Anda di halaman 1dari 12

HADIS PADA MASA NABI MUHAMMAD DAN DI ERA KODIFIKASI HADIS

Julianto Andrea
juliantoandrea1801@gmail.com

Abstract
This discussion is that the hadith during the time of the Prophet Muhammad and in the pre-
codification era of hadith is very important in continuing the study of ulumul hadith. This is
because the hadith is an explanation of the Qur'anic verse that was sent down by Allah through
an angel to be delivered to the Prophet Muhammad in stages. It is known that this paper
explores in it (1) hadith during the time of the Prophet (2) hadith during the time of the
companions (3) hadith during the time of tabi'in. Before studying the history of the growth of
hadith, it is hoped that we can know the actions of Muslims towards hadith and the efforts it
does to maintain in every period of hadith until finally the perfect book appears known in
Islam as tadwin. A lot of history has indeed been carried out from the time of the Prophet to
this time or the period before the bookkeeping, because this journey is very long when viewed
and read the history, the struggle is not easy to be very tortuous.
Keywords : Hadith, tadwin, era of Rasulullah, friend, tabi'in

Abstrak
Pembahasan ini ialah hadis pada masa Nabi Muhammad Saw dan di era kodifikasi hadis
adalah suatu yang sangat penting dalam melanjutkan kajian ulumul hadis. Hal ini dikarenakan
hadis merupakan suatu penjelasan ayat Al-Qur’an yang diturunkan oleh Allah melalui
malaikat untuk disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw secara bertahap. Secara diketahui
bahwa tulisan ini mengeksplorasi didalamnya ialah (1) hadis masa Rasulullah (2) hadis pada
masa sahabat (3) hadis pada masa tabi’in. Sebelum mempelajari sejarah pertumbuhan hadis
diharapkan dapat mengetahui suatu tindakan umat islam terhadap hadis serta usaha yang
dilakukannya dapat memelihara disetiap periode hadis hingga akhirnya muncul kitab-kitab
secara sempurna yang dalam islam dikenal dengan tadwin. Banyak sejarah yang memang
dijalani mulai dari masa Rasulullah sampai masa ini atau masa sebelum pembukuan, karena
perjalanan ini sangat panjang jika dilihat dan dibaca sejarahnya, perjuangan nya tidak mudah
sangat berliku sebenarnya.
Kata Kunci : Hadis, tadwin, masa Rasulullah, sahabat, tabi’in

Pendahuluan
Sejarah dan perkembangan hadis dan seterusnya hingga muncul kitab-kitab
dapat dilihat dari 2 aspek penting, yakni himpunan hadis untuk dijadikan sebuah
periwayatan dan pendewaannya. Dari pedoman dalam suatu kehidupan tersebut.
keduanya bahwa dapat kita ketahui proses Termasuk dengan kaitan masa
dan transformasi yang berkaitan dengan perkembangan dan pertumbuhan hadis,
perkataan, perbuatan, hal ihwal, sifat dan para ulama berbeda pendapat dalam
taqrir dari Nabi Saw kepada para sahabat
menyusunnya juga. M.M.Azamiy1 dan sahabatnya memahami dan menghafal apa
Ajjaj al-khatib membaginya dalam dua yang memang telah diterimanya dari Nabi
periode2, dan Muhammad Abd al-Ra’uf Saw.6
membaginya kedalam lima periode3,
Sepeninggal Nabi Muhammad Saw,
sedangkan Hasbi Ash Shiddieqy
kalangan sahabat sangat berhati-hati dalam
membaginya dalam tujuh periode.4
menerima dan meriwayatkan sebuah hadis.
Studi hadis tidak hanya dilakukan Hal ini dimaksudkan sebagai upaya
oleh kalangan muslim melainkan juga menjaga kemurnian Al-Qur’an agar tidak
dilakukan oleh kaum orentalis. Bahkan mudah tercampur dengan hadis, selain
memang kajian hadis di seluruh Dunia itupun juga untuk menjaga keorisinalitas
Islam semakin menguat yang telah dilator hadis tersebut.7 Di era masa tabi’in sedikit
belakangi oleh Umat Islam agar bisa berbeda dengan apa yang telah terjadi
menyanggah terhadap kaum orentalis dimasa para sahabat. Karena memang Al-
tentang ketidak aslian hadis nya tersebut.5 Qur’an telah disebarluaskan di masa itu di
seluruh negeri Islam, sehingga tabi’in bisa
Kelahiran hadis sebagaimana yang
mulai menfokuskan diri dalam mempelajari
dimaksud terkait langsung dengan suatu
sebuah hadis dari para sahabat yang mulai
pribadi Nabi Muhammad Saw, sebagai
disebar kesuluruh penjuru dunia Islam.
sumber hadis, dimana memang beliau telah
Dengan sedemikian, bahwa pada masa
membina umatnya selama kurang lebih 23
tabi’in sudah mulai berkembang
tahun, dan masa tersebut ialah kurun waktu
penghimpunan hadis (al-jam’uh wa al-
yang turunnya wahyu (Al-Qur’an),
tadwin), meskipun padahal masih ada yang
bersamaan dengan itu keluar pula hadis.
