Disampaikan untuk dipresentasikan dalam mata kuliah “Studi Hadist” sebagai bagian
Oleh:
PROGRAM PASCASARJANA
2022
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR…………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..… 1
A. Latar Belakang……………………………………………………………… 1
B. Rumusan masalah ……………………...………………………………..…. 3
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..4
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Nabi Muhammad SAW adalah Utusan terakhir yang Allah perintahkan untuk
muncul di muka bumi ini untuk melaksanakan perintah para rasul dan memerintahkan
manusia untuk taat kepada Allah. Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa agama
bagi seluruh umat manusia adalah pedoman hidup dalam mencari kebahagiaan di
Sebagai umat Islam, kita memandang hadis sebagai sumber kedua setelah Al-
Qur'an, padahal secara historis hadis merupakan catatan riwayat hidup Nabi
hadits, hadits terus menyebar ke seluruh dunia Islam.Hadist Nabi Muhammad SAW.
penjelasan, studi, dan diakhiri dengan era modern, seperti sekarang. Semua
para ulama, mulai dari hadits-hadits Nabi, para Sahabat, Tabiin dan seterusnya.
kesucian Al-Qur'an agar tidak bercampur dengan hadits, selain untuk menjaga
merupakan hasil dari keikhlasan para sahabat Nabi Muhammad dalam menerirna dan
1
Rahma Zakiyatul Munawaro, Jurnal: Sejarah Periodisasi At-Tafkir Perkembangan Hadits
dari Masa ke Masa, Jilid 14 No. 1 (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2021), h. 169
2
Hotima Suryani, Metode Pengajaran dari Perspektif Hadits Nabi: Jurnal Agama, Pendidikan
dan Kemanusiaan, Vol. 5 Tidak. 2 (Oktober 2018), hal. 139
1
melestarikan hadis-hadis Nabi Muhammad untuk generasi selanjutnya. Demikian
perkernbangan dan hadits antar kisah, dari kehidupan Nabi hingga pelaksanaannya.
berbagai buku yang dapat dilihat hari ini.4 meskipun memiliki definisi periodisasi
yang berbeda, para ulama masih dapat menjelaskan sejarah hadits dari Nabi hingga
saat ini.
tentang keseriusan para ahli hadits terhadap perturnbuhan dan perkernbangan hadits
dari masa ke masa, yang dipandang sebagai bagian dari pelajaran hadits yang tidak
dapat dipisahkan.
B. Perumusan masalah
berlangsung?
3
Navir Yuslem, Ulum al-Hadith, (Volume: PT. Mutiara Sumber Widya, 2001), hal. 88
4
M. Sihudi Isrnail, Pengantar Ilmu Hadits (Cet. 10; Bandung: Angkasa, 1987) h. 69
2
BAB II
PEMBAHASAN
membesar, dan kata berkembang berasal dari kata bunga yang artinya mekar, terbuka.
yang ideal.5
yang dilalui hadits sejak kelahirannya dan pertumbuhan dalam konsepsi, penerimaan
Kajian hadits baik dari segi periwayatan maupun dari segi perbuatan sangatlah
perbuatan, sifat dan takriya Nabi SAW. kepada teman dan sebagainya.hingga
Selain bisa mengetahui keseriusan para ulama baik yang datang lebih awal
(salaf), atau bahkan.yang datang kernudian (khalaf) untuk menyebarkan hadits atau
sunnah, dan juga menegaskan kepalsuan hadits tersebut, agar dia dapat mernberikan
penilaian yang paling akurat dan harga dirinya dapat meningkat dan selalu mengikuti
5
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), h. 1745.
6
Endang Sutari, Ilmu Hadits, (Cet. II; Bandung: Arnal Bakti Press, 1997), hlm. 29.
