Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEMENDURAN PERADABAN ISLAM DI DUNIA

Disusun oleh kelompok 5 :

1. Wijar dewanda
2. Risdianto
3. Rachmat Ramdhani
4. Edi Junaedi
5. Nano Sukarno

TEKNIK ALAT BERAT


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG
Jalan Kapten Piere Tendean Km. 05 Dangdeur Subang Telp. (0260) 412565 Fax
(0260) 416468 website : www.smkn-2sbg.sch Email : smkntwo@yahoo.com
Kabupaten Subang 41212
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada tahun 1250-1500 M, merupakan babak di mana umat Islam yang berada
di sekitar Timur Tengah mendapat berbagai cobaan baik dari dalam maupun dari
luar. Dari luar misalnya serangan dari Timur Lenk dan juga Hulagu Khan yang
kesemuanya merupakan satu keturunan yaitu bangsa Mongol. Dari dalam atau intern
yaitu merupakan masa disintegrasi, konflik antara sunni dan syi’ah yang semakin
menajam serta munculnya gerakan-gerakan fanatik terhadap bangsa Arab.

Akan tetapi berlainan dengan apa yang terjadi di kawasan Afrika Utara atau
Mesir, Dinasti Mamalik yang berkuasa di sana berhasil berhasil selamat dari
serangan-serangan dari bangsa Mongol. Sehingga peradaban Islam yang mungkin
terputus karena saat itu Baghdad yang merupakan pusat peradaban Islam telah
dihancurkan oleh bangsa Mongol, dapat terus berkembang walaupun di tempat yang
berbeda. Penyebabnya adalah banyak ilmuwan yang melarikan diri ke Mesir dan di
sana pemerintah yang berkuasa juga memperhatikan perkembangan ilmu pengtahuan
dan sebagainya. Dengan demikian perkembangan peradaban dari masa periode klasik
tidak terputus dan terus berlanjut oleh dinasti Mamluk di Mesir

B. Rumusan masalah
Dari paparan diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah
a. Fase-fase kemunduran Islam
b. Penyebab kemunduran dan kehancuran Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fase Kemunduran
Disebut masa kemunduran karena masa-masa ini dunia Islam dalam proses
penghancuran oleh bangsa Mongol dibawah pimpinan Jengiskan dan keturunannya
serta Timur Lenk yang juga masih keturunan bangsa Mongol.
masa kemunduran ini dapat dibagi ke beberapa fase lagi, yaitu:

