Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

FENOMENA KASUS PADA PASIEN DENGAN SNH

TANGGAL 23 – 28 JULI 2018 DI RUANG ALAMANDA

RSU TUGUREJO

Disusun oleh:

PASKALIS BRUNO

NIM. P1337420817005

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TERAPAN KESEHATAN

PRODI KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah infark miokard

dan kanker serta penyebab kecacatan nomor satu diseluruh dunia. Dampak

stroke tidak hanya dirasakan oleh penderita, namun juga oleh keluarga dan

masyarakat disekitarnya. Stroke merupakan hilangnya fungsi dari otak secara

mendadak karena blokade atau ruptur dari pembuluh darah otak.

Penelitian mengenai stroke menunjukkan kejadian terus meningkat di

berbagai negara berkembang, termasuk Indonesia (Endriyani, dkk., 2011; Halim

dkk., 2013). Menurut WHO, sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah terjangkit

stroke tahun 2011. Dari jumlah tersebut 5,5 juta jiwa telah meninggal dunia.

Diperkirakan jumlah stroke iskemik terjadi 85% dari jumlah stroke yang ada.

Penyakit darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di

dunia. Di Indonesia Prevalensi stroke mencapai 8,3 per 1000 penduduk, 60,7

persennya disebabkan oleh stroke non hemoragik. Sebanyak 28,5 % penderita

meninggal dunia dan sisanya mengalami kelumpuhan total atau sebagian. Hanya

15 % saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke atau kecacatan

(Nasution, 2013; Halim dkk., 2013). Dinas Kesehatan Jawa Tengah

menunjukkan bahwa pravalensi stroke non hemoragik di Jawa Tengah tahun

2014 adalah 0,05% lebih tinggi dibandingkan dengan angka tahun 2013 sebesar

0,03%.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013,

prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar

tujuh per mil dan yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan (nakes) atau gejala
sebesar 12,1 per mil. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah

terdiagnosis oleh nakes. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes

tertinggi di Sulawesi Utara (10,8%), diikuti DI Yogyakarta (10,3%), Bangka

Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil sedangkan Sumatera

Barat 7,4 per mil. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes dan gejala

tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9%), DI Yogyakarta (16,9%),

Sulawesi Tengah (16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil sedangkan

Sumatera Barat sebesar 12,2 per mil.

Stroke non hemoragik dapat didahului oleh oleh banyak faktor

pencetus dan sering kali berhubungan dengan penyakit kronis yang

menyebabkan masalah penyakit vaskular seperti penyakit jantung, hipertensi,

diabetes, obesitas, kolesterol, merokok, dan stres. Pada kenyataannya, banyak

klien yang datang ke rumah sakit dalam keadaan kesadaran yang sudah jauh

menurun dan stroke merupakan penyakit yang memerlukan perawatan dan

penanganan yang cukup lama. Oleh karena itu peran perawat sangat penting

dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik,

serta diharapkan tidak hanya fokus terhadap keadaan fisiknya saja tetapi juga

psikologis penderita.

Penyakit stroke diakibatkan oleh berbagai macam faktor risiko,

diantaranya ada faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti umur, jenis

kelamin, berat lahir rendah, ras, faktor keturunan dan kelainan pembuluh

darah bawaan. Risiko terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setelah

usia 50 tahun, setiap penambahan usia tiga tahun meningkatkan risiko stroke

sebesar 11-20%. Orang berusia lebih dari 65 tahun memiliki risiko paling

tinggi, walaupun hampir 25% dari semua stroke terjadi sebelum usia tersebut,
dan hampir 4% terjadi pada orang berusia antara 15 dan 40 tahun (Feigin,

2004).

Menurut penelitian Badan Pusat Statistik [BPS] pada tahun 2013,

prevalensi penyakit stroke pada kelompok yang didiagnosis oleh nakes gejala

meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada umur ≥75 tahun

yaitu, laki-laki sebanyak 43,1% dan perempuan sebanyak 67,0%.

Melihat dampak dan kompleksnya dari penyakit stroke non

haemoragik sehingga penulis tertarik mengambil kasus ini sebagai kasus

pengelolaan dalam penyusunan tugas praktek keperawatan lanjutan.

II. Tujuan Umum


Memberikan gambaran yang sistimatik dan menyeluruh tentang suatu analisis
dari praktik keperawatan internal khususnya sistem neurologi dengan
diagnosa stroke non hemoragik di Rumah Sakit Tugurejo.
III. Tujuan Khusus
a. Memberikan asuhan keperawatan internal pada pasien yang
mengalami gangguan pada sistem neurologi.
b. Mampu menganalisis serta melekukan penerapan tindakan
keperawatan yang berbasis pembuktian ilmia terkait intervensi
keperawatan.
BAB II
FENOMENA KELOLAAN

A. Klien
I. Pengkajian
a. Data Umum
1) Nama Inisial Klien : NY.S
2) Umur : 58 tahun
3) Alamat : Dukuh Kedung pari Rt/RW 01/II
4) Agama : Islam
5) Tanggal MRS : 22 – 07 – 2018 jam 23.07
6) No. Rekam Medis : 194627
7) Diagnosa Medis : SNH/ TIA
8) Bangsal : Alamanda
b. Pengkajian 13 Domain Nanda
1) Health Promotion
a) Kesehatan Umum
Alasan masuk rumah sakit :
Sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh lemah
anggota ektremitas bagian kiri dan rasa seperti kesemuatan ,semakin
lama semakin berat maka anaknya memutuskan untuk membawah ke
rumah sakit untuk mendapat perawatan dan pengobatan yang lebih
lanjut.
 Tekanan darah : 225/115 Mmhg
 Nadi : 84x/menit
 Respirasi : 22x/menit
 Suhu : 36,8 c
b) Riwayat Masa Lalu (penyakit,kecelakaan dll)
Pasien mempunyai riwayat penyakit hiperetensi dan cholesterol
sejak 4 tahun yang lalu.