tercampur antara hadis Nabi dengan Fatwa
Lahirnya hadis pada masa Nabi adalah
sahabat. Barulah di era masa Tabi’ al-
adanya suatu interaksi Rasulullah sebagai
tabi’in hadis baru di bukukan, bahkan di
Mubayyin (pemberi suatu penjelasan)
era tersebut menjadi era nya kejayaan
terhadap ayat Al-Qur’an kepada sahabat
kodifikasi hadis. Karena kodifikasi tersebut
ataupun kepada umat lainnya, dalam
di lakukan oleh berdasarkan perintah dari
rangka menyampaikan risalah, dan juga
Khalifah Umar bin Abdul Aziz, khalifah
karena adanya berbagai suatu persoalan
ke-8 di Bani Umayyah yang sangat bijak
hidup yang sedang dihadapi oleh umat dan
dan ditindaklanjuti oleh ulama diberbagai
sangat dibutuhkan solusi atau jalan
daerah hingga pada masa berikutnya hadis
pemecahannya dari Nabi Saw, lalu para
dibukukkan dalam kitab hadis.8
1
Periode pertama dirinci dalam empat fase dan
periode kedua dirinci dalam 3 fase. Lihat Pembahasan
M.M.Azamiy, Dirasat fi al-Hadi al-Nabawi wa
Tarikh Tadwinih, yang diterjemahkan oleh Ali 1. Hadis pada masa Rasulullah Saw
Mustafa Ya’qub dengan judul Hadis Nabawi dan
sejarah kodifikasinya, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
2006), 123-300
2
Ajjaj al-Khatib membaginya dalam dua periode,
6
yaitu hadis masa Nabi Saw, dan hadis pada masa Mahmud Thahhan, Ulumul Hadis: Studi
sahabat dan Tabi’in. Kompleksitas Hadis Nabi, (Yogyakarta: Titian Ilahi
3
M.Suhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis, (Bandung: Press, 1997), 18
7
Angkasa, 1994), 69 Khotimah Suryani, Metode Pembelajaran dalam
4
T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah Perkembangan Perspektif Hadis Nabi, Dar el-Ilmi: Jurnal Studi
Hadis, (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), 1-133 Keagamaan, Pendidikan, dan Humaniora, Volume.
5
Munzi suparta. Ilmu Hadis (Jakarta: Raja wali Pers, 5, Nomor. 2, (Oktober 2018), 139
8
2011) 69 Idris, Studi Hadis, (Jakarta: Kencana, 2010), 93
Hadis pada masa ini dikenal dengan fleksibel, terkadang hadis yang
Ashr al-Wahy wa al—Takwin, yakni masa disampaikan ketika Nabi bertemu dengan
turun wahyu dan pembentukan masyarakat sahabatnya di Masjid, pasar, ketika dalam
Islam.9 Keadaan seperti ini sebenarnya perjalanan, dan terkadang pula juga di
menuntut dengan serius dan kesangat hati- rumah Nabi nya sendiri. Selain itu bahkan
hatian para sahabat sebagai pewaris ada beberapa cara Rasulullah Saw dalam
pertama jaran Islam. Wahyu yang menyampaikan hadis kepada para
diturunkan Allah dijelaskan Nabi melalui sahabatnya, yakni: Pertama, melalui majlis
perkataan, perbuatan, dan taqrirnya. ilmu, yakni tempat pengajian yang
Sehingga apa yang didengar dan disaksikan diadakan oleh Nabi Muhammad Saw untuk
oleh para sahabat itu adalah pedoman bagi membina para jama’ahnya. Kedua, dalam
amaliah dan ubudiah mereka.10 Rasulullah banyak kesempatan Rasulullah juga telah
Saw pun memerintahkan kepada para menyampaikan hadisnya melalui para
sahabatnya agar untuk menghafal, sahabat tertentu, yang memang kemudian
menyampaikan dan menyebar luaskan disampaikan kembali kepada orang lain.
hadis-hadis. Nabi sendiri tidak hanya Jika hadis yang disampaikan sangat
memerintahkan, namun memang beliau berkaitan dengan persoalan keluarga dan
juga banyak memberikan semangat melalui kebutuhan biologis, maka hadisnya itu
do’a-do’anya dan tidak jarang Nabi juga disampaikan melalui istri-istri Nabi sendiri.
menjanjikan kebaikan akhirat bagi mereka Ketiga, melalui ceramah, pidato atau
yang menghafal hadis dan menyampaikan siraman rohani ditempat yang terbuka,
kepada orang lain.11 Hal tersebut kemudian misalnya ketika Haji Wada’ dan fath al-
membuat semangat motivasi untuk para Makkah. Ketika Nabi menunaikan haji
sahabat meningkat dalam menghafal hadis, pada tahun 10 H, Nabi menyampaikannya
disamping para sahabat adalah orang Arab dalam khutbahnya tersebut yang sangat
tulen yang mayoritas tidak bisa baca-tulis, bersejarah di dpan ratusan ribu kaum
namun demikian mereka ada yang muslimin yang sedang melaksanakan
mempunyai kemampuan hafalan yang ibadah haji, isinya itu yang berkaitan
sangat luar biasa, karena menghafal dengan bidang muammalah, ubudiyah,
merupakan suatu budaya yang sangat kuat siyasah, jinayah, dan HAM yang meliputi
di Bangsa Arab yang telah diwarisinya.12 kemanusiaan, persamaan, keadilan sosial,
Para sahabat pun sebenarnya dapat secara keadilan ekonomi dan masih banyak lagi.
