Anda di halaman 1dari 3

Tugas Mazahib Tafsir Kelompok Sembilan

Pengaruh Pemalsuan Hadis Terhadap Penafsiran Al Qur’an

Dosen Penghimpun : Muslim Djuned, M.Ag.

Safinatun Naja : 230303098


Amanda Faradilla : 230303109
Fitri :

A. Pendahuluan

Pada masa Nabi Muhammad saw. Perkembangan tafsir Al Qur’an tidak


terlihat pesat dan meluas, sebab prioritas penafsiran masih berharap besar terhadap
pembawa wahyu. Ketika menemukan beberapa ayat yang bersifat umum dam
membutuhkan penjelasan, para sahabat langsung bertanya kepada nabi, sehingga pada
masa itu tidak banyak ayat ayat yang dijelaskan secara detail.

Dalam mencari sumber pokok ajaran Islam, Al Qur’an dan hadis di yakini
oleh umat Islam sebagai sumber tepercaya sehingga tidak mungkin menipu.

Namun, tidak dapat di pungkiri, sepeninggal Rasulullah saw, merupakan


kesempatan bagi sebagian orang orang atau kelompok tertentu untuk melakukan
pemalsuan hadis dengan bertujuan untuk menigkatkan kegiatan ibadah serta amal
amal baik lainnya atau bertujuan untuk mengaburkan dan menodai ajaran Islam
dengan mengatasnamakan Rasulullah saw.1

Pemalsuan hadis merupakan suatu kenyataan. Banyak motif yang melatar


belakangi seorang pemalsu membuat pernyataan yanng di sandarkan kepada Nabi.
Paling tidak untuk mendapatkan justifikasi sebagai ajaran agama Islam.

B. Pembahasan

1. Latar Belakang Pemalsuan Hadis

Ada beberapa pendapat yang melatar belakangi kemunculan pemalsuan hadis


dan awal peristiwanya. Para ahli pakar hadis, dalam hal ini mengemukakan
bahwasannya pemalsuan hadis telah terjadi sejak zaman Nabi, pendapat ini
merupakan interprestasi dari pernyataan Nabi, maka hendaklah ia bersiap siap
menempati neraka. Pernyataan ini merupakan gambaran bahwa pada zaman Nabi
telah terjadi pemalsuan hadis.

Pendapat lain juga mengemukakan bahwa pemalsuan hadis yang terjadi pada
zaman Nabi memiliki motif keduniaan dan dilakukan oleh orang munafik. Pendapat
ini di kemukakan oleh salah Al Din al Adaby.2

1
Alamsyah “ Pemalsuan Hadis dan Upaya Mengatasinya “ Jurnal Al Hikmah VO1. XIV nomor 2/2013, hal 198.
2
Alamsyah “ Pemalsuan Hadis dan Upaya Mengatasinya “ Jurnal Al Hikmah VO1. XIV nomor 2/2013, hal 202.
Pada mulanya faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan pemalsuan
hadis adalah untuk kepentingan politik. Pada masa itu telah terjadi pertentangan
politik antara Ali bin Abu Thalib dan Mu’awiyah Ibnu Abu Sufyan. Para pendukung
masing masing tokoh telah melakukan berbagai upaya untuk memenangkan
perjuangan mereka. Salah satu upaya yang telah dilakukan mereka adalah pembuatan
hadis hadis palsu. Dengan kata lain, pemalsuan hadis itu berlangsung setelah umat
Islam terpecah belah dalam bentuk partai partai atau sekte sekte.

Corak hadis yang mula mula di buat adalah berkenaan dengan pengakultusan
pribadi. Mustafa al Siba’i menegaskan bahwa orang pertama yang membuat hadis
palsu dengan bercorakan pengkultusan pribadi adalah kaum syi’ah. Ibnu Taimiyah
menyatakan bahwa di antara hadis palsu adalah hadis yang menegaskan kekhalifahan
Ali. Menurut Ibnu Hazm, orang yang meriwayatkan hadis tersebut adalah Abal
Hamra.

Menurut Syuhudin Ismail, pendapat yang menyatakan bahwa pada zaman


Nabi telah terjadi pemalsuan hadis, belum ada data sejarah yang dapat dipertanggung
jawabkan. Kegiatan pemalsuan hadis , menurut pendapat mayoritas ulama, mulai
muncul dan berkembang pada zaman kekhalifahan Ali bin Abu Thalib3.

2. Hadis Maudhu’ ( Hadis Palsu )

Hadis Maudhu’ atau Hadis palsu adalah perkataan dusta yang di buat dan di
rekayasa oleh seseorang kemudian di nisbahkan kepada Rasulullah saw. Hadis palsu
adalah seburuk buruk nya hadis dhaif, bahkan sebagian ulama menganggap nya jenis
tersendiri di luar hadis dhaif. Bahkan sebagian ulama pun menyepakati bahwa haram
hukum nya menyampaikan hadis palsu.

Karakteristik hadis palsu menurut Mustafa al Siba’i dapat di tinjau dari dua
dimensi, yaitu kepalsuan dalam sanad nya dan kepalsuan dalam matanya. Dalam
sanad nya dapat diidentifikasi dengan adanya :4

1. Perawi terkenal sebagai pendusta dan dalam hadis yang di riwaytakannya tidak ada
perawi lain yang tepercaya yang meriwayatkan
2. Pengakuan pembuat hadis palsu
3. Kadang kala pembuat hadis palsu terdorong oleh emosi atau interst pribadi

Adapun karakteristik kepalsuan hadis dalam matannya dapat diidentifikasi dengan


adanya:
1. Susunan kalimatnya yang tidak luwes dan tidak teratur
2. Kekacauan maknanya
3. Bertentangan dengan jangkauan akal dan tidak dapat di ta’wil
4. Bertentangan dengan kaidah umum dan kaidah tata cara kehidupan dalam
keseharian
5. Mengajak kepada syahwat dan kebejattan moral.
6. Bertentangan dengan panca indra dan kenyataan

3
Alamsyah “ Pemalsuan Hadis dan Upaya Mengatasinya “ Jurnal Al Hikmah VO1. XIV nomor 2/2013, hal 199
4
Alamsyah “ Pemalsuan Hadis dan Upaya Mengatasinya “ Jurnal Al Hikmah VO1.XIV nomor 2/2013, hal 20
7. Bertentangan dengan akal sehat yang menerima kemahasucian dan
kemahasempurnaan Allah
8. Bertentangan dengan fakta fakta

Anda mungkin juga menyukai