c) Riwayat Pengobatan
Pasien mengatakan selama sakit pasien berobat dipuskesmas dan
mendapatkan obat tekanan darah tinggi,namun pasien tidak minum
secara teratur bila ada keluhan baru minum obat.
d) Kemampuan Mengontrol Kesehatan
 Yang dilakukan bila sakitpasien kalau sakit pergi berobat ke
puskesmas terdekat kadang – kadang ke dokter.
 Pola hidup (konsumsi/alcohol/olaraga,dll)
Pasien tidak pernah mengkonsumsi minumana beralkohol.
e) Factor Sosial Ekonomi
Pasien mengatakan penghasilan tidak menentu,kerena beliau hidup
sendiri kerena di tinggalakan suami sejak beberapa tahun yang lalu.
f) Pengobatan Sekarang:
No Nama obat Dosis Kandungan manfaat

1 Infus Rl Komposisi Ringer Lakat


terdiri dari
bekerja sebagai
cairan
elektrolit sumber air dan
(mEq/L), yaitu
elektrolit tubuh
:Na+ =130 K+
= 4 Cl- =108.7 serta untuk
Laktat = 28
meningkatkan
Ca++ = 2.7
diuresis penambah
cairan
kencing).atau
memberi pasien
ion bikarbonat dan
sebagai cairan
asidosi metabolik
dan sebagai
resuisitasi

2 Kcl 12,5 mg Potasium fungsi untuk


clorida mengobati atau
mencegah jumlah
kalium yang
rendah dalam
darah

3 Catapres 1 ampul clonidine pengobatan


hydrocloride hipertensi baik
75mcg tunggal maupun
kombinasi dengan
obat hipertensi
yang lain

4 Hct 25 mg mengandung Menurunkan


(po) Clonidine tekanan darah
Hydrochloride
5 amlodipin 10 mg
(po)
6 Citicolin 500 mg Tiap Ml Kehilangan
mengandung kesadaran akibat
citicolin (CDP- kerusakan
choline125mg) otak,trauma kepala
atau operasi otak
dan serebral
infrak.percepatan
rehabilitasi
ekstremitas atas
pada pasien pasca
hemiplegi
apopletik.

