Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH INVASI MONGOL DAN PENGARUHNYA

TERHADAP PERADABAN ISLAM

MAKALAH
PENGANTAR STUDI PERADABAN ISLAM

Tentang

INVASI MONGOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERADABAN ISLAM

Disusun Oleh :
KELOMPOK 8

AGUS AL RAHMAT : 1614010118

HASANUL FAJRI : 1614010117

ZIKRA ROSYIDAH : 1614010105

Dosen Pembimbing :

Dra. Hj. MURNI, M. Ag

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (C)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1438 H/ 2016 M

BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sesungguhnya Invasi (serangan) Mongol terhadap wilayah-wilayah Islam adalah tragedi
besar yang tidak ada tandingannya. Karena dalam serangan Mongol ini, banyak umat muslim
yang menjadi korban kekejaman dari pimpinan bangsa Mongol ini. Nama pemimpinya yaitu
Hulagu Khan. Ia merupakan cucu dari Chengis Khan dan putra dari Tulli. Ia dengan semena-
mena membunuh dan menyiksa umat Islam tanpa melihat perempuan atau laki-laki, karena
yang namanya Islam pada masa itu harus dihancurkan bagi mereka. Serangan Mongol ini
menyebabkan kerugian umat Islam pada Dinasti Abbasiyah, karena bangunan-bangunan
indah dan perpustakaan tempat dimana pusat pemerintahan Abbasiyah harus dihancurkan.
Disamping itu, Invasi Mongol mengakibatkan dampak positif dan dampak negatif dalam
masyarakat islam, yaitu membangun perasaan kaum muslimin terhadap pentingnya persatuan
membuang jauh-jauh perpecahan.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana silsilah bangsa Mongol ?
2. Apa yang menyebabkan Invasi Mongol ?
3. Apa saja yang dilakukan pasukan Mongol terhadap umat muslim ?
4. Apa saja pengaruh invasi Mongol terhadap peradaban ?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui silsilah dari bangsa Mongol
2. Untuk mengetahui maksud dari Invasi Mongol
3. Untuk mengetahui apa saja yang dilakukan bangsa Mongol
4. Untuk mengetahui apa saja pengaruh dari invasi Mongol terhadap peradaban Islam.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Silsilah Bangsa Mongol


Orang-orang Mongol berasal dari Asia Tenggara, negerinya disebut Mongolia kawasan
terjauh di Cina. Mereka adalah orang Badui-Sahara.[1] Bangsa Mongol berasal dari daerah
pegunungan Mongolia, yang membentang dari Asia Tenggara sampai ke Siberia Utara, Tibet
Selatan, dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanja
Khan, yang mempunyai dua putra kembar yaitu Tartar dan Mongol. Kedua putra tersebut
melahirkan dua suku bangsa besar, Tartar dan Mongol.
Dalam rentang waktu yang sangat panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap sederhana.
Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang
lain, menggembala kambing dan hidup dari hasil buruan. Mereka juga hidup dari hasil
perdagangan tradisional, yaitu mempertukarkan kulit binatang dengan binatang lain, baik
diantara sesama mereka maupun dengan bangsa Turki dan Cina.
Orang-orang Mongol mempunyai watak kasar, keras kepala, suka berperang,
menyembah berhala, dan berani menghadang maut dalam mencapai keinginannya. Akan
tetapi, mereka sangat patuh kepada pemimpinnya. Mereka menganut
agama Syamaniah (Syamanism), yaitu menyembah binatang dan sujud kepada matahari yang
sedang terbit.[2]
Bangsa Mongol yang dipimpin Yesugay Khan (Yasugi Bahadur Khan) mengalami
kemajuan besar-besaran. Setelah kematian Yesugay, putranya, Timujin yang masih berumur
13 tahun tampil sebagai pemimpin. Ia memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan
bangsa Mongol dengan suku bangsa lain, sehingga menjadi satu pasukan yang teratur dan
tangguh. Pada tahun 1206 M, ia mendapat gelar Chengis Khan, raja yang perkasa.[3]
Chengis Khan menyempurnakan moral masyarakat dengan undang-undang yang
dibuatnya, yakni Alyasah atau Alyasak. Isi undang-undang terebut antara lain hukum mati
bagi siapa yang berbuat perzinaan, sengaja berbuat bohong, melaksanakan magik (sihir),
memata-matai, membantu salah satu dari dua orang yang berselisih, memberi makan atau
pakaian kepada tawanan perang tanpa izin, dan bagi yang gagal melaporkan budak belian
yang melarikan diri.[4]