langsung memperoleh suatu hdis yang dari Selain itupun adanya larangan dari Nabi
Rasulullah SAW sebagai sumber hadis. untuk menumpahkan darah, larangan riba,
Tempat yang dijadikan Nabi dalam menganiaya, dan juga perintah untuk
menyampaikan sebuah hadis sangat menegakkan tali persaudaraan denga
9
Muhammad Alfatih Suryadilaga, Ulumul Hadis,
sesama manusia, serta untuk selalu kita
(Yogyakarta: Kalimedia, 2015), 50 berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan
Hadis.13
10
Munzir Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta: Rajawali
Press, 2010), 70
11
Ahmad Isnaeni, Historisitas Hadis dalam Para Sahabat pun merespon dengan
Kacamata M. Mustafa Azami, QUHAS: Jurnal of
baik dan menerima ataupun menguasai
Qur’an and Hadith Studies, Volume 3, Nomor 1,
(2014), 233 (diakses pada 2 Mei 2019)
12 13
Muhammad Abu Zahwi, Al-Hadis Wa Al- Lukman Zain, Sejarah Hadis pada masa
Muhaddisun al-Inayah al-Ummah al-Islamiyah bi permulaan dan penghimpunannya. Jurnal driya al-
al-sunnah bi al-muhammadiyah, (Mesir: Dar al-Fikr Afkar, Volume 2, nomor 01, (Juni 2014, 5 (diakses
al-Arabi, t.t), 49 pada 02 Mei 2019)
hadis yang tidak selalu sama. Hal ini Ketiga, menyampaikan hadis dengan
disebabkan karena beberapa hal, yakni: sebuah praktek secara langsung di depan
adanya perbedaan antara mereka dalam para sahabat, misalnya ketika beliau
soal kesempatan bersama Rasulullah dan mengajarkan cara berwudhu, shalat, puasa,
juga soal bagaimana kesanggupan bertanya menunaikan ibadah haji dan lain
kepada sahabat lainnya, serta berbedanya sebagainya.15
waktu Islam dan jarak tempat tinggal dari
Sebenarnya pada masa Nabi bahwa
masjid Rasulullah. Ada beberapa sahabat
hadis tidak di tulis secara
yang memang sudah tercatat paling banyak
resmisebagaimana al-Qur’an, hal ini
menerima hadis dari Rasulullah, misalnya
dikarenakan memang adanya larangan dari
sahabat yang tergolongkan dala kelompok
Nabinya langsung. Larangan menulis hadis
Al-Sabiqun Al-Awalun (Abu Bakar, Umar
dari Rasul sendiri itu sebagaimana
bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi
diriwayatkan oleh Abu Said al-Khudri,
Thalib, dan Ibnu Mas’ud), Ummahat al-
bahwasannya Rasulullah Saw bersabda :
Mukminin (Siti Aisyah, dan Ummu
Salamah), sahabat yang meskipun tidak )‫التكتبوا عنّي شيئا غير القران فليمحه (رواه أحمد‬
lama bersama Nabi, akan tetapi banyak
Rasulullah SAW telah bersabda,
bertanya kepada sahabat lainnya secara
“Janganlah kamu menulis sesuatu yang
dengan sungguh-sungguh seperti, Abu
berasal daripadaku, kecuali Al-Qur’an,
Hurairah, dan Abdullah bin Umar, Anas
dan barangsiapa telah menulis daripadaku
bin Malik, dan Abdullah bin Abbas mereka
selain Al-Qur’an maka hendaklah ia
adalah sahabat yang secara sangat
menghapusnya”16
sungguh-sungguh mengikuti majlis Nabi,
banyak bertanya kepada sahabat lainnya Larangan dari Nabi dalam soal
meskipun dari sudut usia tergolong jauh penulisan hadis tersebut secara implisit
dari masa hidup Nabi.14 menunjukkan adanya sebuah kekhawatiran
dari Nabi apabila hadis yang ditulis akan
Hadis yang disampaikan oleh Nabi
bercampur baur dengan catatan ayat-ayat
kepada para sahabat itu sebenanya melalui
Al-Qur’an. Meskipun memang demikian
dengan beberapa cara, menurut
ada pula riwayat-riwayat yang menyatakan
Muhammad Mustafa Azami sebenarnya
bahwa pada masa Rasulullah ada sebagian
ada 3 cara, yakni: Pertama, Rasul itu
sahabat yang memiliki lembaran (Sahifah)
menyampaikan hadis dengan kata-kata,
yang berisi tentang catatan hadis, misalnya
Rasul pun banyak mengadakan pengajaran-
Abdullah bin Amr bin Al-Ash dengan
pengajaran kepada para sahabatnya, dan
lembaran yang diberi nama al-Sahifah al-
bahkan dalam rangka untuk mempermudah
Shadiqah, dinamakan dengan demikia
pemahaman dan daya ingat para sahabat,
karena dia menulis secara langsung dari
Nabi mengulang-ulang sebuah
Rasulullah nya sendiri, sehingga periwayat
perkataannya sampai 3 kali. Kedua, dengan
menyampaikan hadis melalui media tulis
atau Nabi mendiktekan kepada sahabat
15
Muhammad Mustafa Azami, Studies In Hadith
yang memang sangat pandai menulis.
Methology and Literature, (Indiana:American Trust
14
M.M.Azamiy, Dirasat fi al-Hadi al-Nabawi wa Publications, 1977), 10
16
Tarikh Tadwinih, yang diterjemahkan oleh Ali Hadis Riwayat Muslim, al-Darimi dan Ahmad ibn
Mustafa Ya’qub dengan judul Hadis Nabawi dan Hanbal. A.J. Wensinck, al-Mu’jam al-Mufahrus li
Sejarah Kodifikasinya, (Jakarta: Pustaka Firdaus, Alfazh al-Hadis al-Nabawi VI, (Leiden:E.J. Brill,
2006), 78 1936), 176
nya tersebut di percaya kebenarannya.17 Hadis yang melarang untuk penulisan
Begitupun dengan Ali bin Abi Thalib dan pun menurut Abu Sa’id al-Khudri berkata
Anas bin Malik sama-sama memiliki “Kita telah berusaha minta izin menulis
catatan hadis. Dan ini memang bukan (hadis) pada Nabi Saw, tapi Nabi Saw
melanggar akan tetapi ada riwayat lain menolaknya. Dalam riwayat lain beliau
yang membolehkan dan mengizinkan para berkata: kita telah minta izin pada Nabi
sahabat menulis hadis. Saw, tentang penulisan hadis dan Nabi
tidak memberikan izin kepada kita”.