2) Nutrition
a) Antropometri
 BB biasanya : 70 kg
 BB sekarang : 75 kg
 Tinggi badan : 168 cm
 Lingkar perut : -
 Lingkar kepala : -
 Lingkar dada : -
 Lingkar lengan atas : -
 IMT : 22,32
b) Biochemical (data Laboratorium yang abnormal)
Hasil laboratorium terlampir di belakang
c) Clinical
 Rambut warna hitam,bersih
 Konjungtiva tidak anemis
 Mukosa bibir lembab
 Turgor kulit kering
d) Diet
 Nafsu makan pasien baik
 Jenis diet nasi tinggi kalori,rendah garam
 Frekuensi makan 3x sehari
e) Energi
 Kemampuan klien beraktivitas masih bisa dilakukan sendiri
kadang – kadang dibantu oleh anaknya.
f) Faktor
Kemampuan menelan baik
 Kemampuan mengunyah baik
g) Penilaian status gizi,pasien gemuk dan status gisinya baik
h) Pola asupan cairan
Pasien sebelum sakit asupan cairan dalam 24 jam adalah sekitar
2000 cc,sesudah sakit pasien hanya bisa mengkonsumsi asupan
cairan 1600 cc dalam 24 jam
i) Cairan masuk
Cairan masuk lewat cairan parenreal makan dan minuman totalnya
2500 cc
j) Cairan keluar
Cairan yang keluar lewat urine dalam 24 jam sekitar 2000 cc
k) Penilaian status cairan (Balance cairan)
Balance cairan 500 cc
l) Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi : tak tampak asites,perut membesar
 Auskultasi : peristaltik usus +, bising usus 15 x/menit
 Palpasi : tidak ada pembesaran pada hepar dan tidak ada nyeri
tekan
 Perkusi : bunyi pekak pada perut
3) Elimination
a) System Urinary
 Pola pembuangan urine
Sebelum sakit pasien mengatakan BAK 5- 7 x / hari,setelah sakit
BAK lebih sering 8 – 9x/hari,tidak nyeri setelah BAK,warnanya
kuning jernih.
 Riwayat kelainan kandung kemih
Tidak ada kelainan kandung kemih
 Distensi kandung kemih
Tidak ada distensi kandung kemih
b) System Gastrointestinal
 Pola eliminasi
Kebiasaan BAB sehari sekali pada waktu pagi hari
 Konstipasi dan factor penyebab konstipasi
Tidak ada konstipasi
c) System Integumen
Turgor kulit baik,warna kulit sawo matang,suhu : 36,8c
4) Activity/Rest
a) Istirahat tidur
 Jam tidur : sebelum sakit pasien tidur paling kurang 5 jam dalam
sehari,setelah sakit pasien tidur lebih dari 7 jam dalam sehari.
 Insomnia : tidak ada gangguan tidur
 Pertolongan untuk merangsang tidur : tidak di kaji kerena pasien
tidak mengalami gangguan tidur
b) Aktivitas
 Pekerjaan : tidur di tempat tidur
 Olahraga : tidur di tempat tidur
 ADL makan : masih di bantu oleh keluarga
 Toileting : masih di bantu oleh keluarga
 Kebersihan : masih di bantu oleh keluarga
 Berpakaian : masih di bantu oleh keluarga
 Bantuan ADL : masih di bantu oleh keluarga
 Kekuatan otot : rasa berat dan lemah pada anggota gerak
 sebelah kiri adalah 5 4
5 4
Terpasangnya infus Rl drip kcl 20 tts/menit
 ROM :
 Resiko untuk cedera : ada resiko untuk cedera
c) Cardio respons
 Penyakit jantung : tidak ada riwayat penyakit jantung
 Edema ekstremitas : tidak ada edema ektremitas
 Tekanan darah dan nadi saat duduk : -
 Tekanan darah dan nadi saat baring : 225/115 mmhg
 Tekanan vena jugularis : -
 Pemeriksaan jantung
 Inspeksi : dada simetris
 Palpasi : tidak adanya nyeri tekan
 Perkusi : pekek
 Auskultasi : tidak ada suara jantung tambahan
d) Pulmonary respon
 Penyakit system nafas : tidak ada riwayat sakit sistim pernapasan
yang berat hanya batuk pilek biasa dan membaik bila sudah
minum obat.
 Penggunaan 02 : pasien tidak menggunakan alat bantu pernapasan
 Kemampuan bernafas : pasien bernapas secara spontan
 Gangguan pernafasan : tidak ada gangguan pada pernapasan
 Pemeriksaan paruparu
 Inspeksi : tidak tampak ada retraksi otot pernapasan
 Palpasi : taktil fremitus tidak bisa di nilai
 Perkusi : pekak
 Auskultasi : suara napas ronchi
5) Perception/Cognition
a) Orientasi/kognisi
 Tingkat pendidikan : SMU
 Kurang pengetahuan : pasien tahu tentang penyakitnya
 Pengetahuan tentang penyakit : pasien tahu tentang penyakit yang
dideritanya sekarang.
 Orientasi (waktu, tempat, orang) : tidak ada kelainan terhadap
orentasi baik waktu, tempat dan orang.
b) Sensasi/persepsi
 Riwayat penyakit jantung : pasien tidak perna menderita penyakit
jantung.
 Sakit kepala : pasien kelihatan semangat dan tetap ingin cepat
sembuh dan pulang kerumah
 Penggunaan alat bantu : pasien tidak menggunakan alat bantu
 Penginderaan : tidak ada kelainan pada sistem pendengaran
c) Communication
 Bahasa yang digunakan – kadang : pasien menggunakan bahasa
indonesia kadang – kadang pakai bahasa jawa.
 Kesulitan berkomunikasi : tidak ada kesilitan dalam
berkomunikasi.
6) Self Perception
a) Self-concept/self-esteem
 Perasaan cemas/takut : pasien tidak takut terhadap sakitnya hanya
perasaan cemas terhadap anak – anaknya yang belum bekerja.
 Perasaan putus asa kehilangan : pasien tetap semangat dan
berkeinginan cepat sembuh
 Keinginan untuk mencederai : pasien tidak ada keinginan untuk
mencederai dirinya.
 Adanya luka/cacat : tidak ada cacat ada luka pada diri
pasien,hanya terpasang infus pada tangan kiri.
7) Role Relationship
a) Peranan hubungan
 Status hubungan : sebagai seorang ibu
 Orang terdekat : anak – anak kandungnya serta keluarganya
 Perubahan konflik/peran : pasien sebagai ibu rumah tangga
sekaligus kepala keluarga kerena sudah lama suaminya berpisah
dengan mereka.
 Perubahan gaya hidup : tidak ada perubahan dalam gaya hidup
 Interaksi dengan orang lain : pasien tetap berinteraksi dengan
anak – anaknya maupun pasien di sekitarnya.
8) Sexuality
a) Identitas seksual
 Masalah/disfungsi seksual : -
 Periode menstruasi : -
 Metode KB yang digunakan : -
 Pemeriksaan sadari : -
 Pemeriksaan papsmear: -
9) Coping/Stress Tolerance
a) Coping respon
 Rasa sedih/takut/cemas : pasien ingin segera pulang
 Kemampuan untuk mengatasi : pasien mengatakan tetap
semangat walaupun dirinya sakit.
 Prilaku yang menampakkan kecemasan : pasien sering
menanyakan tekanan darahnya apabila perawat melakukan
pengukuran tekan darah.
10) Life Principles
a) Nilai kepercayaan
 Kegiatan keagamaan yang diikuti : sebelum sakit pasien selalu
ikut mengaji dan kegiatan arisan lainnya.
 Kemampuan untuk berpartisipasi : ikut arisan bersama dan
beribadah.
 Kegiatan kebudayaan : -
 Kemampuan memecahkan masalah : selalu mendiskusikan
dengan anak – anaknya bila ada masalah.
11) Safety/Protection
a) Alergi : tidak ada riwayat alergi
b) Penyakit autoimun : -
c) Tanda infeksi :-
d) Gangguan thermoregulasi : -
e) Gangguan /resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi,
disfungsi neurovaskuler, peripheral, kondisi hipertensi, perdarahan,
hipoglikemia, syndrome disuse, gaya hidup yang tetap : tidak ada
resiko jatuh
12) Comfort
a) Kenyamanan/nyeri : pasien mengatakan kaki dan tangan kiri berat
dan kesemutan serta tersa berat,badan terasa pegal dan nyeri.
 Provokes(yang menimbulkan nyeri) : pasien tidak tau
 Quality(bagaimana kualitasnya) : seperti diramas
 Regio(dimana letaknya) : diseluruh badan
 Scala(berapa skalanya) : 2
 Time(waktu) : sesewaktu dan hilang timbul
b) Rasa tidak nyaman lainnya : -
c) Gejala yang menyertai : -
13) Growth/Development
Pertumbuhan dan perkembangan : -
c. Catatan Perkembangan
Keadaan Umum