3
B. Proses periodisasi pertumbuhan dan perkembangan hadis
Sejarah hadits itu sendiri berarti periode-periode yang dilalui hadits dari
dilalui dan dialami dalam sejarah perkernbangan hadits, mulai dari masa hidup
Muhammad S.A.W., hingga penggunaan koleksi dari hadits apa yang bisa dilihat hari
ini8
pendapat tentang susunan kata tersebut. Diantaranya ada yang mernbaginya menjadi
dua periode, ada yang lima periode dan secara khusus Hasbi Ash-Shiddiqi
1. Periode Kelahiran
Lahirnya hadis yang dimaksud dalam pembahasan ini merujuk pada kenabian
Muhammad SAW, zaman para sahabat, hingga akhir abad pertama H. Deskripsi
hadits kelahiran, bagairnana dia mernbesarkan kaumnya sekitar tahun 23. Nabi
umatnya dan para sahabatnya sebagai bagian dari transrnisi Nabi Muhammad. Nabi
memberi tahu para sahabatnya tentang pentingnya ilmu. dan mencari ilmu serta
menyebarkannya kepada orang lain yang tidak hadir di setiap perjalanan atau
7
Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Perkembangan Hadits (Cet. VI; Jakarta: Bintang Bulan Sabit,
1980), h. 48
8
M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits, (Cet. X; Bandung: Angkasa, 1994), h. 69
9
Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Perkembangan Hadits, h. 47-134
10
Mudasir, Ilmu Hadits (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 88-89
4
Dimulai dengan turunnya ayat-ayat otoritatif Alquran, lahirlah tradisi Nabi
sahabatnya untuk mernpelajari, menghafal dan menulis Alquran dan secara resmi
menjadi juru tulis yang bertanggung jawab untuk mencatat setiap ayat Alquran yang
sahabatnya untuk menghafal dan menyebarkannya kepada orang lain dan melarang
untuk mengubahnya, tetapi tidak menetapkan teks resmi seperti penulisan Al-Qur'an.
Meski secara resmi dilarang, para sahabat tetap melakukannya secara individu,
Semangat dan ketulusan para sahabat menerima apa saja yang diajarkan Nabi
dan apa saja yang mereka terima. Selain motivasi keagamaan, hafalan dan ingatan
juga sangat membantu dalam mengingat dan mernahami apa yang diajarkan Nabi
Muhammad.11
hasil. interaksi Nabi sebagai mubayyin (penafsir) nash-nash al-Qur’an dengan para
sahabatnya atau orang lain.. Sepeninggal Nabi SAW, para sahabat sangat berhati-hati
dalam menerirna dan mewariskan hadits. Hal ini dilakukan untuk menjaga kemurnian
Al-Qur'an agar tidak tercampur dengan hadits, dan juga untuk menjaga
11
Lalat. Zuhri, Kajian Sejarah dalam Hadits dan Metodologi Nabi (Cet 11, Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya, 2003) h. 29
5
2. Periode Kepenulisan
Minat membaca dan menulis Nabi SAW sangat besar, bahkan beliau selalu
berdiri tegak dan rajin mernbudayakan membaca dan menulis di antara para
yang ditangkap pada Perang Badar, dengan syarat setiap tawanan mengajari sepuluh
para sahabatnya dan menulis surat yang dikirimkan kepada raja untuk mendukung
seruan Islam. Sedangkan hadits tidak perintah dari Nabi SAW untuk dituliskan
dengan cara yang tidak menyerupai Al-Qur'an, bahkan yang populer adalah beliau
yaitu:
a. Larangan tersebut berlaku bagi mereka yang kuat dalam hafalan dan khawatir akan
kecanduan menulis, dan tidak berlaku bagi mereka.yang tidak memiliki ingatan
yang baik.
c. Yang dilarang adalah menulis hadits dalam satu sahif agar tidak terjadi kerancuan,
sehingga pembaca dalam satu naskah tidak akan bisa membedakan mana hadits
yang mana.
