Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH STUDI HADITS

HADITS PADA MASA KODIFIKASI dan SESUDAHNYA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Hadits

Dosen Pengampu :Dr. Khusniati Rofiah, M.S.I

Disusun oleh

Kelompok 4 :

1. Deska Dwi Seyliankhy (102200013)


2. Dewi Asfiatun Nurngaini (102200014)

KELAS SM.A

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2021
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa melimpahkan rahmat,
nikmat, taufik serta hidayahnya kepada kita semua .Sholawat serta salam tetap
terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAWbeserta semua
keluarga dan para sahabatnya, dan juga para pengikut sunnahnya sampai akhir zaman.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Hadits dengan
judul “Hadits Pada Masa Kodifikasi dan Sesudahnya”. Kami mengucapkan
terimakasih yang sebesar – besarnya kepada Ibu Khusniati Rofiah selaku dosen mata
kuliah studi hadits yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
untuk kami mengenai materi tersebut. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran akan kami terima untuk
kesempurnaan makalah ini.

Ponorogo, 20 Januari 2021

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 5
1. Latar Belakang atau Sejarah Kodifikasi Hadits ................................................................... 5
2. Kodifikasi Hadits Pada Abad ke II ...................................................................................... 6
3. Kodifikasi Hadits Pada Abad ke III ..................................................................................... 7
4. Kodifikasi Hadits Pada Abad ke IV Sampai Abad ke V ........................................................ 8
5. Kodifikasi Hadits Pada Abad ke VII Sampai Sekarang ........................................................ 8
BAB III PENUTUP .................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 11
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadits merupakan salah satu dasar pengambilan hukum Islam setelah
Al-Quran. Sebab hadits mempunyai posisi sebagai penjelas terhadap makna
yang dikandung oleh teks suci Al-Quran. Apalagi, banyak terdapat ayat-ayat
yang masih global dan tidak jelas maknanya sehingga sering kali seorang
mufassir memakai hadits untuk mempermudah pemahamannya.
Posisi hadits sebagai sumber hukum tidak lain karena adanya
kesesuaian antara hadits dengan teks suci yang ditranmisikan kepada Nabi
Muhammad SAW. Bisa juga dikatakan bahwa hadits merupakan wahyu Tuhan
yang tidak dikodifikasikan dalam bentuk kitab, sebab lebih banyak hasil dari
proses berpikirnya Nabi dan hasil karya Nabi. Akan tetapi bukan berarti hadits
adalah Al-Quran.
Dengan alasan itu maka selayaknya hadits mendapat perhatian yang
khusus bagi tokoh cendekiawan muslim selain studi Al-Quran. Agar khazanah
ajaran Islam benar-benar mengakar dengan melakukan kontektualisasi
terhadap realitas dimana hadits itu hadir.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang melatar belakangi kodifikasi hadits ?

2. Bagaimana kodifikasi hadits pada abad ke II ?

3. Bagaimana kodifikasi hadits pada abad ke III ?

4. Bagaimana kodifikasi hadits pada abad ke IV sampai abad ke V ?

5. Bagaimana kodifikasi hadits pada abad ke VII sampai dengan sekarang ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang melatar belakangi kodifikasi hadits.
2. Mengetahui bagaimana kodifikasi hadits pada abad ke II.
3. Mengetahui bagaimana kodifikasi hadits pada abad ke III.
4. Mengetahui bagaimana kodifikasi hadits pada abad ke IV sampai abad ke V
4

5. Mengetahui bagaimana kodifikasi hadits pada abad ke VII sampai sekarang.


5

BAB II

PEMBAHASAN

1. Latar Belakang atau Sejarah Kodifikasi Hadits

Dari Urwah bin Az-Zubair bahwasannya Umar bin Al-Khattab ingin menulis
sunnah-sunnah Nabi, lalu beliau meinta fatwa dari para sahabat tentang hal itu.
Mereka menyarankan untuk menulisnya. Kemudian Umar beristikharah selama
sebulan. Hingga pada suatu pagi, beliau akhirnya mendapatkan kemantapan hati, lalu
berkata, “Suatu ketika aku ingin menulis sunnah-sunnah, dan aku ingat suatu kaum
terdahulu mereka menulis buku dan meninggalkan kitabullah. Demi Allah, aku tidak
akan mengotori Kitabullah dengan suatu apapun”..