Jam 09.30

TD 177/98
Nadi 94
TTV
RR 22
Suhu 36,3
Eye 4
GCS Motorik 6
Verbal 5

Data penghitungan balance cairan


Hari / Tanggal : 23 juli 2018

Input :

 Minum : 1800 ml (normal : 2000 ml/hari)


 Makan : 200 ml (normal : 300 ml/hari)
 Infus : 1000 ml (amati saat pengkajian)
 Metabolisme : 275(normal : 5ml/kg/hari)
 Total : 3275 ml

Output

 Urine : 1500 (normal 0,5 – 1 ml/kgBB/jam)


 Feses : 100 (normal 100 ml/hari)
 Keringat : 100 ( normal 100 ml/hari)
 IWL : 1375 (normal 25ml x kgBB/jam )
 Total : 3075

Balance : 3275 - 3075

(input – output) =200 ml

d. Data Laboratorium dan Penunjang lain


Tanggal Jenis Hasil Harga Satuan Interpretasi
Jam Pemeriksaan Pemeriksaan Normal
22/07/2018 Leukosit 6.48 3.6 – 11.0 10˄3/ul
23.10
Eritrosit 4.8 3.8 – 5.2 10˄6/ul

Hb 13.9 11,7 - 15 g/dl

Heamatrokit 41.60 35 – 47 %

GDS 110 ≤ 125 Mg/dl

Ureum 44.1 10.0 – Mg/dl


50.0
Creatinin 1.41 0.60 – Mg/dl Meningkat
0.90
Kalium 2.72 3.5 – 5.0 Menurun

Natrium 144.2 135 - 145

Chlorida 99.0 95.0 - 105

Hasil Rontgen : -

e. DAFTAR MASALAH
No Tannggal Data Fokus Masalah Keperawatan Tanggal TTD
Jam Teratasi Perawat

1 23/07/2018 Ds : pasien Perubahan perfusi


09.30 Mengeluh jaringan serebral
pusing dan berhubungan dengan
kepala sakit gangguan aliran darah
otak kerena sumbatan
DO : - kesadaran
pasien
komposmentis

- T.225/115
mmhg

- Nadi
:104x/menit

- suhu : 36.8 c

- RR : 22
x/menit

- kelemahan
ektremitas kiri
2 23/07/2018 DS : pasien Gangguan mobilitas fisik
09.30 mengatakan kaki dan Berhubungan dengan :
tangan kirinya terasa Penurunan kekuatan otot
berat dan susah di
gerakan
DO:
 Kesulitan saat
bolak balikan
badan
 Aktivitas ADL
masih di bantu
keluarga
 Perubahan saat
berjalan
 Tremor saat
bergerak

3 23/07/2018 Ds: - badan terasa Nyeri akut berhubunganP


09.30 pegal , kaki dengan agen injuri (fisik
dan tangan kiri dan psikologis)
terasa berat dan
kesemutan
- Kepala sakit
dan pusing
Do : - serng
memegang
kepala sering
memegang
kepala

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH

1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah


arteri otak kerena sumbatan
2. Gangguan mobilitas fisik Berhubungan dengan Penurunan kekuatan otot
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (fisik dan psikologis)
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
N Tanggal Diagnosa keperawatan Nursing outcome classificatio (NOC) Nursing outcome classificatio (NOC)
O / Jam
1 23/07/20 Perubahan perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningakatan perfusi serebral :
18 serebral berhubungan selama 2 x 24 jam di harapkan perfusi
1. Kaji kesadaran pasien setiap pergantian dinas
dengan aliran darah arteri jaringan serebral efektif dengan kriteria
09.30 2. Monitor tanda – tanda vital setiap pergantian dians
otak kerena sumbatan hasil :
3. Anjurkan untuk menghindari aktifitas yang bisa
 Tidak ada tanda – tanda menyebabkan peningkatan TIK (mengejan)
peningkatan tekanan intra kranial 4. Manajemen pengobatan sesuai dengan advis dokter
(pusing,mual,munta) :
 Inj.citicolin 500 mg
 Catapres sp 1 ampul/12 jam
 Infus Rl drip vit.B12.. 20 tpm
5. Managemen pengobatan non farmakologis:
 Akupresure