Pada masa Rasulullah sedikit yang
bisa menulis sehingga yang menjadi Menurut yang di riwayatkan Abu
andalan paling ampuh mereka adalah Hurairah beliau berkata, “Kita telah keluar
dengan digunakan hafalan. Menurut Abd bersama Rasulullah dan kita menulis
Al-Nashr, Allah telah memberikan suatu hadis-hadisnya. Rasulullah bertanya, ‘Apa
keistimewaan kepada para sahabat dengan yang telah kalian tulis?’ kita menjawab,
menggunakan kekuatan daya ingat dan ‘Hadis-hadis yang telah kami dengar
kemampuan hafalannya. Mereka dapat darimu ya Rasulullah’. Rasulullah
meriwayatkan Al-Qur’an, hadis dan syair. bertanya kembali ‘kitab selain kitab
Dengan baik seakan mereka juga membaca Allah?’ tidakkah kalian tahu, ummat
dari sebuah buku.18 sebelum kalian tidaklah telah sesat kecual
karena telah menulis kitab-kitab bersama
Hadis pada masa itu memang
kitab Allah.”
umunya hanya diingat dan dihafal oleh
para sahabat dan tidak ditulis seperti Al- Memang di sisi lain ada pula hadis
Qur’an ketika disampaikan oleh Nabi yang memperbolehkan mencatat hadis
karena situasi dan kondisi yang tidak yang menjadi argument bagi pembolehan
sangat memungkinkan.19 penulis diantaranya
Adanya larangan yang berakibat  Hadis yang diriwayatkan oleh
hadis yang tidak ditulis dan seandainya Abdullah bin Amru bin As R.A
Nabi tidak pernah melarangpun tidak “aku telah mencatat segala
mungkin hadis dapat di tulis karena sesuatu yang aku dengar dari
menurut M. Suyudi Ismail hal ini Rasulullah saw, karena hendak
disebabkan oleh beberapa alasan yaitu : menghafalnya. Mengetahui hal
itu kaum Quraisy melarangku
 Karena hadis yang disampaikan
seraya berkata ‘apakah kalian
tidaklah selalu dihadapan sahabat
menulis segala sesuatu dari
yang pandai menulis.
Rasulullah, sementara
 Perhatian Nabi dan sahabat lebih
Rasulullah manusia biasa yang
banyak kepada Al-Qur’an.
bertutu baik saat marah dn
 Meskipun Nabi mempunyai
ridha.’ Kemudian aku
sekretaris akan tetapi mereka hanya
menghentikan aktifitas penulisan
diberi tugas menulis wahyu yang
tersebut, dan menyampaikan hal
turun dan surat-surat Nabi saja.
tersebut kepada Rasulullah,
17
Al-Hasani Abd al-Majid Hasyim, Ushul al-Hadis al- maka Rasulullah mengangguk
Nabawi, (Kairo: al-Hadisah li al Thaba’ah, t.t), 15 dan mengarahkan jarinya pada
18
Idris. Studi Hadis (Jakarta: Kencana. 2013), 35. mulut dan berkata ‘Tulislah
19
Abd. Majid Khon Ulumul Hadis (Jakarta: Amzah
2012), 49 demi dzat yang jiwaku dalam
kekuaaan tidak ada sesuatu yang 3. Hadis pada Masa Tabi’in
keluar dari (Mulutku) kecuali
Selain para sahabat yang sudah
merupakan kebenaran.”20
banyak mengoleksi hadis Nabi, ada juga
 Hadis riwayat Anas bin Malik
memang dari kalangan para tabi’in yang
beliau berkata; Rasulullah
nota beninya adalah para murid sahabat
pernah bersabbda “Ikatlah ilmu
juga banyak yang mengoleksi hadis-hadis
dengan tulisan”
Nabi, bahkan pula mereka mengoleksinya
 Hadis riwayat Nafi bin Khudaij
sudah mulai disusun dalam sebuah kitab
ia berkata. Kita telah berkata :
yang beraturan. Sebagaimana pula sahabat,
Ya Rasulullah kita mendengar
para tabi’in pun sama sangat berhati-hati
sesuatu darimu, bolehkah kita
dalam meriwayatkan hadis. Hanya saja
menulisnya? Rasulullah
mungkin pasti ada perbedaannya ialah dari
mejawab; tulislah taka da
segi beban yang dihadapi oleh sahabat dan
masalah”.
tabi’in, dan beban sahabat tentu lebih berat
2. Hadis Pada masa Sahabat jika di bandingkan dengan oleh tabi’in.
Karena di masa tabi’in al-Qur’an telah di
Diringkas dari keempat Khalifah
kumpulkan dalam satu mushaf, selain itu
bahwasannya mereka menentukan
pula pada masa akhir periode
kebijakan tentang periwayatan hadis ada 4
Khulafaurrasyidin (terkhusus pada masa
bentuk, yaitu: Pertama, Mereka seluruhnya
utsman bin Affan), para sahabat ahli hadis
sepakat tentang pentingnya hati-hati dalam
telah menyebar diberbagai negara Islam.
periwayatan hadis. Kedua, kesemuanya
Sejalan dengan pesatnya perluasan wilayah
melarang untuk memperbanyak
kekuasaan Islam, penyebaran sahabat-
periwayatan hadis, terutama pada masa
sahabat ke berbagai daerahpun terus
Khalifah Umar, tujuannya agar supaya
meningkat, hal ini kemudian
periwayat bersikap selektif dalam
berimplikasikan juga kepada peningkatan
meriwayatkan hadis dan supaya mereka
penyebaran hadis.