Ini menunjukkan bahwa Umar ingin menulis As-Sunnah dan


membukukannya, namun khawatir kaum muslimin akan terlena mempelajarinya dan
melalaikan Kitabullah, atau khawatir akan tercampur antara As-Sunnah dengan
Kitabullah. Seandainya Umar tidak melihat pentingnya pembukuan hadits dan
pengumpulannya tentulah tidak menginginkan hal itu. Ia hanya menahan diri dari
larangan yang telah dibuatnya. 1

Akhirnya upaya untuk mengumpulkan dan membukukan hadits dilakukan


pertama kali oleh khalifah Umar ibn `Abd al-Aziz (99-101 H), khalifah kedelapan
Bani Umayyah, melalui instruksinya kepada Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin
Hazm (gubernur Madinah) dan para ulama Madinah agar memerhatikan dan
mengumpulkan hadits dari para penghafalnya.
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi kodifikasi hadits pada masa Umar
ibn `Abd Al-Aziz tersebut. Menurut Muhammad al-Zafzaf, kodifikasi hadits tersebut
dilakukan karena : pertama, para ulama hadits telah tersebar ke berbagai negeri,
dikhawatirkan hadits akan hilang bersama wafatnya mereka, sementara generasi
penerus diperkirakan tidak menaruh perhatian terhadap hadits. Kedua, banyak berita
yang diada-adakan oleh pelaku bid`ah (al-mubtadi`) yang berupa hadits-hadits palsu.

1
Syaikh Manna Al-Qaththan. 2004. Pengantar Studi Ilmu Hadits. Jakarta Timur : Pustaka Al-Kautsar. Hlm 50.
6

Perintah Umar tersebut direspon positif oleh umat Islam, sehingga terkumpul
beberapa catatan hadits. Ulama setelah al-Zuhri yang berhasil menyusun kitab tadwin
yang bisa diwariskan kepada generasi sekarang adalah Malik ibn Anas (93-179 H) di
Madinah, dengan hasil karyanya bernama al-Muwaththa` sebuah kitab yang selesai
disusun pada tahun 143 H dan merupakan kitab hasil kodifikasi yang pertama.2
2. Kodifikasi Hadits Abad ke II
Aktivitas kodifikasi mulai menggeliat pada generasi Ibnu Juraij. Kemudian
bertambah marak pada pertengahan kedua abad ke-2 H atau 8 M. Diantara mereka
yang turut andil dalam mengumpulkan hadits adalah Ibnu Ishaq, Imam Malik, Sufyan
Ats-Tsauri, Imam Al-Auza’i, dan lainnya.
Kodifikasi hadits mulai memasuki fase baru, yaitu fase klasifikasi (marhalah
at-tashnif) setelah sebelumnya hanya pengumpulan tanpa ada klasifikasi. Tashnif
adalah pengumpulan hadits per bab secara urut dan kategorisasi. Dengan kata lain,
mengumpulkan hadits-hadits yang sesuai dalam satu bab. Kemudian kumpulan bab-
bab atau kitab ini fikumpulkan dalam satu kompilasi (musannaf). 3
a. Penulisan Hadits

Diantara gubernur Madinah yang menerima instruksi untuk mengumpulkan


dan menuliskan hadits yaitu Abu Bakar ibn Hazm, Umar Abdul Aziz berkata kepada
Hazm: “Perhatikanlah apa yang bisa diambil dari hadits Rasulullah dan catatlah,
saya khawatir akan lenyapnya ilmu ini setelah ulama wafat“ (Syuhudi Ismail, 1992 :
16).Dalam instruksi tersebut Umar memerintahkan Ibn Hazm untuk menuliskan hadits
yang berasal dari : a). Koleksi Ibn Hazm itu sendiri, b). Amrah binti Abd. Ar-Rahman
(w.98 H), seorang faqih dan muridnya syaidah Aisyah r.a, c). Al-Qosim Ibn Abu
Bakar Al Siddiq (w.107 H) seorang pemuka tabi`in dan salah seorang fuqaha yang
tujuh.