2 23/07/20 Gangguan mobilitas fisik Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
18  Mobility level  Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan
Berhubungan dengan :
Penurunan kekuatan otot  Self care : ADLs lihat respon pasien saat latihan
 Transfer performance  Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ambulasi sesuai dengan kebutuhan
selam 2x 24 jam gangguan mobilitas fisik  Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
teratasi dengan kriteria hasil: berjalan dan cegah terhadap cedera
 Klien meningkat dalam aktivitas fisik  Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi
 Mengerti tujuan dari peningkatan
mobilitas.  Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
 Memverbalisasikan perasaan dalam  Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL
meningkatkan kekuatan dan secara mandiri sesuai kemampuan
kemampuan berpindah.  Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan
 Memperagakan penggunaan alat Bantu bantu penuhi kebutuhan ADL.
untuk mobilisasi (walker  Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
 Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan
berikan bantuan jika diperlukan
3 23/07/20 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Management nyeri
18 dengan agen injuri (fisik keperawatan selama 2x 24 jam pasien
 Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif
dan psikologis) tidak terjadi nyeri akut dengan kriteria
(lokasi,karakteristik,kualitas dan derajat nyeri)
hasil :
 Observasi reaksi non verbal dari ketidak
 Mampu mengontrol nyeri nyamanan
 Melaporkan bahwa nyeri  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
berkurang nyeri
 Mampu mengenali nyeri  ajarkan teknik Non farmakologi
(skala,intesitas,frekuensi (relaksasi,distraksi dan masase )
dan tanda nyeri)  cek riwayat alergi
 Menyatakan setara  monitor vital sign
nyaman bahwa nyeri Management obat:
berkuran  kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat analgesik.
 Evaluasi efektifitas analgesik,tanda – tanda
gelaja.
IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN
Tanggal No
Dx.
/jam Tindakan keperawatan Respon Ttd.
Kep
23/07/2018 1  Memonitor kesadaran pasien Pasien kesadarannya komposmentis
09.40
09.45  Memonitor tanda – tanda vital T : 195/100 mmhg
N :104x/menit
Sh : 36,3 c
RR : 20 x/menit
10.00 1  Menganjurkan pasien untuk Pasien tahu dan paham akan akibatnya.
menghindari mengejan
10.30 1  Memonitor pemberian catapres 1 Obat catapres belum habis kerena makai syring pump
ampul dalam 12 jam memakai syring
pump
10.45 2  Monitoring vital sign sebelum/sesudah Pasien sudah bisa mengerakan kaki dan tangan bagian kiri
latihan dan lihat respon pasien saat walaupun belum maksimal.
latihan Control. Tensi: 185/90 mmhg

12.00 1  Monitor vital sign T :177/97 mmhg


N : 112 x/menit
RR : 20x/menit
Sh : 36,5
13.00 2  Memonitor pemberian catapres Obat catapres belum selesai

2  Melakukan pijit pada daerah tengkuk Diharapkan dengan melakuakan pijit daerah tengkuk tekan
/masses selama 10 menit darah bisa turun. Pasien tenang
24/07/2018 1  tanda - tanda vital pasien T : 175/100 mmhg
09.00 N :100x/menit
Sh : 36,3 c
RR : 20 x/menit
09.30 2  latihan rentang gerak Pasien sudah bisa mengangkat kaki dan tangan sebelah kiri
secara maksimal
2  mengajarkan pasien bagaimana cara Pasien bisa melakukan miring kiri dan kanan,kadang bangun
merubah posisi sendiri tapi dalam pengawasan petugas
10.30 1  mengkajia kesadaran pasien Kesadaran compos mentis,orentasi orang,ruangan dan lain lain
baik.
11.00 1  melakukan messase di daerah Pasien merasa nyaman
punggung
12.00  mengukur tanda – tanda vital pasien T : 155/100 mmhg
N :100x/menit
Sh : 36 c
RR : 20 x/menit
21.30  memberikan minum obat oral Pasien minum obat amlodipin 10 mg (1 tab)peroral

25/07/2018 2  latihan rentang gerak Pasien biasa bangun dan duduk sendiri,utuk berjalan kaki
kekamar mandi masih di bantu oleh keluarga
09.00
09.19 1  mengkaji adanya tanda – tanda Pasien tidak muntah,pusing,mual
peningkatan tekanan intra kranial
11.00 1  mengukur tanda – tanda vital pasien T : 159/100 mmhg
N :92x/menit
Sh : 36 c
RR : 20 x/menit
12 1  melakuakan massase di daerah Pasien merasa rileks dan nyaman
punggung
12.30  memberi minum obat Pasien bisa minum obat sendiri tanpa bantuan orang lain
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal /Jam Kode Subyektif ,Obyektif,Assesment,Planning (SOAP) Nama perawat
Dx.kep
23 juli 2018 S : pasien Mengeluh pusing dan kepala sakit
14.00 1 O : - kesadaran pasien komposmentis

- tanda – tanda vital

T :177/97 mmhg
N : 112 x/menit
RR : 20x/menit
Sh : 36

- kelemahan ektremitas bagian kiri

A : masalah keperawatan perfusi jaringan cerebral belum teratasi


P :lanjutkan intervensi
1. Kaji tingkat kesadaran pasien
2. Kaji kesadaran pasien setiap pergantian dinas
3. Monitor tanda – tanda vital setiap pergantian dians
4. Anjurkan untuk menghindari aktifitas yang bisa menyebabkan peningkatan TIK
(mengejan)
5. Manajemen pengobatan sesuai dengan advis dokter :
 Inj.citicolin 500 mg
 Catapres sp 1 ampul/12 jam
 Infus Rl drip vit.B12.. 20 tpm
6. Managemen pengobatan non farmakologis:
Akupresure
2 S: pasien mengeluh tidak bisa mengerakan anggota gerak ektremitas kiri
O: - pasien tidak bisa mengangkat tangan dan kaki bagian kiri
- Melakuakan aktivitas seperti makan ,minum dan tirah baring masih dibantu

