Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH STUDI HADIS

“Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hadits”.

Disampaikan untuk dipresentasikan dalam mata kuliah “Studi Hadist” sebagai bagian

dari kajian konsentrasi hukum Islam dalam Dirasah Islamiya.

Mahasiswa pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Oleh:

Muh. Irsyad Fattah

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI ALAUDDIN MAKASAR

2022
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR…………………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..… 1

A. Latar Belakang……………………………………………………………… 1
B. Rumusan masalah ……………………...………………………………..…. 3

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..4

A. Proses pertumbuhan dan perkembangan hadis………………………..…...4


B. Proses periodisasi pertumbuhan dan perkembangan hadis…………….…..5

BAB III PENUTUP………………………………...………………………………..12


A. Kesimpulan……………………………………………………………….....12
B. Saran………………………………………………………………….……...13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Nabi Muhammad SAW adalah Utusan terakhir yang Allah perintahkan untuk

muncul di muka bumi ini untuk melaksanakan perintah para rasul dan memerintahkan

manusia untuk taat kepada Allah. Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa agama

bagi seluruh umat manusia adalah pedoman hidup dalam mencari kebahagiaan di

dunia, khususnya di akhirat.

Sebagai umat Islam, kita memandang hadis sebagai sumber kedua setelah Al-

Qur'an, padahal secara historis hadis merupakan catatan riwayat hidup Nabi

Muhammad SAW selama hidupnya di muka bumi.1 Seiring dengan perkernbangan

hadits, hadits terus menyebar ke seluruh dunia Islam.Hadist Nabi Muhammad SAW.

Sebelumnya, ia mengalarni berbagai proses, dari lahir, menulis, akuntansi,

penjelasan, studi, dan diakhiri dengan era modern, seperti sekarang. Semua

pernyataan tentang proses perkernbangan hadits-hadits tersebut telah dijelaskan oleh

para ulama, mulai dari hadits-hadits Nabi, para Sahabat, Tabiin dan seterusnya.

Ketika Nabi Muhammad wafat, para sahabat Rasulullah S.A.W. sangat

berhati-hati dalam menerima, menulis dan mewariskan hadits untuk menjaga

kesucian Al-Qur'an agar tidak bercampur dengan hadits, selain untuk menjaga

orisinalitas atau otentisitas hadits-hadits tersebut.2 Hadis-hadis tentang Nabi

Muhammad yang dikurnpulkan melalui penyebaran kumpulan hadits yang ada

merupakan hasil dari keikhlasan para sahabat Nabi Muhammad dalam menerirna dan

1
Rahma Zakiyatul Munawaro, Jurnal: Sejarah Periodisasi At-Tafkir Perkembangan Hadits
dari Masa ke Masa, Jilid 14 No. 1 (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2021), h. 169
2
Hotima Suryani, Metode Pengajaran dari Perspektif Hadits Nabi: Jurnal Agama, Pendidikan
dan Kemanusiaan, Vol. 5 Tidak. 2 (Oktober 2018), hal. 139

1
melestarikan hadis-hadis Nabi Muhammad untuk generasi selanjutnya. Demikian

seterusnya, setiap generasi mewariskan hadits Rasulullah SAW kepada generasi

berikutnya, hingga hadits tersebut terkodifikasi.3

Banyak pandangan para ulama yang berbeda menentukan. periodisasi sejarah

hadits Nabi Muhammad, yaitu tahapan-tahapan yang terjadi dalam perturnbuhan,

perkernbangan dan hadits antar kisah, dari kehidupan Nabi hingga pelaksanaannya.

berbagai buku yang dapat dilihat hari ini.4 meskipun memiliki definisi periodisasi

yang berbeda, para ulama masih dapat menjelaskan sejarah hadits dari Nabi hingga

saat ini.

Kajian tentang periodisasi perkernbangan hadits akan memberikan gambaran

tentang keseriusan para ahli hadits terhadap perturnbuhan dan perkernbangan hadits

dari masa ke masa, yang dipandang sebagai bagian dari pelajaran hadits yang tidak

dapat dipisahkan.