1. Serangan Mongol oleh Dinasti Jengiskhan

Bangsa Mongol ini berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang


membentang dari Asia tengah sampai ke Siberia utara, Tibet selatan dan Manchuria
barat serta Turkistan timur. Mereka mempunyai watak yang kasar, suka berperang,
pengembara dan berani menghadapi maut untuk mencapai keinginannya, dan
kebringasannya dalam menentang musuh-musuhnya. Jengiskhan menganut agama
Syamaniah, menyembah bintang-bintang dan sujud kepada Matahari yang sedang
terbit. Raja-raja keturunannya yang masih menganut agama Syamaniyah ialah
Hulagukhan sampai raja yang ke VI.Sedangkan mulai dari raja yang VII (Mahmud
Ghazan) sampai raja-raja selanjutnya adalah pemeluk Islam. Dinasti Jengiskhan ini
dikenal dengan dinasti Ilkhan, yaitu gelar yang diberikan kepada Hulagukhan.
Daerah-daerah yang dikuasai dinasti ini adalah daerah yang terletak antara
Asia kecil di barat dan India di timur.Kedatangannya ke dunia Islam diawali dengan
ditaklukkannya wilayah-wilayah kerajaan Transoxania dan Khawarizm 1219 M;
kerajaan Ghazna pada tahun 1221 M, Azarbaizan pada tahun 1223 M. dan Saljuk di
Asia kecil pada tahun 1243 M. Kota Bagdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah,
sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara Mongolia tersebut.
Pada tahun 1258 M inilah kota Baghdad jatuh ke tangan bangsa Mongol dan
mengakhiri khilafah Abbasiyah di sana, juga merupakan awal kemuduran politik dan
peradaban Islam. Karena pada masa itu Baghdad merupakan pusat kebudayaan dan
merupakan kawasan yang kaya akan khsanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap
dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan tersebut.
Kejatuhan Baghdad ini tidak semata-mata karena faktor ekstern, tetapi juga
karena faktor intern yang telah meruntuhkan khilafah Abbasiyah di sana. Faktor
intern itu antara lain adanya perpecahan yang ditandai dengan lepasnya daerah
kekuasaan yang kemudian membentuk kerajaan kecil-kecil, hal tersebut berdampak
pada lemahnya kekuatan ekonomi yang juga timbul karena adanya korupsi dan
keinginan untuk hidup mewah dikalangan penguasa, dan faktor-faktor lainnya.
Dari Bagdad pasukan Mongolia menyebrangi sungai Eufrat menuju Syria,
kemudian melintasi Sinai. Pada tahun 1260 M. mereka berhasil menduduki Nablus
dan Gaza. Begitu pula daerah-daerah lain yang dilaluinya dapat ditaklukkan kecuali
Mesir. Tentara Kerajaan Mamluk yang saat itu sedang berkuasa di Mesir dapat
memukul mundur pasukan Mongolia dalam sebuah pertempuran di ‘Ain Jalut
tanggal 13 September 1260 M.
Demikianlah kondisi dunia arab, terutama Baghdad dan sebagian besar derah-
daerah kerajan Islam lainnya dikuasai oleh bangsa Mongolia selama kurang lebih 85
tahun dibawah perintah dinasti Ilkhan, yang tentunya kehadiran mereka lebih banyak
membawa kehancuran dan kemunduran dunia Islam.
Dari sekian banyak penguasa dinasti Ilkhan ada yang peduli terhadap
pembangunan kembali peradaban yang telah diahncurkannya itu. Diantaranya adalah
Mahmud Ghazan (683-703 /1295-1304), raja Ilkhan pertama yang beragama Islam.
Dia seorang pelindung ilmu pengetahuan dan sastra. Ia amat menggemari kesenian
terutama arsitektur dan ilmu pengetahuan alam, seperti astronomi, kimia,
mineralogy, Metalurogi dan botani.[3] Ia membangun semacam biara, perguruan
tinggi untuk mazhab Syafi’i dan Hanafi, sebuah perpustakaan , observatorium, dan
gedung-gedung umum lainnya.
Mahmud Ghazan diganti oleh Muhammad Khudabanda Uljeitu (1304-1317
M) seorang penganut syi’ah yang ekstrim. Ia mendirikan kota raja Sulthaniyah dekat
Zanjan. Pada masa pemerintahan Abu Sa’id (1317-1335 M) pengganti Muhamad
Khudabanda, terjadi bencana kelaparan yang sangat menyedihkan dan angin topan
disertai hujan es yang mendatangkan malapetaka. Kerajaan Ilkhan sepeninggal Abu
Sa’id menjadi terpecah belah. Masing-masing pecahan saling memerangi . Akhirnya
mereka semua ditaklukkan oleh Timur Lenk.[4]
2. Serangan Dinasti Timur Lenk

Belum sempat bangkit dari kejatuhan, seabad kemudian malapetaka yang


tidak kalah dahsyatnya kembali terjadi. Penyerangan kali ini yang dipimpin oleh
Timur Lenk atau Timur si Pincang ke dunia Islam tidak kurang membawa
kehancuran , bahkan ia lebih kejam daripada Jengiskan atrau Hulagukhan. Berbeda
dengan Jengiskan atau Hulagukhan yang masih menganut kepercayaan Syamaniah,
Timur Lenk ini sudah menganut agama “Islam.”
Pada tanggal 10 April 1370 M. Timur Lenk memproklamirkan diri sebagai
penguasa tunggal di Tranxosiana. Ia berencana untuk menaklukkan daerah-daerah
yang pernah dikuasai oleh Jengiskhan. Ia berkata : “Sebagaiamana hanya ada satu
Tuhan di alam ini , maka di bumi seharusnya hanya ada seorang raja.”Pada tahun
1381 M, ia menaklukkan Khurasan, terus ke Afganistan, Persia, Fars dan Kurdistan.
Di setiap negeri yang ditaklukkannya ia mengadakan pembantaian besar-
besaran terhadap siapa saja yang menghalangi rencananya, misalnya di Afganistan ia
membangun menara yang disusun dari 2000 mayat yang dibalut dengan batu dan
tanah liat; Di Iran ia membangun menara dari 70000 kepala manusia yang sudah
dipisahkan dari badannya; Di India ia membantai lebih dari 80000 tawanan; Di
Sivas, Anatolia sekitar 4000 tentara Armenia dikubur hidup-hidup.Pada tahun 1401
M. ia memasuki daerah Syria bagian utara. Tiga hari lamanya Aleppo
dihancurleburkan. Kepala dari 20000 penduduk dibuat Pyramid setinggi 10 hasta dan
kelilingnya 20 hasta dengan wajah mayat menghadap ke luar.
Banyak bangunan, seperti sekolah dan masjid yang berasal dari zaman
Nuruddin Zanky dari Ayyubi dihancurkan. Demikian pula Damaskus dikuasainya,
sehingga masjid Umayah yang bersejarah mengalami kerusakan berat. Setelah itu
serangan diteruskan ke Baghdad, dan membantai 20000 penduduknya. Dari mayat-
mayat tersebut ia membuat 120 menara sebagai tanda kemenangan. Timur lenk
berambisi juga untuk menguasai kerajaan Usmani di Turki, karena kerajaan ini
banyak menguasai daerah-daerah bekas imperium Jengiskan dan Hulagukhan.
Pada tahun 1402 M. terjadi pertempuran yang sangat hebat di Ankara.
Tentara Usmani mengalami kekalahan. Sultan Usmani (Bayazid I) sendiri tertawan
dan mati dalam tawanan. Setelah itu Timur Lenk kembali ke Samarkhand. Ia
berencana mengadakan invasi ke Cina, Namun di tengah perjalanan ia menderita
sakit yang membawa kepada kematiannya pada usia 71 tahun. Tepatnya tahun 1404
M. dan mayatnya di bawa ke samarkhand.
Sekalipun Timur Lenk ini terkenal sangat ganas dan kejam, tetapi Timur
Lenk adalah sosok yang bisa dibilang saleh ia sempat memperhatikan
pengembangan Islam. Konon ia penganut Syi’ah yang ta’at dan menyukai tarekat
Naqsyabandiyah. Dalam setiap perjalanannya ia selalu mengikutsertakan para ulama,
sastrawan dan seniman. Ia sangat menghormati para ulama. Walaupun terkadang ia
memaksakan suatu fatwa kepada ulama agar memperbolehkan apa yang
dilakukannya.