A: masalah keperawatan Gangguan mobilitas fisik beum teratasi


P: lanjutkan intervensi.
- Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat
latihan
- Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
- Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap
cedera
- Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi
24/07/2018 1 S : pasien Mengeluh pusing dan kepala sakit sdh berkurang
14.00
O : - kesadaran pasien komposmentis

- tanda – tanda vital

T :159/90 mmhg
N : 100x/menit
RR : 20x/menit
Sh : 36

- ektermitas kiri sudah bisa digerakan namun belum maksimal


A : maslah keperawatan perfusi jaringan cerebral sebagian teratasi
P :lanjutkan intervensi
1. Kaji tingkat kesadaran pasien

2.Kaji kesadaran pasien setiap pergantian dinas


3. Monitor tanda – tanda vital setiap pergantian dians
4. Anjurkan untuk menghindari aktifitas yang bisa menyebabkan peningkatan TIK
(mengejan)
5. Manajemen pengobatan sesuai dengan advis dokter :
 Inj.citicolin 500 mg
 Catapres sp 1 ampul/12 jam
 Infus Rl drip vit.B12.. 20 tpm
6. Managemen pengobatan non farmakologis:
Akupresure
24/07/2018 2 S: - pasien mengatakan bisa mengerakan anggota gerak ektremitas kiri namun belum
maksimal
14.00
O: - bisa mengangkat tangan dan kaki bagian kiri namun belum maksimal
- Melakuakan aktivitas seperti makan ,minum dan tirah baring masih dibantu
- Bangun

A:.masalah keperawatan Gangguan mobilitas fisik beum teratasi


P: lanjutkan intervensi.
- Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat
latihan
- Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
- Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap
cedera
- Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi
-
25/07/2018 1 S:-
14.00
O : - kesadaran pasien komposmentis

- tanda – tanda vital

T :150/90 mmhg
N : 100x/menit
RR : 20x/menit
Sh : 36

- ektermitas kiri sudah bisa digerakan maksimal


A : masalah keperawatan perfusi jaringan cerebral teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Manajemen pengobatan sesuai dengan advis dokter :
 Inj.citicolin 500 mg
 Catapres sp 1 ampul/12 jam
 Infus Rl drip vit.B12.. 20 tpm
2. Managemen pengobatan non farmakologis:
Akupresure
25/07/2018 2 S: -
14.00 O: - bisa mengangkat tangan dan kaki bagian kiri maksimal
- Melakuakan aktivitas seperti makan ,minum dan tirah baring tanpa bantuan
A:.masalah keperawatan Gangguan mobilitas fisik teratasi
P: lanjutkan intervensi.
- Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pembahasan aplikasi teori keperawatan dalam asuhan keperawatan