perhatian kepada masyarakat tidak
berpaling dari al-Qur’an. Ketiga, Para tabi’in menerima hadis Nabi
pengucapan sumpah ataupun penghadiran dari sahabat dalam berbagai bentuk, jika
saksi bagi periwayat hadis merupakan salah disebutkan ada yang dalam bentuk sebuah
satu cara untuk meneliti riwayat hadis. catatan ataupun sebuah tulisan da nada pula
Periwayat merasakan memiliki kredibilitas yang harus dihafal, disamping itu juga
yang tinggi tidak dibebani kewajiban dalam bentuk yang sudah terpolakan dalam
mengajukan sumpah ataupun saksi. ibadah dan amaliah para sahabat, lalu
Keempat, kesemuanya khalifah telah Tabi’in menyaksikan dan mengikutinya.
meriwayatkan hadis terkecuali ketiga Dengan begitu, tidak ada satu hadis pun
khalifah antaranya ialah (Abu Bakar, yang berceceran apalagi terlupakan.21
Umar, Utsman) mereka meriwayatkan
Upaya yang dilakukan oleh
hadis melalui lisannya hanya tinggal satu
Khalifah Umar bin Abdul Aziz ternyata
yaitu Khalifah Ali yang meriwayatkan
beliau ialah seorang yang memang gemas
secara lisan dan tulisan.
mencatat hadis, seperti yang diriwayatkan
20
Imam Hakim, Musadrak, jilid I hlm. 104-105, oleh Abu Qilabah ia berkata: “Kita
beliau berkomentar bahaa hadis ini sahihul isnad.
21
Dan juga daoat ditemui di Sunan Al-Darami hlm. Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis: Pengantar Studi
125 jilid I. Hadis Praktis, (Malang: Malang Press, 2008), 25
berangkat bersama Umar bin Abdul aziz dilakukan diakhir masa tabi’in. kodifikasi
untuk menunaikan shalat Dzuhur dan pada masa ini memang telah di gunakan
beliau membawa kertas demikian juga dalam metode sistematis, yaitu dengan
pada waktu Ashar di tangannya juga mengelompokkan hadis-hadis yang ada
terdapat kertas, lalu aku bertanya, tulisan sesuai dengan suatu bidang bahasan,
apa itu? Beliau menjawab, hadis dari Aun walaupun ternyata dalam penyusunan
bin Abdullah, saya terpesona olehnya masih bercampur antara hadis Nabi dengan
maka aku tulis”. Maka pada masa Umar qaul sahabat dan tabi’in. sebagaimana telah
bin Abdul Aziz ini oleh sebagian para terdapat di dalam sebuah kitab Al-
ulama disebut dengan periode atau fase Muwattha Imam Malik. Barulah disitu
dimana para penulis hadis sudah mulai awal abad kedua hijriah dalam
banyak dan menyebar serta aktifitas kodifikasinya, hadis telah dipisahkan dari
pergerakan keilmuan sudah mulai mahir qaul sahabat dan tabi’in.
dan menjamur. Hal ini ditandai oleh
Selain riwayat bi al-lafdzi, ada juga
banyaknya catatan-catatan hadis (Sahaif)
sistem penerimaan dan periwayatan hadis
hasil karya para tabi’in22
dengan sistem Isnad. Maraknya sebuah
Ada beberapa kota yang memang pemalsuan hadis yang terjadi di akhir masa
digunakan sebagai pusat pembinaan dalam tabi’in yang terus berlanjut sampai masa
periwayatan hadis, yang kemudian sesudahnya menjadikan para alim ulama
dijadikan sebagai tempat tujuan para tabi’in untuk meneliti keontetikan hadis, dengan
dalam mencari hadis. Kota-kota tersebut cara yang ditempuh para ulama ialah
ialah Madinah al-Munawwarah, Makkah, menelusuri perai-perawinya. Menurut Abu
al-Mukarramah, Kuffah, Basrah, Syam, Zahrah, sanad yang disampaikan pada
Mesir, Maghribi dan Andalusia, serta masa tabi’in sering menyampaikan suatu
Yaman dan Khurasan.23 Pusat yang hadis dengan tanpa menyebut sahabat yang
pertama dijadikan pembinaan ialah di meriwayatkannya.
Madinah, karena Madinah lah Rasulullah
5. Perkembangan dan Sejarah
juga membina masyarakat Islam yang
didalamnya terdiri atas para kaum Kodifikasi Hadis
Muhajirin dan Anshor. Diantara para Kodifikasi dikenal dengan tadwin
sahabat yang menetap di Madinah ialah yang berarti codification, yaitu
Khulafaurrasyidin, Abu Hurairah, Siti mengumpulkan dan menyusun. Nah
Aisyah, Abdullah bin Umar dan Abu Sa’id sedangkan di istilah bahwa kodifikasi ini
al-Khudri dan lain sebagainya.24 adalah penulisan dan pembukuan hadis
Nabi secara resmi yang berdasarkan pada
4. Hadis pada masa Tabi’in al-
perintah khalifah dengan proses yang
Tabi’in
dilibatkan dari beberapa personil ahli di
Cara periwayat hadis pada masa ini bidang hadis, bukan dilakukan secara
adalah dengan Bi Lafdzi, yaitu dengan individu ataupun demi kepentingan sendiri.
lafadz. Karena kodifikasi hadis dimulai Jadi bahwa sebenarnya, kodifikasi hadis
merupakan penulisan, penghimpunan, dan
22
Muhammad Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits, hlm. pembukuan hadis Nabi Muhammad Saw
326.