B. Perumusan masalah

1. Bagaimana proses sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadits

berlangsung?

2. Bagaimana periodisasi sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis?

3
Navir Yuslem, Ulum al-Hadith, (Volume: PT. Mutiara Sumber Widya, 2001), hal. 88
4
M. Sihudi Isrnail, Pengantar Ilmu Hadits (Cet. 10; Bandung: Angkasa, 1987) h. 69

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Hadits

Dalam KBBI disebutkan “tumbuh yaitu timbul, bertambah besar atau

membesar, dan kata berkembang berasal dari kata bunga yang artinya mekar, terbuka.

Dapat disimpulkan bahwa pembangunan dirancang untuk peningkatan dan perluasan

yang ideal.5

Perkernbangan hadits yang dimaksud di sini adalah: “periode atau masa-masa

yang dilalui hadits sejak kelahirannya dan pertumbuhan dalam konsepsi, penerimaan

dan pengamalan orang dari generasi ke generasi.”6

Kajian hadits baik dari segi periwayatan maupun dari segi perbuatan sangatlah

penting, karena akan diketahui proses dan transformasi perkataan, perbuatan,

perbuatan, sifat dan takriya Nabi SAW. kepada teman dan sebagainya.hingga

munculnya kurnpulan hadits yang dapat dipelajari lebih lanjut.

Selain bisa mengetahui keseriusan para ulama baik yang datang lebih awal

(salaf), atau bahkan.yang datang kernudian (khalaf) untuk menyebarkan hadits atau

sunnah, dan juga menegaskan kepalsuan hadits tersebut, agar dia dapat mernberikan

penilaian yang paling akurat dan harga dirinya dapat meningkat dan selalu mengikuti

petunjuk yang terkandung di dalarnnya.

5
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), h. 1745.
6
Endang Sutari, Ilmu Hadits, (Cet. II; Bandung: Arnal Bakti Press, 1997), hlm. 29.

3
B. Proses periodisasi pertumbuhan dan perkembangan hadis

Sejarah hadits itu sendiri berarti periode-periode yang dilalui hadits dari

waktu ke waktu sejak penciptaannya hingga saat ini. 7 Periodisasi sejarah

perkembangan hadits, menurut M. Syuhudi Ismail, adalah “tahapan-tahapan yang

dilalui dan dialami dalam sejarah perkernbangan hadits, mulai dari masa hidup

Muhammad S.A.W., hingga penggunaan koleksi dari hadits apa yang bisa dilihat hari

ini8

Perihal periodisasi dan perkembangan hadits, sebagian ulama berbeda

pendapat tentang susunan kata tersebut. Diantaranya ada yang mernbaginya menjadi

dua periode, ada yang lima periode dan secara khusus Hasbi Ash-Shiddiqi

membaginya menjadi enam periode sebelum periode modern. 9 Perturnbuhan dan

perkembangan disorot dalam artikel ini sebagai berikut:

1. Periode Kelahiran

Lahirnya hadis yang dimaksud dalam pembahasan ini merujuk pada kenabian

Muhammad SAW, zaman para sahabat, hingga akhir abad pertama H. Deskripsi

hadits kelahiran, bagairnana dia mernbesarkan kaumnya sekitar tahun 23. Nabi

Muhammad SAW, yang bertanggung jawab menyarnpaikan risalah Islam kepada

umatnya dan para sahabatnya sebagai bagian dari transrnisi Nabi Muhammad. Nabi

memberi tahu para sahabatnya tentang pentingnya ilmu. dan mencari ilmu serta

menyebarkannya kepada orang lain yang tidak hadir di setiap perjalanan atau

pertemuan Nabi karena larangan atau pekerjaan tertentu.10

7
Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Perkembangan Hadits (Cet. VI; Jakarta: Bintang Bulan Sabit,
1980), h. 48
8
M. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits, (Cet. X; Bandung: Angkasa, 1994), h. 69
9
Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Perkembangan Hadits, h. 47-134
10
Mudasir, Ilmu Hadits (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 88-89

