A. Pendahuluan
1. Bangsa Mongol
Bangsa Mongol (Mongolian) berasal dari daerah pegunungan Mongolia
yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan dan
Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja
Khan, yang mempunyai dua putera kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putera itu
melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar. Mongol mempunyai
anak bernama Ilkhan, yang melahirkan keturunan pemimpin bangsa Mongol di
kemudian hari. Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa
Mongol tetap sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-
pindah dari satu tempat ke tempat lain, menggembala kambing dan hidup dari
hasil buruan. Mereka juga hidup dari hasil perdagangan tradisional, yaitu
mempertukarkan kulit binatang dengan binatang yang lain, baik di antara
1
sesama mereka maupun dengan bangsa Turki dan Cina yang menjadi tetangga
mereka.
Pada tahun 1206 M, ia mendapat gelar Jengis Khan, Raja Yang Perkasa.
Sejak dilantik sebagai raja, Jengis Khan semakin getol dalam ekspedisi
ketentaraan, dan sesungguhnya dia bercita-cita untuk menguasai dunia. la
menetapkan suatu undang-undang yang disebutnya Alyasak atau Alyasah, untuk
mengatur kehidupan rakyatnya. Wanita mempunyai kewajiban/yang sama
dengan laki-laki dalam kemiliteran. Pasukan perang dibagi dalam beberapa
kelompok besar dan kecil, seribu, dua ratus, dan sepuluh orang. Tiap-tiap
kelompok dipimpin oleh seorang komandan. Dengan demikian bangsa Mongol
mengalami kemajuan pesat di bidang militer.
2
memperluas wilayah kekuasaan dengan melakukan penaklukan dan ekspansi
terhadap daerah-daerah lain. Serangan pertama diarahkan ke kerajaan Cina. la
herhasil menduduki Peking tahun 1215 M, Hingga ke Smirechya di Turkistan
Utara (1218 M). Sasaran selanjutnya adalah negeri-negeri Islam yang letaknya
tidak jauh dari situ, Khwarizm di Asia tengah.
Kuasa khalifah berpindah kepada Wazir atau Amir al-'Umara dari bangsa non-
Arab, Turki, Parsi dan Kurdi.
Amir atau Sultan yang ditunjuk, secara tidak langsung mengendalikan dan
menguasai pemerintahan Pusat di Baghdad.
3
Setiap wilayah yang ditaklukan akan segera berpindah tangan kepada Gubernur
terpilih serta berhak mengatur roda pemerintahan di wilayah itu.
Pemberian hak memerintah kepada setiap Gubernur melahirkan ambisi
menguasai wilayah sehingga hubungan pusat dan wilayah mulai renggang.
Adalah Wazir al-Qami (al-Qemi) lah pengkhianat kerajaan yang telah 'membantu'
Hulagu dan pasukannya. Jauh sebelum penyerangan Mongol, telah terjadi peperangan lokal
antara dua sekte, Sunni dan Syi'ah, yang mana banyak orang Syi'ah terbunuh, inilah yang
memicu sakit hati al-Qami, sang penganut Syi'ah itu mengkhianati khalifah al-Mu'tasim.
Meskipun telah terjadi perundingan damai, tapi tetap saja khalifah al-Mu'tasim bersama
300 menteri juga para-Qadi dibunuh oleh Hulagu. Namun menurut Ira M. Lapidus,
kehancuran dinasti Abbasiyah disebabkan oleh perubahan politik, sosial, dan ekonomi yang
mengantarkan pada proses Negara-negara kecil menggantikan imperium tunggal.
4
bangsa Mongol saja, tapi disana ada hal-hal lain 'membantu' kesuksesan Mongol,
yang jika dipetakan menjadi 2 bagian:
i. Internal dan
ii. Eksternal
1) Faktor Internal.
Yang mana sangat terlihat fungsi pusat (Baghdad) mati total, suara dan
peran masyarakat tidak diakomodasi, serta meniadakan keberadaan orang Arab,
yang notabene cukup memberi pengaruh besar dalam kemiliteran. Secara garis
besar dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Luasnya wilayah kekuasaan, mempersulit kendali pusat atas negeri-negeri
takluklan Abbasiyah.
- Minimnya sarana komunikasi, memperheambat informasi ke pusat tatkala
terjadi pergolakan dan pemberontakan di negeri-negeri kecil, serta
mengakibatkan lepasnya beberapa wilayah.
- Sentimen Arab dan non-Arab, Muslim dan Dzimmi juga melemahkan
sendi-sendi kekuatan dan persatuan Dinasti Abbasiyah, begitu juga konflik
agama anta sekte, Sunni dan Syi'ah.
- Pada pemerintahan Mu'tasim, dia membangun kekuatan militer elit dari
Turki terpisah dari tentara Abbasiyah, yang kemudian menjadi kekuatan
besar, menguasai pemerintahan.
- Perang saudara yang terjadi pada masa khalifah Ma',un dan saudaranya,
Amin seakan memberi bukti nyata tanda-tanda kehancuran Dinasti
Abbasiyah.
- Dominasi kekayaan oleh keluarga kerajaan, dan kemiskinan yang melanda
masyarakat akibat penarikan pajak yang cukup tinggi.
- Hidup foya-foya, cinta dunia dan suka menghamburkan uang menjadi ciri
khas keluarga kerajaan, sehingga salah satu pilar Islam, seperti Jihad
terabaikan.