23
yang di lakukan atas perintah resmi dari
Subhi as-Shalih, Membahas ilmu-ilmu Hadis, 63
24
Noor Sulaiman, Antologi Ilmu Hadis, (Jakarta:
sang Khalifah Umar bin Abdul Aziz,
Gaung Persada Press, 2009), 70 khalifah ke-8 di Bani Umayyah yang
kemudian kebijakannya ditindaklanjuti hadis Nabi disia-siakan oleh
oleh para ulama diberbagai daerah sampai umatnya.
masa hadis terbukukan dalam suatu kitab  Penulisan dan penyebaran hadis
hadis.25 yang terjadi dari masa Nabi sampai
sahabat masih bersifat kolektif
Perintah dari Khalifah Umar bin
individual dan juga ada perbedaan
Abdul Aziz tersebut adalah khalifah yang
para sahabat dalam menerima hadis.
mencapai kepada keemasan di Bani
Dengan suatu kondisi yang seperti
Umayyah dan beliau pun terkenal dengan
ini dikhaatirkan akan terjadi sebuah
adil dan wara’ tergerak hatinya untuk
penambahan dan pengurangan pada
sebuah membukukan hadis. Umar Bin
lafadz hadis yang diriwayatkan.27
Abdul Aziz ini memerintahkan secara
 Banyaknya bermunculan hadis-
resmi dan massal kepada gubernur untuk
hadis palsu, terutama setelah
sebuah pembukuan hadis. Dikatakan resmi
wafatnya khalifah Ali bin Abi
karena dalam sebuah kegiatan
Thalib sampai pada dinasti
penghimpunan hadis tersebut merupakan
Umayyah, yang membuat Umat
suatu kebijakan dari kepala Negara, dan
Islam terpecah menjadi beberapa
telah dikatakan massal karena perintah
golongan yang memang membawa
kepala negara tersebut ditujukan kepada
mereka untuk bermunculkan
para gubernur dan ulama ahli hadis pada
keternagan hadis yang diperlukan
zamannya tersebut.26
untuk mengabsahkan sebagai
28
Yang melatarbelakangi kebijakan golongan yang paling besar.
Umar ini untuk membukukan sebuah hadis
Sebenarnya Khalifah Umar ini
secara resmi, adalah :
mengintruksikan kepada qadhinya di
 Sebelum hadis tersebar dalam Madinah yaitu yang bernama Abu Bakar
lembaran dan catatan nya masing- ibn Hazm yang berprofesi mejadi guru
masing sahabat, misalnya sahifah Ma’mar, al-Lais, al-Auza’I, Malik bin
yang dimiliki Abdullah bin Umar, Annas, bin Ishaq, dan Bin Dzi’bin agar
Jabir dan Hammam bin Munabbih. supaya membukukan hadis yang terdapat
Ahli hadis menyerahkan sebuah pada penghafal wanita yang terkenal,
hadis semuanya yang berurusa sekaligus seorang ahli fiqih yang
tentang penulisan hadis kepada merupakan murid dari Aisyah ra, yaitu
hafalan-hafalan para sahabat yang Amrah binti Rahman bin Sa’ad Zurarah bin
lafadznya mereka terima dari Nabi, Ades.29
namun ada pula sahabat yang hanya
Kitab hadis yang ditulis oleh Ibn
mengetahui sebuah maknanya dan
Hazm merupakan kitab hadis yang
tidak ada lafadznya, hal itulah yang
pertama, ditulis berdasarkan perintah dari
kemudian memang menjadikan
kepala negara, akan tetapi kitab tersebut
adanya perselisihan riwayat
tidak mencakup secara detail peredaran
penukilan sekaligus rawinya. Dari
situ ternyata ada kekhawatiran dari 27
Hasbi ash-shaddieqy, Sejarah dan Pengantar
Umar bin Abdul Aziz kalau nanti Hadis, 68
28
Ibd, 77
25 29
Idris, Studi Hadis,93 Fatihunnada, Hadis dan Sirah dalam Literatur
26
M. Syuhudi Ismail, metodologi penelitian Hadis Sejarawan Nusantara, Jurnal Living Hadis, Volume
Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), 17 1 nomor 2, (Oktober, 2016), 386
hadis yang telah ada di Madinah.30 Adapun Pembukuan hadis di abad ke-2
pembukuan hadi yang ada di Madinah belum tersusun dengan secara sistematis
secara detail ini adalah Muhammad ibn dalam bab-bab tertentu. Dalam sebuah
Muslim ibn Shihab al-Zuhri, seorang ulama penyusunannya, mereka masih
terkenal di pada masanya. Setelah generasi memasukkan perkataan sahabat dan fatwa
Shihab dan Abu Bakar berakhir, baru mulai tabi’in disamping hadis dari Nabi tersebut.
muncul generasi selanjutnya yang Diantara kitab-kitab di abad ke2 yang
kemudian melanjutkan upaya pembukuan.31 mendapat perhatian ulama secara umum
Para ulama yang melanjutkan kegiatan ialah kitab Al-Muwatha yang disusun oleeh
pembukuan antaranya di Makkah ialah Imam asy-Syafe’i serta As-Sirah an-
muncul Abu Muhammad Abd al-malik Nabawiyah atau al-Maghazi wa as-Siyar
(150 H), di Madinah muncul Muhammad susunan Ibnu Ishaq.