6
3. Periode Pencatatan Hadits
Pada abad pertama Hijriyah, mulai dari zaman Nabi, zaman Khulaf al-Rasidin
dan zaman Umawiyyah, yang berlanjut hingga akhir abad pertama abad ke-10 H,
hadits meriwayatkan hadits dengan cara mekanis. Mereka tidak berinisiatif menulis
hadis karena mereka dikenal pandai menghafal dan sejarah mengenal hafalan mereka,
Abdul Aziz, khalifah Urnayi yang bertakhta pada tahun 99 H, berinisiatif mencatat
hadits Nabi. Maka pada abad ke-2 H terjadi kodifikasi atau pernbukuan hadits, yakni
kodifikasi atau pernbukuan resmi berdasarkan perintah kepala negara, dengan turut
serta beberapa tokoh yang ahli di bidangnya. Khalifah Umar bin Abdul Aziz
memirnpin pencatatan hadis karena merasa hadits yang dihafal banyak yang gugur
akibat syahid di medan perang dan Al Quran dikurnpulkan dalam satu mushaf
sehingga tidak ada rasa takut terhadap Al Quran dan hadits sedang bercampur aduk.
Baru pada masa pemerintahan khalifah kedua Dinasti Umayyah, Umar bin
c. Teman-teman bubar ke beberapa kota, dan banyak dari mereka tewas dalam
pertempuran.
12
Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Perkembangan Hadits, h. 59
13
Muhammad Alawi al-Maliki, Ilmu Ushul Hadits, (Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Mahasiswa,
2009), hlm. empat belas.
7
4. Periode Pentashihan
Memasuki abad ketiga Hijriyah, para ulama yang sangat selektif dan tanggap
yang mereka wariskan, termasuk hadits-hadits yang terkurnpul pada abad kedua
Hijriah yang pada masa itu tidak dipisahkan oleh spesialis. pada hadits. Hadis-hadis
ini diambil dari fatwa-fatwa para Sahabat dan Tabin, serta dari harapan para ulama
syarat-syarat bacaan hadits tersebut, seperti rijal al-hadits, apakah ia pernah bertemu
dengan orang yang membacakan hadits tersebut, apakah ia cacat, malu, atau akhlak
buruk. Selain itu, para ulama juga memperhatikan tahammul dan ada'. Hal ini terlihat
dalam hadits lengkap Imam Bukhari dan Imam Muslim, yang sama-sama menetapkan
sanad suatu hadits harus kontinyu, muslim, benar (masuk akal), tidak tadlis, tidak
mengubah nalar, adil, dengan hafalan yang teguh, tanpa ragu-ragu dan baik.15
a. Buku ini shahih, hanya berisi hadits shahih, hadits yang tidak shahih tidak
interpretasi.
14
Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Perkembangan Hadits, h. 67
15
Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Perkembangan Hadits, h. 72
8
b. Kitab Sunan yang juga mernuat hadits-hadits daif selain hadits shahih asalkan
tidak terlalu daif dan tidak munqar. Adapun hadits dhaif, dijelaskan sebab-sebab
kelemahannya.
kadang juga menurut urutan suku, menurut nama sahabat yang masuk Islam
terlebih dahulu, dan ada pula menurut urutan lain, misalnya urutan huruf hijayi
(abjad) atau lainnya. Kitab hadits ini tidak menjelaskan kualitas hadits.
Para ulama hadits abad kedua dan ketiga Hijriah yang mengurnpulkan hadits
ulama mutakaddim.
Setelah abad ketiga, pada abad keempat Hijriah, muncul ulama hadits yang mengaku
sebagai ulama paling modern. Para ulama pada masa itu mengurnpulkan atau
mengutip kitab-kitab para ulama mutaqaddimin dan beberapa hadits yang telah
Upaya para ulama hadits untuk melestarikan dan mengernbangkan hadits terus
berlanjut hingga saat ini. Selama ini, sebagian besar ulama mempelajari hadits-hadits
yang memuat uraian dan penjelasan kandungan hadits-hadits yang berkaitan dengan
dalil-dalil lain, baik dari al-Qur'an maupun dari hadits-hadits dan kaidah-kaidah. -
aturan sara lainnya dan periksa sanad yang ada dalam kumpulan hadits.16
Para ulama pada abad ke-5 M dan selanjutnya berfokus pada perbaikan
16
Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Perkembangan Hadits, h. 93
9
yang secara khusus membahas satu topik dalam satu kitab, mempelajari kitab-kitab
hadits dan meringkasnya agar lebih mudah mernperoleh hadits. dan menyusun
Penyusunan buku kali ini lebih. terfokus pada pengembangan dan beberapa
variasi dari yang sudah ada, antara lain penyempurnaan isi Sahih Bukhari dan Sahih
Muslim. Kami mengumpulkan isi satu buku dengan gaya fikih. Jangka waktu
perkernbangan hadis ini dinilai sangat panjang, yakni sekitar abad keempat Masehi.