Sistem pembukuan hadits pada masa ini boleh dikatakan cenderung masih
bercampur baur antara hadits dengan fatwa sahabat dan tabi`in.

b. Kitab-kitab Hadits yang ditulis pada Abad ke II

1) Al Muwaththa`, oleh Imam Malik


2) Al Musnad, oleh Imam Syafi`i
2
Idri. 2010. Studi Hadits. Jakarta. Kencana, hlm 46.
33
Muhammad Husain Mahasnah. 2016. Pengantar Studi Sejarah Peradaban Islam, Jakarta Timur : Pustaka Al-
Kautsar, hlm 74.
7

3) Iktilaf Al Hadits, oleh Imam Syafi`i

c. Ciri-ciri Kitab Hadits yang ditulis pada Abad ke II

1) Pada umumnya kitab-kitab hadits pada masa ini menghimpun hadits-hadits


Rasulullah serta fatwa-fatwa sahabat dan tabi`in.
2) Himpunan hadits pada masa ini masih bercampur baur dengan topik yang ada
seperti bidang Tafsir, Sirah, Hukum dan lainnya.
3) Di dalam kitab-kitab hadits pada periode ini belum dijumpai pemisahan antara
hadits-hadits yang berkualitas Shahih, Hasan dan Dha`if.

3. Kodifikasi Hadits pada Abad ke III

Periode ini berlangsung pada masa Pemerintahan Khalifah Al Ma`mun


sampai pada awal pemerintahan khalifah Al Muqtadir dari ke khalifahan Bani
Abbasiyah. Pada masa ini ulama’ memusatkan perhatian mereka pada
pemeliharaan keberadaan dan terutama kemurnian hadits Nabi SAW, sebagai
antisipasi mereka terhadap pemalsuan hadits yang semakin marak.

Diantara kegiatan yang dilakuakn para ulama hadits dalam rangka


memelihara kemurnian hadits Rasulullah SAW adalah :

a. Lawatan ke daerah-daerah
b. Pengklasifikasian hadits kepada Marfu`, Mawquf dan Maqthu`
c. Penyelesaian kualitas hadits dan pengklasifikasian kepada Shahih, Hasan
dan Dha`if

Di abad ke-3 Hijriah ini telah muncul berbagai kitab hadits yang agung dan
monumental serta menjadi pegangan umat Islam sampai sekarang diantaranya
adalah :

1. Kitab Shahih Bukhori


2. Kitab Shahih Muslim
3. Kitab Sunan Abu Dawud
4. Kitab Sunan At Turmudzi
5. Kitab Sunan An Nasa`i
6. Kitab Sunan Ibn Majah4

4
Asep Herdi. 2014. Memahami Ilmu Hadits. Bandung. Tafakur.
8

7. Musnad Ahmad (Fatkhur Rahman, 1995 : 39)

4. Kodifikasi Hadits pada Abad ke IV sampai Abad ke V

Periode ini dimulai pada masa khalifah Al Muqtadir sampai khalifah Al


Mukhtasim. Meskipun kekuasaan Islam pada periode ini mulai melemah dan
bahkan mengalami keruntuhan pada abad ke-7 H akibat serangan Hulagu Khan,
cucu dari Jengis Khan. Kegiatan para Ulama Hadits tetap berlangsung
sebagaimana periode-periode sebelumnya.