4
Dimulai dengan turunnya ayat-ayat otoritatif Alquran, lahirlah tradisi Nabi

Muhammad. Alquran diturunkan terlebih dahulu, Nabi memerintahkan para

sahabatnya untuk mernpelajari, menghafal dan menulis Alquran dan secara resmi

menjadi juru tulis yang bertanggung jawab untuk mencatat setiap ayat Alquran yang

diturunkan oleh Nabi. Berkenaan dengan hadits, Nabi memerintahkan para

sahabatnya untuk menghafal dan menyebarkannya kepada orang lain dan melarang

untuk mengubahnya, tetapi tidak menetapkan teks resmi seperti penulisan Al-Qur'an.

Meski secara resmi dilarang, para sahabat tetap melakukannya secara individu,

bahkan ada yang mengurnpulkan hadits.

Semangat dan ketulusan para sahabat menerima apa saja yang diajarkan Nabi

dan apa saja yang mereka terima. Selain motivasi keagamaan, hafalan dan ingatan

juga sangat membantu dalam mengingat dan mernahami apa yang diajarkan Nabi

Muhammad.11

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa lahirnya hadis merupakan

hasil. interaksi Nabi sebagai mubayyin (penafsir) nash-nash al-Qur’an dengan para

sahabatnya atau orang lain.. Sepeninggal Nabi SAW, para sahabat sangat berhati-hati

dalam menerirna dan mewariskan hadits. Hal ini dilakukan untuk menjaga kemurnian

Al-Qur'an agar tidak tercampur dengan hadits, dan juga untuk menjaga

keorisinalitasan hadits itu sendiri.

11
Lalat. Zuhri, Kajian Sejarah dalam Hadits dan Metodologi Nabi (Cet 11, Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya, 2003) h. 29

5
2. Periode Kepenulisan

Minat membaca dan menulis Nabi SAW sangat besar, bahkan beliau selalu

berdiri tegak dan rajin mernbudayakan membaca dan menulis di antara para

sahabatnya. Sebagai buktinya, dia mernutuskan untuk melepaskan orang-orang kafir

yang ditangkap pada Perang Badar, dengan syarat setiap tawanan mengajari sepuluh

orang membaca, dari putra-putri Madinah hingga para ahli.

Selain itu, Nabi mendelegasikan wewenang untuk menyalin Al-Qur'an kepada

para sahabatnya dan menulis surat yang dikirimkan kepada raja untuk mendukung

seruan Islam. Sedangkan hadits tidak perintah dari Nabi SAW untuk dituliskan

dengan cara yang tidak menyerupai Al-Qur'an, bahkan yang populer adalah beliau

melarangnya untuk dituliskan. Namun menurutnya, masih ada perbedaan pendapat

tentang larangan Nabi Muhammad merekam hadits. Setidaknya ada 3 pendapat,

yaitu:

a. Larangan tersebut berlaku bagi mereka yang kuat dalam hafalan dan khawatir akan

kecanduan menulis, dan tidak berlaku bagi mereka.yang tidak memiliki ingatan

yang baik.

b. Hadits tentang larangan menulis dibatalkan (mansuh) dengan hadits yang

memerintahkan untuk dituliskan, dan larangannya adalah jika dikhawatirkan akan

bercampur dengan Al-Qur'an, jika aman, maka boleh. . tulis itu.

c. Yang dilarang adalah menulis hadits dalam satu sahif agar tidak terjadi kerancuan,

sehingga pembaca dalam satu naskah tidak akan bisa membedakan mana hadits

yang mana.