3. Dinasti Mamluk di Mesir

Satu-satunya penguasa Islam yang dapat memukul mundur tentara Mongolia


(Hulagukhan) ialah tentara Mamluk yang saat itu sedang berkuasa di Mesir dibawah
pimpinan Sulthan Baybars (1260-1277) sebagai Sulthan yang terbesar dan
termasyhur serta dipandang sebagai pembangun hakiki dinasti Mamluk di Mesir.
Dinasti Mamluk berkuasa sejak tahun 1250 M. menggantikan dinasti Al
Ayyubi dan berakhir tahun 1517 M. Karena dapat menghalau tentara Hulagukhan,
Mesir terhindar dari penghancuran, sebagaimana dialami di dunia Islam lain yang
ditaklukkan oleh Hulagu.Dinasti Mamluk ini mengalami kemajuan diberbagai
bidang. Kemenangannya terhadap tentara Mongolia menjadi modal dasar untuk
mengusai daerah-daerah sekitarnya. Banyak penguasa-penguasa kecil menyatakan
setia kepada dinasti ini. Dinasti ini juga dapat melumpuhkan tentara Salib di
sepanjang laut tengah.
Di bidang politik atau pemerintahan, pemerintahan dinasti ini bersifat oligarki
militer, kecuali dalam waktu yang singkat ketika Qalawun (1280-1290 M)
menerapkan pergantian sultan secara turun temurun. Anak Qalawun berkuasa hanya
empat tahun, karena kekuasaannya direbut oleh Kitbugha (1295- 1297 M). Sistem
pemerintahan oligarki ini banyak mendatangkan kemajuan di Mesir. Kedudukan
amir menjadi sangat penting. Para amir berkompetisi dalam prestasi, karena mereka
merupakan kandidat sultan.
Dalam bidang ekonomi, ia membuka hubungan dagang dengan Perancis dan
Italia, terutama setelah kejatuhan Baghdad oleh tentara Timur Lenk, membuat Kairo
menjadi kota yang sangat penting yang menghubungkan jalur perdagangan antara
Laut merah dan laut tengah dengan Eropah. Hasil pertanian juga meningkat.
Di bidang ilmu pengetahuan, Mesir menjadi tempat pelarian ilmuwan-
ilmuwan asal Baghdad dari serangan tentara Mongolia. Karena itu ilmu-ilmu banyak
berkembang di Mesir, seperti sejarah, kedokteran,astronomi,matematika, dan ilmu
agama.
1. Dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama besar, seperti Ibnu Khalikan, Ibnu
Taghribardi, dan Ibnu Khaldun.
2. Di bidang astronomi dikenal nama Nasir al-Din al –Tusi. Di bidang matematika
Abu al Faraj al –‘Ibry.
3. Dalam bidang kedokteran: Abu Hasan ‘Ali al-Nafis penemu susunan dan
peredaran darah dalam paru-paru manusia, Abdul Mun’im al-Dimyathi seorang
dokter hewan, dan al- Razi, perintis psykoterapi.
4. Dalam bidang Opthalmologi dikenal nama Salah al-Din Ibnu Yusuf.
5. Dalam bidang ilmu keagamaan, tersohor nama Ibnu Taimiyah, seorang pemikir
reformis dalam Islam, al Sayuthi yang menguasai banyak ilmu keagamaan, Ibnu
Hajar al-Asqalani dalam Ilmu Hadits dan lain-lain.
6. Dalam bidan arsitektur. Mereka membangun bangunan-bangunan yang megah
seperti sekolah-sekolah, masjid-masjid, rumah sakit, museum, perpustakaan,
villa-villa, kubah dan menara masjid.
Kerajaan Mamluk ini berakhir tahun 1517 disebabkan banyaknya panguasa yang
bermoral rendah, suka berfoya-foya dan ditambah dengan datangnya musim kemarau
panjang dan berjangkitnya wabah penyakit. Dilain pihak munculnya kekuatan baru,
yaitu kerajaan Turki Usmani yang kemudian dapat memenangkan perang melawan
tentara Mamluk . Kemudian Mesir ini dijadikan salahsatu propinsi kerajaan Usmani
di Turki.
4. Spanyol
Pada abad pertengahan ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah
dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M) yang merupakan kekuatan Islam terakhir di
Spanyol seteleh kurang lebih 7 abad setengah lamanya menguasai wilayah ini. Kota-
kota lain seperti Cordova telah jatuh ke tangan Kristen pada tahun 1238 M, Sevilla
lepas pada tahun 1248 dan akhirnya Granada juga jatuh ke tangan Kristen pada tahun
1492 M.
Hal ini disebabkan karena terjadinya perpecahan diantara umat Islam
terutama orang-orang Istana dalam memperebutkan kekuasaan. Dilain pihak umat
Kristen berhasil mempersatukan diri. Abu Abdullah sebagai khalifah terakhir tidak
mampu lagi membendung serangan-serangan kristen yang dipimpin oleh Ferdinand
dan Isabella, dan akhirnya dia menyerahkan diri, dan dia sendiri hijrah ke Afrika
utara.
Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol. Umat Islam
setelah itu, dihadapkan kepada dua pilihan, masuk keristen atau pergi meninggalkan
Spanyol. Pada tahun 1609 M. boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah
ini.
Dunia Islam mengalami kehancuran setelah Khalifah Abbasiyah di Baghdad runtuh,
dan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga
kerajaan besar, yaitu: Usmani di Turki, Mughal di India dan Safawi di Persia yang
akan dibahas pada makalah selanjutnya.
B. Penyebab Kemunduran dan Kehancuran
Beberapa penyebab kemunduran dan kehancuran Umat Islam di Spanyol di
antaranya konflik Islam dengan Kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, kesulitan
ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, dan keterpencilan.
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna.
Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan
Kristen taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat
mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata.
Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-
orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol
tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M
umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami
kemunduran.