Menurut dwidianti (2010) dalam merawat pasien,perawat perlu memiliki
kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup keterampilan
intelektual,teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih
sayang.
Mengenali 4 fase dalam hubungan interpersonal perawat – klien yang menurut
Hildegard peplau meliputi :
1. Fase orentasi
Fokusnya adalah fase menentukan atau menemukan masalah.pertama akali
perawat dan pasien bertemu masih sebagai orang yang asing satu sam yang
lain,pasien dan keluarganya memiliki perasaan butuh bantuan profesional
walaupun kebutuhan ini kadang – kadang tidak dapat dikenali atau mengerti
oleh mereka.
Fase ini paling penting adalah perawat bekerja sama secara kolaborasi
dengan pasien dengan keluarganya dalam menganalisis situasi yang
kemudian bersama – sama mengenali, memperjelas dan menentukan
masalah yang ada.
2. Fase identifikasi
Fase ini fokusnya memiliki bantuan profesional yang sesuai.pada face ini
pasien merespon secara selektif ke orang – orang yang dapat memenuhi
kebutuhannya,setiap pasien mempunyai respon berbeda – beda pad face ini.
Respon pasien terhadap keperawatan adalah :
a) Berpartisipasi dan interdependent dengan perawat
b) Otonomi dan independen dari perawat
c) Pasif dan dependen pada perawat
3. Fase eksploitasi
Fokus pada fase ini adalah menggunakan bantuan profesional untuk
alternative pemecahan masalah.pelayanan yang di berikan berdasarkan
minat dan kebutuhan dari pasien,pasien yang mulai merasa sebagi bagian
intergral dari lingkungan pelayanan.pada fase ini pasien mulai menerima
informasi – informasi yang diberikan padanya tentang
penyembuhan,mungkin berdiskusi atau mengajukan pertanyaan –
pertanyaan pada perawat, mendengarkan penjelasan dari perawat .
4. Fase revolusi
Dimana fokusnya mengakhiri hubungan interpersonal.fase ini perlu di akhiri
hubungan antara perawat dengan pasien dalam hal terapetik.
Bagaimana hubungan antara caring dan keperawatan
Dalam hal ini caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan
cara seseorang berpikir,berperasaan dan bersikap ketika hubungan dengan orang
lain.caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang lain,pengawasan dengan waspada,perasan empati pada
orang lain dan perasaan cinta dan menyayangi.
Menurut McFarlane (1976 )mengartikan keperawatan sebagi proses
menolong,membantu,melayani,caring.
Keperawatan dan caring adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dan pada saat
yang sama mengindikasikan bahwa beberapa aktivitas praktik dilakukan dalam
proses caring dalam lingkungan keperawatan.
Griffin (1983) yang membagi konsep caring kedalam dua dominan
utama.salah satu konsep caring ini berkenan dengan sikap dan emosi
perawat,sementara konsep caring yang lain terfokus pada aktivitas yang
dilakukan perawat saat melaksanakan fungsi keperawatannya.Griffin (1983)
mengambarkan caring dalam keperawatan sebagai sebuah proses interpersonal
esensial yang mengharuskan perawat melakukan aktivitas peran yang spesifik
dalam sebuah cara dengan menyampaikan ekspresi emosi – emosi tertentu
kepada resipien.
Sikap keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah
kehadiran,sentuhan kasih sayang,mendengarkan,memahami klien,caring dalam
spiritual dan perawatan keluarga.
1. Kehadiran
Merupakan pertemuan antara seseorang dengan seseorang lainnya yang
merupakan sarana untuk mendekatkan diri dan menyampaikan manfaat
caring.
2. Sentuhan
Dalam hal ini merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan
dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk memberikan
perhatian dan dukungan.
Ada dua jenis sentuhan,yaitu sentuhan kontak dan sentuhan langsung
kulit dengan kulit,sedangjkan sentuan non- kontak merupakan kontak
mata.kedua jenis sentuhan di gambarkan dalam tiga kategori :
a) Sentuhan berorentasi – tugas
b) Sentuhan pelayanan (caring)
c) Sentuhan perlindungan
3. Mendengarkan
Mendengarkan merupakan kunci untuk lebih mengerti dan memahami
kebutuhan klien,mendengarkan membantu perawat dalam memahami
dan mengerti maksud klien dan membantu menolong klien mencari cara
untuk mendapatkan kedamaian.
4. Memahami klien
Memahami klien merupakan pemahaman perawat terhadap klien
sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya. pemahaman klien
merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga antara klien dan
perawat terjalin suatu hubungan yang baik dan saling memahami.
5. Caring dalam spiritual
Kepercayaan dan harapan individu mempunyai pengaruh terhadap
kesehatan fisik seseorang.spiritual menawarkan rasa keterikatan yang
baik,baik melalui hubungan intrapersonal atau hubungan dengan dirinya
sendiri,interpersonal atau hubungan dengan tuhan atau kekuatan
tertinggi.
6. Perawatan keluarga
Kebersihan intervensi keperawatan sering bergantung pada keinginan
keluarga untuk berbagai informasi dengan perawat untuk
menyampaiakan terapi yang dianjurkan. menjamin kesehatan klien dan
membantu keluarga untuk aktif dalam proses penyembuhan klien
merupakan tugas penting keluarga.
Perilaku seorang perawat yang caring terhadap klien,misalnya menjadi
pendengar yang baik memberi arti bagi pasien : bahwa pasien merasa
dihargai oleh perawat dan perawat menaruh perhatian kepada pasien.
Siakap care perawat saat perawat berkomunikasi yaitu :
a. Berhenti berbicara atau paling tidak berbicara apabila klien berbicara
dan jangan memotong pembicaraan klien
b. Melihat klien saat berbicara
c. Menjauhkan distraksi
d. Memperhatikan hal – hal yang utama
e. Mengevaluasi penerimaan pesan yang sudah disampaikan
f. Mengkaji apa yang diabaikan dalam komunikasi tersebut
g. Mengevaluasi intensitas emosi yang ditujukan klien
Sikap perawat yang care akan membantu klien mengerti masalahnya sehingga
dapat mengatasinya. Ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah dan
penyebabnya bersama klien.
Tiga aspek penting yang mendasari keharusan perawat care teradap orang
lain:
1) Aspek kontak
2) Aspek etika
3) Aspek spiritual
Caring dalam praktik keperawatan dapat dilakukan dengan mengembangkan
hubungan saling percaya antara perawat dan klien.perawat bertidak dengan
cara yang terbuka dan jujur.
Peran perawat konsep caring komunitas dalam asuhan keperawatan.
Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu tempat atau
lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama,area atau lokasi yang sama
dimana tinggal.kelompok sosial yang interest yang sama (Linda jarvis).
Komunitas di pandang sebagai target pelayanan kesehatan sehingga diperlukan
suatu kerja sama yang melibatkan secara aktif masyarakat utuk mencapai peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal,untuk itu dalam pelaksanan asuhan
keperawatan yang diberikan perawat komunitas merupakan suatu upaya yang esensial
atau sangat dibutuhkan oleh komunitas,mudah dijangkau,dengan pembiayaan yang
murah,lebih ditekankan pada penggunaan teknologi tepat guna.
Perawatan kesehatan masyarakat mempunyai tujuan membantu masyarakat dlam
upaya meningkatan kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit melaui :
1. Pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada individu,keluarga dan
masyarakat,dengan strategis intervensi yaitu proses kelompok,pendidikan
kesehatan serta kerjasama (partnership).
2. Memperhatiakan secara langsung terhadap status kesehatan seluruh
masyarakat secara komperhensif.
Perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu:
1. Kemanfaatan
2. Kerjasama
3. Secara langsung
4. Keadilan
5. Otonomi
Caring mempunyai manfaat yang begitu besar dalam keperawatan dan seharusnya
tercermin dalam setiap interaksi perawat dengan klien,bukan di anggap sebagai sesuatu
yang sulit diwujutkan dengan alasan beban kerja yang tinggi,atau pengaturan
managemen asuhan keperawatan ruangan yang kurang baik.pelaksanaan caring
akanmeningakatakan mutu asuhan keperawatan,memperbaiki image perawat di
masyarakat dan membuat profesi keperawatan memiliki tempat khusus di mata para
pengguna jasa pelayanan kesehatan.