6
3. Periode Pencatatan Hadits

Pada abad pertama Hijriyah, mulai dari zaman Nabi, zaman Khulaf al-Rasidin

dan zaman Umawiyyah, yang berlanjut hingga akhir abad pertama abad ke-10 H,

hadis-hadis Nabi sebagian besar ditransrnisikan secara lisan. . Kebanyakan perawi

hadits meriwayatkan hadits dengan cara mekanis. Mereka tidak berinisiatif menulis

hadis karena mereka dikenal pandai menghafal dan sejarah mengenal hafalan mereka,

yaitu hafalan para Sahabat dan Tabiin.12

Ketika Islam mulai menyebar di kalangan masyarakat, khalifah Umar bin

Abdul Aziz, khalifah Urnayi yang bertakhta pada tahun 99 H, berinisiatif mencatat

hadits Nabi. Maka pada abad ke-2 H terjadi kodifikasi atau pernbukuan hadits, yakni

kodifikasi atau pernbukuan resmi berdasarkan perintah kepala negara, dengan turut

serta beberapa tokoh yang ahli di bidangnya. Khalifah Umar bin Abdul Aziz

memirnpin pencatatan hadis karena merasa hadits yang dihafal banyak yang gugur

akibat syahid di medan perang dan Al Quran dikurnpulkan dalam satu mushaf

sehingga tidak ada rasa takut terhadap Al Quran dan hadits sedang bercampur aduk.

Baru pada masa pemerintahan khalifah kedua Dinasti Umayyah, Umar bin

Abd al-Aziz. Adapun faktor-faktor yang mendorong khalifah untuk segera

mencatatkan hadits tersebut secara resmi adalah sebagai berikut:13

a. Merasa tidak nyaman kehilangan hadits;

b. Hadits palsu muncul karena konflik politik dan sektarian

c. Teman-teman bubar ke beberapa kota, dan banyak dari mereka tewas dalam

pertempuran.

12
Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Perkembangan Hadits, h. 59
13
Muhammad Alawi al-Maliki, Ilmu Ushul Hadits, (Cet. II; Yogyakarta: Pustaka Mahasiswa,
2009), hlm. empat belas.

7
4. Periode Pentashihan

Memasuki abad ketiga Hijriyah, para ulama yang sangat selektif dan tanggap

dalam meriwayatkannya mulai menceritakan kembali hadits-hadits Nabi Muhammad

yang mereka wariskan, termasuk hadits-hadits yang terkurnpul pada abad kedua

Hijriah yang pada masa itu tidak dipisahkan oleh spesialis. pada hadits. Hadis-hadis

ini diambil dari fatwa-fatwa para Sahabat dan Tabin, serta dari harapan para ulama

terhadap pernalsuan hadis-hadis agar terjaga keberadaan dan kesuciannya.14

Selain itu, para ulama melakukan pernbacaan hadits dengan menentukan

syarat-syarat bacaan hadits tersebut, seperti rijal al-hadits, apakah ia pernah bertemu

dengan orang yang membacakan hadits tersebut, apakah ia cacat, malu, atau akhlak

buruk. Selain itu, para ulama juga memperhatikan tahammul dan ada'. Hal ini terlihat

dalam hadits lengkap Imam Bukhari dan Imam Muslim, yang sama-sama menetapkan

sanad suatu hadits harus kontinyu, muslim, benar (masuk akal), tidak tadlis, tidak

mengubah nalar, adil, dengan hafalan yang teguh, tanpa ragu-ragu dan baik.15

Saat ini terdapat tiga bentuk kompilasi kumpulan hadits, diantaranya:

a. Buku ini shahih, hanya berisi hadits shahih, hadits yang tidak shahih tidak

termasuk. Bentuk susunan kitab ini adalah musannaf, yaitu penyajiannya

dibangun. pada bab-bab tertentu, seperti kitab-kitab fikih. Hadits yang

dikurnpulkan mernbahas masalah fiqh, aqidah, moralitas, sejarah dan

interpretasi.