B. Invasi Bangsa Mongol


Invasi Mongol ke wilayah Islam terjadi karena adanya peristiwa Utrar pada tahun 1218,
yaitu ketika Gubernur Khawarizm dan para saudagar muslim membunuh para utusan
Chengis. Peristiwa tersebut menyebabkan Mongol menyerbu wilayah Islam dan dapat
menaklukan wilayah Transoxonia yang merupakan wilayah Khawarizm tahun 1219-1220,
padahal sebelumnya mereka hidup berdampingan secara damai satu sama lain.
Kota Bukhara di Samarkand yang terdapat makam Imam Bukhari seorang perawi hadis
termasyur, Balkh dan kota-kota lain yang mempunyai peradaban Islam yang tinggi di Asia
Tengah tidak luput dari penghancuran.[5] Pada mulanya, mereka mendapat perlawanan dari
penguasa Khawarizm, yaitu Sultan Ala Al-Din di Turkistan. Pertempuran berlangsung
seimbang, dan masing-masing kembali ke negerinya. Sekitar sepuluh tahun kemudian,
mereka masuk ke Bukhara, Samarkand, Khurasan, Hamadzan, Quzwain, dan sampai
keperbatasan Irak. Di Bukhara, mereka mendapatkan perlawanan kembali dari Sultan Ala Al-
Din, namun kali ini mereka dengan mudah mengalahkan pasukan Khawarizm. Sultan Ala Al-
Din tewas dalam pertempuran di Mazindaran tahun 1220 M. Ia digantikan oleh putranya,
Jalal Al-Din. Jalal Al-Din berusaha meminta bantuan kepada Khalifah Abbasiyah di
Baghdad, agar dapat membendung serangan dari Mongol. Jalal Al-Din kemudian juga
melarikan diri ke India karena terdesak dalam pertempuran Attock tahun 1224 M. Dari sana
pasukan Mongol terus ke Azerbaijan. Disetiap daerah yang dilaluinya, pembunuhan besar-
besaran terjadi, bangunan-bangunan indah dihancurkan, sehingga tidak terbentuk lagi,
demikian juga isi bangunan yang sangat bernilai sejarah. Sekolah-sekolah, masjid-masjid,
dan gedung-gedung lainnya dibakar.
Pada kondisi fisiknya yang mulai melemah, Chengis Khan membagi wilayahnya kepada
empat orang putranya, yaitu Juchi, Chagatai, Ogotai, dan Tulli. Sultan Khawarizm, Jalal Al-
Din terus membendung serangan tentara Mongol, namun Sultan tidak sekuat dulu dan
akhirnya Sultan melarikan diri kedaerah pegunungan karena terdesak. Disana ia dibunuh oleh
seorang Kurdi. Dengan demikian berakhirlah kerajaan Khawarizm. Kematian Sultan
Khawarizm itu membuka jalan bagi Changatai untuk melebarkan sayap kekuasaannya dengan
lebih leluasa.[6]
Tulli anak dari Chengis Khan menguasai Khurasan. Karena kerajaan-kerajaan Islam
sudah terpecah belah dan melemah. Tuli dengan mudah menguasai Irak. Ia meninggal tahun
1256 M dan digantikan oleh putranya Hulagu Khan. Tentara Mongol bersama Hulagu Khan
yang berkeuatan 200.000 orang tiba disalah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Mu’tasim,
penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad tidak mampu membendung tentara Hulagu Khan.
Saat kritis tersebut, Wazir Khalifah Abbasiyah mengambil kesempatan dengan menipu
Khalifah, dengan mengatakan bahwa Hulagu Khan datang dengan maksud tujuan damai dan
ingin menikahkan putrinya dengan Abu Bakri, putra khalifah tersebut. Ia menyetujuinya dan
keluar bersama beberapa orang dengan membawa hadiah untuk diserahkan pada putri Hulagu
Khan. Namun sambutan Hulagu Khan sungguh diluar dugaan khalifah, apa yang dikatakan
wazir tidak benar. Mereka semua termasuk wazir sendiri dibunuh dengan leher dipancung
secara bergiliran. Dengan pembunuhan yang kejam ini, berakhirlah kekuasaan
Abbasiyah di Baghdad dan Baghdad akhirnya dikuasai oleh Hulagu Khan. Umat islam
dengan demikian dipimpin oleh Hulagu Khan. Hulagu Khan memberi daerah kekuasaannya
agar diperintah oleh Dinasti Ilkhan. Hulagu meninggal diganti oleh anaknya, Abaga yang
termasuk Kristen. Baru rajanya yang ketiga, Ahmad Tegunder yang masuk islam. Karena
masuk islam, Ahmad Tegunder ditantang oleh pembesar-pembesar kerajaan yang lain.
Akhirnya ia ditangkap dan dibunuh oleh Arghun yang kemudian menggantikannya menjadi
raja. Arghun merupakan raja dinasti Ilkhan yang sangat kejam terhadap umat Islam.
Selain Tegunder, Mahmud Ghazan, raja yang ketujuh dan raja selanjutnya juga pemeluk
agama Islam. Dengan masuk Islamnya Mahmud Ghazan yang sebelumnya beragama Budha,
Islam meraih kemenangan sangat besar. Ghazan mulai memperhatikan perkembangan
peradaban.[7]