ibn Ishaq (151 H) dan Malik ibn Annas di
Adapun kitab-kitab yang sudah
Basrah muncul Said ibn Abi Arabah (156
dibukukan dan dikumpulkan pada abad ke-
H) Rabi’ ibn Shabi’ (160 H) dan Hammad
2 sangat cukup banyak jumlahnya, akan
bin Salamah (167 H), di Kuffah muncul
tetapi yang masyhur hanya ada beberapa
Sofyan al-Sauri (161 H) di Syam muncul
dikalangan nya, antaranya ialah:
Abu Umar al-Auzai (157 H), di Yaman
juga muncul Hasyim (173 H) dan Ma’mar 1. Al-Muwattha’, karangan Imam
bin Asyid (153 H) dan masih banyak lagi. Malik ibn Anas (95-179 H)
2. Al-Maghazi wa al-Siyar, karangan
Nama-nama tersebut adalah seorang
Muhammad ibn Ishaq (150 H)
ahli hadis yang membukukan hadis pada
3. Al-Jami’, karangan Abd al-Razak
abad ke-2 H, kemudian mereka lah yang
alsan’ani (211 H)
mengembangkan sebuah pengajaran hadis
4. Al-Mushannaf, karangan Syu’bah
di kota-kota dimna mereka berdiam diri,
ibn Hajjaj (160 H)
dan tempat itulah yang kemudian mereka
5. Al-Mushannaf, karang Sufyan ibn
kembangkan dan menjadi pusat-pusat
Uyainah (198 H)
pengembangan kajian hadis. Pembukuan
6. Al-Mushannaf, karangan al-Lais
hadis ini terus berlanjut hingga akhir
ibn Sa’ad (175 H)
pemerintahan Bani Umayyah, akan tetapi
7. Al-Mushannaf, karangan al-Auza’i
keadaan semakin sempurna ketika Bani
(150 H)
Abbas datang sekitar pertengahan abad
8. Al-Mushannaf, karangan al-
kedua. Dengan berbagai munculnya
Humaidi (219 H)
kembali Imam Malik dengan al-
9. Al-Maghazi al-Nabawuyyah,
Muwatha’nya, Imam Syafei dengan
karangan Muhammad ibn Wagid
Musnadnya, dan Asar Imam Muhammad
alAslami (130-207 H)
ibn HAsan al-Syabani dengan suatu
10. Al-Musnad, karangan Abu Hanifah
gerakan penyusun hadis secara lengkap,
(150 H)
mulai dari hadis Nabi sampai dengan
11. Al-Musnad, karangan Zaid ibn Ali
perkataan Sahabat dan Fatwa Tabi’in.32
12. Al-Musnad, karangan Imam al-
Safi’i (204 H)
30
Muhammad Mudzakir, Ulumul Hadis, (Bandung:
Pustaka Setia, 1998), 32
31
Subhu as-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu Hadis, 57
32
Ibid, 59
13. Mukhtalif al-Hadis, karangan Imam c. Al-Sunan, karya Ibn Majah (273 H)
al-Syafi’i (204 H)33 d. Al-Sunan, karya Abu Daud (275 H)
e. Al-Sunan, karya al-Tirmidzi
Setelah sepeninggalan para tabi’in,
f. Al-Sunan, karya al-Nasa’i (303 H)
yaitu pada permulaan abad ke III hijriah,
g. Al-Musnad, karya Ahmad ibn
para ulama mulai berusaha menyusun
Hanbal
kitab-kitab musnad yang memuat hadis
h. Al-Musnad, karya al-Darimi
Nabi dan memisahkannya dari perkataan
i. Al-Musnad, karya Abu Daud al-
sahabat dan fatwa tabi’in. Penyusun
Tayalisi.35
kitabnya adalah Abu Daud al-Tayalisi (202
H). Kitab yang sejenis dan paling memadai 6. Periode Kodifikasi Hadis Model
adalah adalah Musnad Imam Ahmad ibn “Al-Musannafat”
Hanbal, meskipun Imam Ahmad hidup
pada masa sesudahnya. Walaupun sudah Pada periode sebelumnya para
dipisahkan dari perkataan sahabat dan sahabat dan tabi’in hanya mengumpulkan
fatwa tabi’in, hadis dalam kitab musnad hadis tanpa di tertibkan sesuai dengan
masih bercampur antara hadis yang shahih tema-tema yang sama. Maka para periode
dan yang tidak shahih. Oleh karena itu ini para pengumpul hadis cenderung
pada masa pertengahan abad ke III H menertibkan hasil kumpulannya sesuai
disusunlah kitab yang didalamnya benar- dengan bab-bab yang sama. Tujuan dari
benar termuat hadis yang shahih, misalnya pengumpulan ini adalah membantu para
Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan at- ulama yang berkecimpungan dalam suatu
Tirmidzi, Sunan Abu Daud, Sunan Ibn urusan fiqih. Periode ini dimulai pada akhir
Madjah, dan Sunan an-Nasa’i.34 masa kehidupan Imam Az-Zuhri ra (w. 124
)
Orang yang pertama kali menyusun dan
menyusun hadis dalam satu bab ialah al- Model perangkuman hadis pada
Jarir Amir al-Sya’bi, beliau menyusun periode ini disebut musannafat, majami’
kitab hadis khusus tentang talak. Kemudian dan muwatta’at Perangkum pertama pada
diteruskan oleh Abdullah ibn Musa periode ini adalah Abdul Malik bin Abdul
alAbasy al-Kufi, Musaddad al-Basry, Asad Aziz bin Juraij, dalam kitabnya yang
ibn Musa dan Na’im ibn Hammad al- dinamakan “Kutub al-Sunan”. Sedangkan
Khaza’i. ulama lain yang merangkum model diatas
adalah al-Imam Zaid bin Ali Zainul Abidin
Adapun kitab-kitab yang disusun dan ( w. 122 H) dengan judul kitabnya “Kitab
dibukukan pada abad ke III H, yang al-Majmu’, “al-Muwatta” karangan Imam
terkenal yaitu: malik bin Anas (w. 179 H)23,36 “al-
a. Al-Jami’ al-Shahih, karya Imam al- Musannaf” karangan al-Imam Abdurrazzaq
Bukhari (256 H) Al-Sun’ani (w. 211 H).37 Banyak lagi
35
b. Al-Jami’ al-Shahih, karya Imam Ahmad Hasyimi, Sejarah Kebudayaan Islam,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1993), 268
Muslim (261 H) 36
Kitab yang dikarang Imam Malik ini merupakan
kitab pertama pada awal abad kedua hijrah, yang
33
Hasbi ash-shiddieqy, Sejarah dan Pengantar dirangkum dengan metode tematis layaknya kitab
Hadis, 83 fiqih. Makanya beliau selain dikenal sebagai
34
Masturi Ilham, Sistematika Kodifikasi Hadis Nabi “Muhaddis” juga dikenal sebagai “Faqih”
37
dari Tinjauan Sejarah, ADDIN: Media Dialektika Muhammad Mubarak as-Sayyid. Manahij al-
Ilmu Islam, Volume 7, Nomor 2, (Agustus 2013), 287 Muhaddisin, 34. Dalam pendahuluan kitab hlm.
