusahaan outsounching yaitu PT. Marga Solusi Prima).

Perusahaan ini berkantor pusat di perkantoran Pinangsia Office Park, Block C


No. 65-68, Karawaci, Tangerang, Propinsi Banten. Sedangkan untuk kantor
cabang demi keperluan operasional ditempatkan di Toll Plaza Ciujung,
Kragilan, Serang – Banten.

Salah satu Departeman di PT. MMS yang sangat berperan penting dalam
pelaksanaan BHD penanganan korban kecelakaan kepada pengguna jalan
khususnya penanganan pada korban kecelakaan lalu lintas adalah Departemen
Pelayanan Lalu Lintas & Informasi Operasional. Departemen ini membawahi
karyawan yang memiliki tugas penanganan langsung kepada customer

STIKes Faletehan
26

(pengguna jalan) khususnya pengguna jalan yang mengalami kecelakaan lalu


lintas di jalan tol Tangerang – Merak.

Penulis melakukan penelitian pada departemen ini dengan pertimbangan


bahwa Pengetahuan dan SikapPetugas terhadap penanganan BHDyang
diberikan oleh pegawainya dapat memberikan dampak secara langsung kepada
customer perusahaan khususnya pengguna jalan yang mengalami gangguan
dan kecelakaan lalu lintas di jalan tol Tangerang - Merak. Dengan demikian,
maka penelitian yang penulis lakukan bisa mendapatkan hasil yang lebih
akurat.

STIKes Faletehan

Anda mungkin juga menyukai