6. Periode Modern
Hasbi al-Shiddiqi membagi periodisasi ini menjadi enam periode dan kini
Khan, perkembangan hadis berpindah ke Mesir dan India. Pada masa ini para ulama
hadits-hadits hukum yang terkenal di masyarakat, taqrij hadits dan menyusun kitab-
kitab atraf.
Selama ini para ulama hadits mernpelajari kumpulan hadits yang ada,
a. Kitab Zawayd, yang menghimpun hadits dari kitab-kitab tertentu yang tidak
17
Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Perkembangan Hadits, h. 26-27
10
b. Kitab Tarij, yaitu kitab yang menerangkan.dimana hadis-hadis yang terdapat
c. Hadis.yang membahas beberapa masalah seperti bulugal al-maram min farlah al-
ahkam dari Ibnu Hajar al-Asqalani dan kurnpulan hukum hadits Hasbi ash-
d. Buku Pegangan Hadits, yaitu buku yang berisi petunjuk-petunjuk praktis untuk
metode analisis dan interpretasi kajian. Para ilrnuwan di era modern mulai
menggunakan metode dan pendekatan yang berbeda dengan metode dan pendekatan
18
Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Perkembangan Hadits, h. 126-129
11
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan penjelasan dalam makalah ini, dapat ditarik
1. Periode asal mula hadits dimulai dari Nabi Muhammad SAW. dijadikan rasul
2. Penulisan hadits sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. masih hidup.
Hal ini dibuktikan dengan izin Nabi kepada para sahabatnya untuk mencatat
Muhammad.
Umawiyah atas kebijakan Khalifah Umar ibn Abd Aziz pada abad kedua H.
4. Masa penyempurnaan atau penyaringan hadits dimulai pada abad ke-3 H hingga
akhir abad ke-3 H, sekitar tahun 201-300 H. Menentukan syarat sahihnya suatu
5. Masa kajian hadits dimulai pada abad ke-4 H hingga tahun 656 H.
6. Era modern dimulai hari ini pada tahun 656. Sampai saat ini para ulama hadits
dirangkum dan dipilah hadits tersebut sesuai dengan topik yang dibahas. Kajian
12
hadis modern berkembang dengan penggunaan metode dan pendekatan yang
B. Alasan
Kami berharap artikel ini dapat mernbantu untuk memahami perturnbuhan dan
hadits Nabi Muhammad yang ada mengalarni berbagai proses dari waktu ke waktu
13
DAFTAR PUSTAKA
Ash-Shiddiqi Hasbi, 1980 Sejarah Perkembangan Hadits Cet. II; Jakarta: Bulan
Bintang.
Kemendiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2018, Jakarta: Balai Pustaka.
Ismail M. Sihudi, 1987 Pengantar Ilmu Hadits Cet. 10; London: Angkasa
Mudasir, 1999 Ilmu Hadits Cet. SAYA; Bandung: Perpustakaan Setia.
Suryani Hotima, Metode Pengajaran dari Perspektif Hadits Nabi, 2018: Jurnal Studi
Agama, Pendidikan dan Humaniora, Vol. 5#2
Sutari Endang, 1997 Ilmu Hadits, Cet. II; Bandung: Amal Bakti Press.
Yuslem Naweer, 2021 Uloom al-Hadith dkk: PT. Mata Air Mutiara Vidya
Zakiyatul Rahma Munawaro, Jurnal 2021: Periodisasi Historis At-Tafkir
Perkembangan Hadits dari Periode, Jilid 14 No., UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Zuhri Mukh, Kajian Historis dan Metodologi Hadits Nabi, 2003, Yogyakarta: Tiara
Yogya Wacana.