B. Pembahasan reflective practise : masalah yang perlu solusi atau inovasi


Stroke merupakan penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf lokal atau
global, munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi syaraf pada stroke
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Gangguan syaraf
tersebut menimbulkan gejala antara lain: kelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara
tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), mungkin perubahan kesadaran, gangguan
penglihatan, dan lain – lain (Riskesdas, 2013). Pasien stroke akan mengalami gangguan-
gangguan yang bersifat fungsional. Gangguan sensoris dan motorik post stroke
mengakibatkan gangguan keseimbangan termasuk kelemahan otot, penurunan
fleksibilitas jaringan lunak, serta gangguan kontrol motorik dan sensorik. Idea Nursing
Journal Vol. VII No. 2 2016 13 Fungsi yang hilang akibat gangguan kontrol motorik
pada pasien stroke mengakibatkan hilangnya koordinasi, hilangnya kemampuan
keseimbangan tubuh dan postur (kemampuan untuk mempertahankan posisi tertentu)
(Irfan, 2010).
Pasien stroke yang mengalami kelemahan pada satu sisi anggota tubuh disebabkan
oleh karena penurunan tonus otot, sehingga tidak mampu menggerakkan tubuhnya.
Immobilisasi yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat, akan menimbulkan
komplikasi berupa abnormalitas tonus, orthostatic hypotension, deep vein thrombosis
dan kontraktur (Garrison, 2003). Setelah serangan stroke, tonus otot yang normal
menghilang. Tanpa latihan yang baik, pasien akan melakukan kompensasi gerakan
dengan menggunakan bagian tubuhnya yang sehat sehingga seumur hidupnya pasien
akan menggunakan bagian tubuh yang sehat dan membiarkan anggota tubuhnya yang
sakit.
Hemiparese yang disebabkan oleh stroke akut menyebabkan kekakuan,
kelumpuhan, kekuatan otot melemah dan akibatnya mengurangi rentang gerak sendi dan
fungsi ekstremitas atas, aktivitas hidup sehari-hari Activity Daily Living (ADL), seperti
makan, berpakaian, mencuci (Park, 2007).
Hemiparese merupakan masalah umum yang dialami oleh pasien stroke.
Hemiparese pada ekstremitas atas dapat menyebabkan pasien mengalami berbagai
keterbatasan sehingga pasien banyak mengalami ketergantungan dalam beraktivitas.
Ketergantungan ini akan berlanjut sampai pasien pulang dari rumah sakit, oleh karena
itu diperlukan manajemen yang baik agar kondisi yang dialami oleh pasien dapat
teratasi dan pasien dapat beraktivitas mandiri pasca stroke nanti. Salah satu intervensi
yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah hemiparese pada ekstremitas atas pasien
stroke adalah dengan melakukan latihan ROM baik aktif maupun pasif.
Pada pasien Ny.S yang mengalami kelemahan ekstremitas bagian kiri setelah
dilakukan latihan ROM aktif dan pasif dilakukan 2 kali sehari selama 10 menit terdapat
peningkatan dalam kemampuan pasien mengerakan anggota gerak ektremitas kiri
semula tidak bisa setelah dilakukan latihan ROM aktif dan pasif anggota ektremitas kiri
pasien bisa mengerakan dengan maksimal.
BAB IV

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan data pada asuhan keperawatan pada NY.S

dengan stroke Non Haemoragik dirumuskan dengan diagnosa keperawatan

perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan aliran darah arteri

otak kerena sumbatan atau pecah dan Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan

Penurunan kekuatan otot.

Salah satu intervensi keperawatan untuk mengatasi gangguan mobilitas fisik

adalah latihan ROM aktif dan pasif

B.Saran

Intervensi keperawatan yang disusun terus dilakukan pengembangan dengan

ilmu – ilmu keperawatan yang terupdate dan senantiasa memberikan informasi

kepada perawat akan ilmu tersebut.melakuakan tindakan keperawatan menggunakan

penerapan yang berbasis pembuktian ilmiah serta meningkatan kemampuan perawat

untuk senantiasa melakukan inovasi – inovasi keperawatan dalam rangka

meningkatan kualitas asuhan keperawatan.

Dengan menerapkan intervensi keperawatan dengan melakuakan sebagai salah

satu cara yang dapat diterapkan di rumah sakit dan masyarakat dalam meningkatkan

latihan ROM aktif dan pasif.

Latiahan ROM aktif dan pasif dapat digunakan sebagai masukan dalam proses

belajar mengajar melalui penelitian pengaruh latihan ROM aktif dan pasif terhadap

kemampuan otot rentang gerak pada pasien stroke yang mengalami kelemahan pada

ekstremitas kiri maupun kanan.


DAFTAR PUSTAKA

Rasyid ,A.L& Lyn,S, (2007). Unit stroke managemen stroke secara komperhensif,jakarta :

balai penerbit FKUI

Muttaqin, A. (2008) buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan system

persyarafan.jakarta : salemba medika

Watson,jean. (2004).theory of human caring.Http://www2.uchsc.edu/son/caring

Powers WJ.intracerebral hemorrhage and head trauma.common effect and common mechanism

of injury.stroke 2010;41 (suppl 1) : S107-S110

Ryan S,kopelnik A,Zaroff J.intracranial hemorrhage: intensive care management.Dalam: Gupta

AK,Gelg AW,eds.Essentials of Neuroaesthesia and Neurointensive

care.philadelphia:Saunders Elsevier;2008,229- 36

Anda mungkin juga menyukai