Para Ulama Hadits periode ini memperkenalkan sistem baru dalam


penyusunan hadits, yaitu :

a) Kitab Athraf, di dalam kitab ini penyusuannya hanya menyebutkan sebagian


matan hadits tertentu, kemudian menjelaskan seluruh sanad dari matan itu,
baik dari sanad kitab hadits yang dikutip matannya ataupun dari kitab-kitab
lain.
b) Kitab Mustadhrak, kitab ini memuat matan hadits yang diriwayatkan oleh
Bukhori atau Muslim atau keduanya atau lainnya dan selanjutnya kitab ini
meriwayatkan matan hadits tersebut dengan sanadnya sendiri.
c) Kitab Jami`, kitab ini menghimpun hadits-hadits yang termuat dalam kitab-
kitab yang telah ada yaitu menghimpun hadits shahih Bukhori dan Muslum.

5. Kodifikasi pada Abad ke VII sampai dengan Sekarang

Periode ini dimulai sejak ke khalifahan Abbasiyah di Baghdad ditaklukan oleh


tantara Tartar (656 H / 1258 M), yang kemudian kekhalifahan Abbasiyah tersebut
dihidupkan kembali oleh Dinasti Mamluk dari Mesir setelah mereka
menghancurkan bangsa Mongol tersebut.5

Sejalan dengan keadaan dan kondisi dunia Islam diatas, maka kegiatan
periwayatan hadits pada periode ini lebih banyak dilakukan dengan cara Ijazah dan
Mukatabah. Sedikit sekali ulama hadits pada masa ini melakukan periwayatan
hadits secara hapalan sebagaimana yang dilakukan oleh ulama yang
Mutaqaddimin. Diantaranya yaitu :

5
Asep Herdi. 2014. Memahami Ilmu Hadits. Bandung. Tafakur.
9

a) Al Traqi (w.806 H / 1040 M) dia berhasil mendiktekan hadits secara hapalan


kepada 400 majelis sejak 796 H / 1394 M dan juga menulis beberapa kitab
hadits.
b) Ibn Hajar Al Asqalani (w.852 H / 1448 M) seorang penghapal hadits yang tiada
bandingnya pada masanya. Dia telah mendiktekan hadits kepada 1000 majelis
dan menulis sejumlah kitab yang berkaitan dengan hadits.
c) Al Sakhawi (w.902 H / 1497 M) murid Ibn Hajar yang telah mendiktekan
hadits kepada 1000 majelis dan menulis sejumlah buku.

Adapun bentuk penyusunan kitab hadits pada periode ini para ulama hadits
mempelajari kitab-kitab hadits yang telah ada dan selanjutnya mengembangkannya
atau meringkasnya. 6

6
Asep Herdi. 2014. Memahami Ilmu Hadits. Bandung. Tafakur.
10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hadits adalah kalam, perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari
Muhammad SAW yang dijadikan landasan syariat Islam. Hadits merupakan
sumber hokum kedua setelah al-Qur’an. Hadits mengalami kodifikasi yang
dimulai pada masa khalifah Umar ibn `Abd al-Aziz (99-101 H) khalifah
kedelapan Bani Umayyah. Kodifikasi dilakukan oleh para ulama mulai dari
pengumpulan hadits-hadits, penyeleksian hadits-hadits, pengembangan dan
penyempurnaan system penyusunan kitab-kitab hadits serta penyerahan kitab-
kitab yang sudah ada.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan makalah ini dapat menambah
wawasan pembaca tentang dilakukannya kodifikasi hadits seperti yang telah
dijelaskan diatas. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang mendukung semoga dapat
menjadi acuan yang lebih baik dalam pengembangan makalah berikutnya.
11

DAFTAR PUSTAKA

Herdi, A. (2014). Memhami Ilmu Hadis. In A. Herdi, Memahami Ilmu Hadis. Bandung:
Tafakur.

Idri. (2010). Studi Hadits. In Idri, Studi Hadits. Jakarta: Kencana.

Mahasnah, M. H. (2016). Pengantar Studi Sejarah Pradaban Islam. In M. H. Mahsnah,


Pengantar Studi Sejarah Peradaban Islam. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.

Qaththan, S. M. (2004). Pengantar Studi Ilmu Hadits. In S. M. Al-Qaththan,


Pengantar Studi Ilmu Hadits (pp. 50-51). Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.

Anda mungkin juga menyukai