2) Faktor eksternal.
Faktor eksternal yang dimaksud adalah gangguan dari pihak luar yang
memperparah keadaan Dinasti Abbasiyah, bahkan menghancurkan Dinasti yang
telah berkuasa selama ratusan tahun ini. Adapun faktor ekkternal tersebut
adalah serangan Bangsa Mongol yang bekerja sama dengan pengkhianat
kerajaan beraliran Syi'ah.
Berkenaan dengan hal ini, ada hal-hal penting yang patut dimunculkan
untuk mengetahui kebenaran sejarah hancurnya Dinasti Abbasiyah. Jika ditilik
lebih jauh, sebenarnya penyerbuan Bangsa Mongol ke Baghdad yang ketika itu
dipimpin oleh Khalifah al-Mu'tasim bukanlah murni penyerangan bangsa
5
Mongol atau kekuatan bala tentara mereka, tapi dibalik kesuksesan itu, kerja
sama pemimpin Mongol, Hulagu, dengan orang dekat khalifah telah memberi
andil besar, hingga Mongol mampu memberanguskan kota Baghdad rata
dengan tanah.
"Ilkhaniyah" adalah asal kata dari "ilkhan", berarti Khan yang Agung, gelar
yang diberikan kepada Hulagu karena telah memperoleh kemenangan, yang
kemudian gelar ini diwarisi oleh keturunannya. Hulagu,(1256-1265 M) sebagai
pendiri Dinasti Ilkhaniyah setelah menghancurkan Dinasti Abbasiyah. Daerah yang
dikuasai oleh Dinasti ini adalah daerah yang terletak antara Asia Kecil di Barat dan
India, di Timur, dengan ibu kotanya Tabriz. Tidak terkecuali, Irak pun tunduk kepada
pemerintahan ilkhaniyah.
Raja Dinasti Ilkhan ke-empat ini sangat kejam terhadap umat Islam, banyak di
antara mereka yang dibunuh dan diusir. Selain Tegudher, Mahmud Ghazan (1295-
1304M), raja yang ketujuh, dan raja-raja selanjutnya memeluk Islam. Dengan masuk
Islamnya Mahmud Ghazan-sebelumnya beragama Budha- Islam meraih kemenangan
6
yang sangat besar terhadap agama Syamanisme, sejak itu pula, orang-orang Persia
mendapatkan kemerdekaannya kembali.
1. Agama Di era pemerintahan Hulagu Khan, kondisi umat ketika itu masih plural,
keberadaan agama lain seperti Kristen dan Budha tetap mendapat perhatian,
bahkan perkembangan kedua agama itu lebih cepat dari pada Islam sendiri. Ini
berlanjut hingga terjadi reformasi keagamaan pada periode Ghazan Khan,
penguasa ke-VII Dinasti Abbasiyah. Selain beliau penganut Islam taat, ekspansi-
ekspansi militer yang dilakukan membawa simbol dan panji islam hingga beliau
meninggal karena serangan jantung.
7
- Membangun Diwan-e Qada (departemen pengadilan).
4. Arsitektur
8
kesenian, terutama ilmu pengetahuan alam, seperti astronomi, kimia,
minerologi, metalurgi, dan botani. Semua hal-hal terkait menjadi perhatian
penuh beliau.
Pada paruh kedua abad ke-8 H, kesatuan Mongolia mulai bercerai-berai. Setiap
pemimpin memisahkan diri dengan wilayahnya dan terjadi banyak pembunuhan
diantara mereka. Lalu muncul Timur Lenk dalam waktu yang tepat. Timur Lenk
memiliki nasab kepada Kabilah Barlas dari Turki. Salah seorang kakeknya adalah
orang dekat Jenghis Khan.
Dia seorang muslim Syiah fanatic. Ia menyadari bahwa dirinya seorang Tagut
yang kejam, senang menumpahkan darah dan kehancuran. Karena itu, tentaranya
menyukai kehancuran total. Dia membangun gunung-gunung dari tengkorak yang
dikalhkannya.
Dengan satu tekad Timer Lenk berkata: "kalau ada satu Tuhan di alam ini maka
di bumi harusnya ada satu orang Raja". Berangkat dari semboyan inilah, dia mulai
melakukan ekspansi besar-besar, sampai ke Moskow dan tempat-tempat lainnya.
Adapun faktor kehancuran Mongol di bawah naungan Dinasti Ilkhaniyah adalah:
a. Perebutan kekuasaan dari satu raja ke raja yang lain dalam keluarga Dinasti
Ilkhaniyah.
9
b. Ambisi tiap raja dalam mencari kedudukan, sehingga melupakan rakyat
yang menderita.
c. Islam yang dianut oleh sebagian besar Dinsati ini hanyalah sebatas
mendapatkan simpati masyarakat, meskipun ada juga yang menjadikannya
keyakinan dan kemudian menjadikan satu peradaban yang santun,
bermoral seperti Ghazan.
H. Kesimpulan
- Dinasti Abbasiyah termasuk dinasti yang berkuasa lama akan tetapi hancur
karena egoisme, rakus kekuasaan, dan menjadikan agama, yang tadinya
pondasi utama dalam sebuah pemerintahan sebagai pelengkap semata,
terpisah dari sistem kerajaan.
10