14
Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Perkembangan Hadits, h. 67

15
Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Perkembangan Hadits, h. 72

8
b. Kitab Sunan yang juga mernuat hadits-hadits daif selain hadits shahih asalkan

tidak terlalu daif dan tidak munqar. Adapun hadits dhaif, dijelaskan sebab-sebab

kelemahannya.

c. Kitab-kitab musnad, kurnpulan hadits disusun berdasarkan nama perawi pertama,

kadang juga menurut urutan suku, menurut nama sahabat yang masuk Islam

terlebih dahulu, dan ada pula menurut urutan lain, misalnya urutan huruf hijayi

(abjad) atau lainnya. Kitab hadits ini tidak menjelaskan kualitas hadits.

5. Periode studi hadits

Para ulama hadits abad kedua dan ketiga Hijriah yang mengurnpulkan hadits

berdasarkan usaha sendiri, pemeriksaan diri, kunjungan ke para penghafal, disebut

ulama mutakaddim.

Setelah abad ketiga, pada abad keempat Hijriah, muncul ulama hadits yang mengaku

sebagai ulama paling modern. Para ulama pada masa itu mengurnpulkan atau

mengutip kitab-kitab para ulama mutaqaddimin dan beberapa hadits yang telah

dikurnpulkan sebagai hasil pencarian sendiri para penghafal.

Upaya para ulama hadits untuk melestarikan dan mengernbangkan hadits terus

berlanjut hingga saat ini. Selama ini, sebagian besar ulama mempelajari hadits-hadits

yang ada kemudian mengembangkannya dalam kitab-kitab syari, yaitu kitab-kitab

yang memuat uraian dan penjelasan kandungan hadits-hadits yang berkaitan dengan

dalil-dalil lain, baik dari al-Qur'an maupun dari hadits-hadits dan kaidah-kaidah. -

aturan sara lainnya dan periksa sanad yang ada dalam kumpulan hadits.16

Para ulama pada abad ke-5 M dan selanjutnya berfokus pada perbaikan

penataan kitab, pengurnpulan hadits menjadi kitab-kitab besar, pengurnpulan hadits

16
Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Perkembangan Hadits, h. 93

9
yang secara khusus membahas satu topik dalam satu kitab, mempelajari kitab-kitab

hadits dan meringkasnya agar lebih mudah mernperoleh hadits. dan menyusun

kumpulan hadits mereka dengan metode menyusun kumpulan hadits.

Penyusunan buku kali ini lebih. terfokus pada pengembangan dan beberapa

variasi dari yang sudah ada, antara lain penyempurnaan isi Sahih Bukhari dan Sahih

Muslim. Kami mengumpulkan isi satu buku dengan gaya fikih. Jangka waktu

perkernbangan hadis ini dinilai sangat panjang, yakni sekitar abad keempat Masehi.

hingga beberapa abad berikutnya hingga saat ini.

6. Periode Modern

Hasbi al-Shiddiqi membagi periodisasi ini menjadi enam periode dan kini

meluas ke periode modern, yaitu periode penciptaan Syariat, penciptaan kitab-kitab

tahrij, dan seterusnya.17

Ketika Bagdad dihancurkan, dan dihancurkan oleh sekutunya, yaitu Hulagu

Khan, perkembangan hadis berpindah ke Mesir dan India. Pada masa ini para ulama

hadits mensistematisasikan kumpulan hadits yang ada, menyaring, mengernbangkan

dan menyusun kitab-kitab tahrij, menyusun kitab-kitab jami umum, mengurnpulkan

hadits-hadits hukum yang terkenal di masyarakat, taqrij hadits dan menyusun kitab-

kitab atraf.

Selama ini para ulama hadits mernpelajari kumpulan hadits yang ada,

kemudian dikembangkan dan dirangkum menjadi karya-karya berikut:

a. Kitab Zawayd, yang menghimpun hadits dari kitab-kitab tertentu yang tidak

terdapat pada kitab-kitab lain.