C. Akibat Serangan Mongol dan Pengaruhnya Terhadap Peradaban Islam


Ada dampak positif dan negatif akibat dari serangan Mongol, terutama setelah Baghdad
jatuh ketangan Mongol. Dampak negatif tentunya lebih banyak. Seperti kehancuran terjadi
dimana-mana akibat serangan Mongol dari wilayah timur hingga ke barat. Kota-kota dengan
bangunan yang indah dan perpustakaan-perpustakaan yang mengoleksi banyak buku
memperburuk situasi umat Islam dengan adanya kehancuran tersebut. Pembunuhan terjadi
pada umat Islam seperti pada masa Hulagu yang membunuh khalifah Abbasiyah dan
keluarganya. Dan pembunuhan terhadap semua umat muslim yang tidak berdosa, seperti
yang dilakukan Arghun yang membunuh Tegunder karena masuk Islam.[8]
Bangsa Mongol pada mulanya memeluk agama nenek moyang mereka, lalu beralih
memeluk agama Budha dan bersimpati kepada orang-orang Kristen yang bangkit kembali
pada masa itu dan menghentikan dakwah Islam dikalangan Mongol. Yang lebih fatal lagi,
hancurnya Baghdad sebagai pusat Dinasti Abbasiyah yang didalamnya terdapat berbagai
tempat belajar dengan fasilitas perpustakaan, hilang dan lenyap dibakar Hulagu. Suatu
kerugian besar yang dampaknya masih terasa hingga kini.
Ada pula dampak positif dengan berkuasanya Dinasti Mongol ini setelah para
pemimpinnya memeluk agama Islam. Mereka dapat menerima masuknya agama Islam
disebabkan karena mereka berasimilasi dan bergaul dengan masyarakat muslim dalam jangka
waktu yang panjang. Seperti yang dilakukan Ghazan, yang menjadikan Islam sebagai agama
resmi kerajaannya, walaupun pada mulanya ia beragama Budha. Rupanya ia telah
mempelajari ajaran agama-agama sebelum menetapkan keislamannya, dan yang lebih
mendorongnya masuk Islam ialah pengaruh seorang menterinya, Rasyiduddin yang terpelajar
dan ahli sejarah. Ia menyurauh kaum Kristen dan Yahudi untuk membayar jizyah dan
memerintahkan mencetak uang yang bercirikan Islam, melarang riba, dan menyuruh para
pemimpinnya menggunakan sorban.[9]
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bangsa Mongol bersama pemimpinnya datang kedaerah Islam, sesungguhnya datang untuk
menghancurkan umat Islam pada saat itu, seperti Sultan Khawarizm dan Khalifah Abbas
yakni Al Mu’tasim. Invasi Mongol tersebut terhadap negara-negara Islam adalah tragedi
besar yang tidak ada tandingannya sebelum dan sesudahnya kendati sebelumnya didahului
perang Salib, apalagi melihat peristiwa hancurnya ibu kota dinasti Abbasiyah yaitu Bagdad.

2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, pemakalah menyadari bahwa masih terdapat kesalahan dan
kekurangan dalam hasil makalah yang telah dibuat. Dan masih terdapat kekurangan dalam
materi serta sumber rujukan pada makalah, sehingga kami sangat berharap kritik dan juga
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini dan dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi penulis sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Siregar, Hidayat. 2010. Sejarah Peradaban Islam Klasik. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Yatim, Badri. 2013. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

[1] Hidayat Siregar, Sejarah Peradaban Islam Klasik, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2010), hlm. 114
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), hlm. 112
[3] Ibid.,
[4] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 178
[5] Ibid., hlm. 178-179
[6] Badri Yatim, Op. Cit, hlm 113-114
[7] Ibid., hlm 114-117
[8] Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 227
[9] Dedi Supriadi, Op. Cid., hlm 185-186

Anda mungkin juga menyukai