2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu


Kalau di tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam
yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di
Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-
tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun
kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya,
kelompok-kelompok etnis non Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak
perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi
negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi
makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi
ideologi itu.
3. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai
membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat
memberatkan dan menpengaruhi kondisi politik dan militer
4. Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan,
karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk al-Thawaif muncul.
Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan
Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
5. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu
berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan
demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan
Kristen di sana.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada banyak perilaku yang patut diterapkan sebagai cerminan penghayatan
terhadap sejarah perkembangan Islam di abad pertengahan khususnya pada masa
kemunduran,yakni:
1. Sejarah merupakan pelajaran bagi manusia agar di kemudian hari perilaku
atau perbuatan kaum muslim yang membuat kaum muslim dan umat manusia lainnya
menderita tidqak terulang lagi. Lemahnya persatuan umat Islam dapat dijadikan
celah pihak lain untuk memundurkan peran kaum muslim, baik dari kancah
perekonomian maupun politik. Oleh karena itu, umat Islam hendaknya mampu
mengubah tata kehidupannya yang seimbang antara kepentingan duniawi dan
ukhrawinya serta senantiasa meningkatkan wawasan keislamannya melalui rujukan
Al Qur’an dan Hadis.
2. Umat Islam harus mengambil pelajaran dari negara barat. Mereka semula
jauh tertinggal dibandingkan dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuan
umat Islam, tetapi kemudian mereka dapat mengejar kemajuan peradaban dan ilmu
pengetahuan umat islam
3. Keberadaan cendekiawan pada masa perkembangan Islam abad
pertengahan seperti Ibnu Sina, Al Farabi, dan Ibnu Rusyd haurs menjadi inspirasi
dan inovasi bagi uamt Islam untuk terus mempelajari berbagai disiplin ilmu demi
melanjutkan cita-cita perjuangan tokoh-tokoh muslim pada abad pertengahan
tersebut sehingga Islam mampu membawa rahmat bagi seluruh dunia.
Daftar Pustaka

 Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Kota


Kembang, 1989.
 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Grafindo Persada,1993
 http://ismat89.blogspot.com/2012/03/Sejarah peradaban Islam.html

Anda mungkin juga menyukai