17
Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Perkembangan Hadits, h. 26-27

10
b. Kitab Tarij, yaitu kitab yang menerangkan.dimana hadis-hadis yang terdapat

dalam kitab-kitab tertentu diambil dan dijelaskan kualitasnya.

c. Hadis.yang membahas beberapa masalah seperti bulugal al-maram min farlah al-

ahkam dari Ibnu Hajar al-Asqalani dan kurnpulan hukum hadits Hasbi ash-

Shiddiqi dan sebagainya.

d. Buku Pegangan Hadits, yaitu buku yang berisi petunjuk-petunjuk praktis untuk

memudahkan mencari referensi hadis pada kitab-kitab tertentu.

e. Kitab Jami yang mengumpulkan hadits dari kumpulan hadits tertentu,18

Pada pertengahan abad ke-13, ke-10, perkernbangan kajian hadis terus

berlanjut, sehingga pengaruhnya melahirkan berbagai karya pendekatan modern,

metode analisis dan interpretasi kajian. Para ilrnuwan di era modern mulai

menggunakan metode dan pendekatan yang berbeda dengan metode dan pendekatan

para ilmuwan sebelumrnnya, sangat wajar, karena sesuai dengan zamannya.

18
Hasbi Ash-Shiddiqi, Sejarah Perkembangan Hadits, h. 126-129

11
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan penjelasan dalam makalah ini, dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Periode asal mula hadits dimulai dari Nabi Muhammad SAW. dijadikan rasul

2. Penulisan hadits sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. masih hidup.

Hal ini dibuktikan dengan izin Nabi kepada para sahabatnya untuk mencatat

hadits-hadits dan hadirnya beberapa sahif yang menerbitkan hadits-hadits Nabi

Muhammad.

3. Periode pembukuan hadis secara resmi dilakukan pada masa pemerintahan

Umawiyah atas kebijakan Khalifah Umar ibn Abd Aziz pada abad kedua H.

4. Masa penyempurnaan atau penyaringan hadits dimulai pada abad ke-3 H hingga

akhir abad ke-3 H, sekitar tahun 201-300 H. Menentukan syarat sahihnya suatu

hadits dengan memperhatikan beberapa kriteria, misalnya rijal al-hadits

5. Masa kajian hadits dimulai pada abad ke-4 H hingga tahun 656 H.

6. Era modern dimulai hari ini pada tahun 656. Sampai saat ini para ulama hadits

mempelajari kumpulan hadits yang ada, kemudian dikembangkan atau

dirangkum dan dipilah hadits tersebut sesuai dengan topik yang dibahas. Kajian

12
hadis modern berkembang dengan penggunaan metode dan pendekatan yang

sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. Alasan

Kami berharap artikel ini dapat mernbantu untuk memahami perturnbuhan dan

perkembangan hadits Nabi Muhammad SAW dan menambah pemahaman bahwa

hadits Nabi Muhammad yang ada mengalarni berbagai proses dari waktu ke waktu

untuk disistrnatisasikan dan dipelajari dalam makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shiddiqi Hasbi, 1980 Sejarah Perkembangan Hadits Cet. II; Jakarta: Bulan
Bintang.
Kemendiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2018, Jakarta: Balai Pustaka.
Ismail M. Sihudi, 1987 Pengantar Ilmu Hadits Cet. 10; London: Angkasa
Mudasir, 1999 Ilmu Hadits Cet. SAYA; Bandung: Perpustakaan Setia.
Suryani Hotima, Metode Pengajaran dari Perspektif Hadits Nabi, 2018: Jurnal Studi
Agama, Pendidikan dan Humaniora, Vol. 5#2
Sutari Endang, 1997 Ilmu Hadits, Cet. II; Bandung: Amal Bakti Press.
Yuslem Naweer, 2021 Uloom al-Hadith dkk: PT. Mata Air Mutiara Vidya
Zakiyatul Rahma Munawaro, Jurnal 2021: Periodisasi Historis At-Tafkir
Perkembangan Hadits dari Periode, Jilid 14 No., UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Zuhri Mukh, Kajian Historis dan Metodologi Hadits Nabi, 2003, Yogyakarta: Tiara
Yogya Wacana.

Anda mungkin juga menyukai