(diakses pada 02 Mei 2019) senada juga di terangkan dalam kitab“Fat al-Bari”
karangan-karang tipe perangkuman hadis Keempat, aktivitas penulisan hadis
dalam periode ini yang lain yang tidak pada zaman Rasulullah telah ada dengan
mungkin disebut satu persatu. dibuktikan adanya catatan-catatan hadis
pada sebagian sahabat yang dikenal dengan
Sedangkan abad IV-VI merupakan
‘as-Sahifah’, akan tetapi aktifitas ini
masa pemeliharaan, penertiban,
hanyav bersifat individual dan dalam skala
penambahan, dan penghimpunan (ashr al-
kecil, sedangkan aktifitas penulisan dan
tahdzib wa al-tartib wa al-istidrak wa al-
pengumpulan hadis dalam skala besar
jam’u). Dengan karakteristik penulisan
dimulai dari masa khalifah Umar bin Abdul
hadis berbentuk Mu’jam (Ensiklopedi),
Aziz
Shahih (himpunan Shahih saja), mustadrak
(susulan shahih), Sunan al-Jam’u
(gabungan antara dua atau beberapa kitab
hadis), ikhtishar (resume), istikhraj dan
syarah (ulasan). Pada masa berikutnya,
yakni abad ke VII-VIII H dan berikutnya
disebut dengan masa penghimpunan dan
pembukuan hadis secara sistematik (al-
Jam’u wa at-Tanzhim).38

Kesimpulan
Simpulan yang dapat diambil dari
pembahasan diatas adalah sebagai berikut.
Pertama, sebab-sebab dilarangnya
penulisan hadis bukanlah karena
disebabkan ketidaktahuan orang Islam
dalam aktivitas tulis menulis pada waktu
itu bahkan mereka telah mengenal tulis
menulis sejak dari awal masuknya Islam
bahkan sebelum Islam.
Kedua, faktor yang dominan dilarangnya
penulisan hadis adalah ditakutkan
bercampurnya antara Al-Qur’an dan
asSunnah. Di samping itu pula agar proyek
penulisan Al-Qur’an tidak terganggu oleh
penulisan al-hadis.
Ketiga, tidak adanya kontradiksi
antara hadis-hadis tentang pelarangan dan
perbolehan penulisan hadis, sebab hadis-
hadis tentang pelarangan muncul terlebih
dahulu dan sekirannya sebabsebab
pelarangan sirna munculah hadis tentang
perbolehan penulisan.

38
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis,61
Daftar Pustaka
Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, As-Sunnah Qabla at-Tadwin, (Cairo: Maktabah Wahbah,
1998).
Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari, fi Syarhi sahih al-Bukhari, (Cairo: al-Maktabah al-
Ahram, 1980)
Muhammad Mubarak Al-Sayyid, Manahij al-Muhaddisin (al-qismu al-sani), (Cairo:
Percetakan Fakultas Usuluddin Universitas Al-Azhar, 2002)
As-Shalih, Subhi, Membahas Ilmu-ilmu Hadis, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2009
Hasbi, T.M. Ash-Shiddieqy, Sejarah Perkembangan Hadis, Jakarta: Bulan Bintang,
1988)
Idris, Studi Hadis, Jakarta: Kencana, 2010
Ilham, Masturi, Sistematika Kodifikasi Hadis Nabi dari Tinjauan Sejarah, ADDIN:
Media Dialektika Ilmu Islam, Volume 7, Nomor 2, 2013
Isnaeni, Ahmad, Historisitas Hadis dalam Kacamata M. Mustafa Azami, QUHAS: Jurnal
of Qur’an and Hadith Studies, Volume 3, Nomor 1, 2014
Mudzakir, Muhammad, Ulumul Hadis, Bandung: Pustaka Setia, 1998
Muhammad, muhammad Abu Zahwi, alHadis wa Muhaddisin, Mesir: Dar alfikr al-
Arabi, t.t
Mustafa, Muhammad Azami, Studies In Hadith Methodology and Literature, Indiana:
American Trust Publications, 1977
Musthafa, M. Azamiy, Dirasat fi al-Hadi al-Nabawi wa Tarikh Tadwinih, yang
diterjemahkan oleh Ali Mustafa Ya’qub dengan judul Hadis Nabawi dan Sejarah
Kodifikasinya, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2006
Sulaiman, Noor, Antologi Ilmu Hadis, Jakarta: Gaung Persada Press, 2009

Anda mungkin juga menyukai