i
Secara Internasional
Halaman ini sengaja dikosongkan
PENGAKUAN SERTIFIKASI HALAL
SECARA INTERNASIONAL
Penulis:
Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H | Deviana, S.H., M.H | Prof. Huala Adolf |
Dr. Helza Nova Lita, S.H., M.H | Shandy Primandasetio, S.H, LL.M |
Helitha Novianty Muchtar, S.H., M.H
Reviewer:
Assoc. Prof. Heru Susetyo, S.H., LL.M., M.Si., Ph.D.
Editor Eksternal:
Dr. Zulham, S.HI., M.Hum.
Penerbit:
Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah – Bank Indonesia
ISBN: 978-623-97961-2-9
Penulis :
Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H
Deviana, S.H., M.H
Prof. Huala Adolf
Dr. Helza Nova Lita, S.H., M.H
Shandy Primandasetio, S.H., LL.M
Helitha Novianty Muchtar, S.H., M.H
Reviewer :
Assoc. Prof. Heru Susetyo, S.H., LL.M., M.Si., Ph.D.
Editor Eksternal :
Dr. Zulham, S.HI., M.Hum.
Penerbit :
Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah – Bank Indonesia
Website : www.bi.go.id
Bismillahirrahmanirrahiim
Assalamu'alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
Perry Warjiyo
Rina Indiastuti
Salah satu yang perlu diapresiasi dalam buku ini adalah luasnya area
tulisan, bukan saja menyentuh prinsip dasar hukum Islam, namun juga memuat
tulisan yang mengkaji hukum nasional dan hukum internasional mengenai isu
halal. Pembagiannya ke dalam lima bagian Bab terpisah telah mampu
mengakomodasi berbagai aspek isu halal. Tentunya, buku ini dapat menjadi batu
loncatan bagi penelitian-penelitian mengenai isu halal berikutnya.
Saya percaya, buku ini tidak hanya berguna bagi diskursus akademik,
tetapi juga bermanfaat bagi penyusun kebijakan (policy maker) di kalangan
pemerintah, para praktisi, industri dan berbagai pemangku kepentingan nasional
lainnya.
Isu sertifikasi halal bukan saja penting karena merupakan mandat dari
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, namun
juga telah memberi kontribusi dalam jurisprudensi internasional di WTO
khususnya kasus Measures Concerning the Importation of Chicken Meat and
Chicken Products (DS484) antara Indonesia dan Brazil.
PENGATURAN HALAL
MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF
Penulis: Dr. Hj. Renny Supriyatni, S.H., M.H
Tulisan dalam bab ini menjelaskan mengenai halal dalam perspektif hukum Islam, ketentuan
halal selalu diperbandingkan dengan kata haram. Hukum Islam bersumberkan Kitab suci
al-Qur’anul Karim, sunah Rasulullah Saw., ijtihad, ijma’ (para ulama), dan qiyas, serta
prinsip-prinsip hukum lainnya. Sumber-sumber hukum Islam dapat dibagi kedalam 2 (dua)
kelompok dasar hukum, yaitu: dasar/dalil naqliyah, yang terdiri dari al-Qur’an dan hadis
serta dasar/dalil aqliyah atau ra’yu, yang merupakan hasil daya pikir (ijtihad) berupa
peraturan perundang-undangan. Pada bagian akhir tulisan terdiri atas: ekosistem halal &
potensi ekonomi halal. Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang sebagian besar
menganut ajaran agama Islam. Masyarakat muslim merupakan pangsa pasar utama di
negeri ini, dengan jumlah penduduk yang mayoritas beragama Islam, maka sudah
sewajarnya mendapat perhatian yang khusus dari pemerintah. Islam sebagai agama
ketuhanan yang sempurna (Q.S. Al-Maidah (5):3) memandang konsep tersebut sebagai
konsep halal dan haram dalam perspektif yang jelas sebagai bagian dari syariat Islam.
1
Lilik Fatmawati, “Persyaratan dan Prosedur Sertifikasi Halal”, diakses melalui
http://diskopukm.jatimprov.go.id/public/uploads/1573705029_SERTIFIKASI%20HALAL.pdf
?msclkid=602bc503cefe11ecbf55b4230334a4fb
2
MUI, 2009, Urgensi Sertifikasi Halal dalam Ijma’ Ulama, Keputusan Ijtima’ Ulama, Komisi
Fatwa Se Indonesia III, hlm. 259. Lihat pula, M. Khairi ZM., Peluang Implementasi Sertifikasi
Halal terhadap Daya Saing Provinsi Jabar, FGD Halal Padjadjaran, Unpad, Bandung, Kamis,
28 April 2016, Slide 1. Lihat pula, No Name, 2019, Pengantar Sertifikasi Halal dan Sistem
Jaminan Halal, Materi Pelatihan Jaminan Produk Halal, Unpad, Bandung, Slide 4. Lihat pula,
Ro’fah Setyowati, 2020, Ketua Umum APPHESI, Bali, Slide. 5
3
Reny Supryatni, “Eksistensi dan Tanggung jawab Majelis Ulama Indonesia dalam Penrapan
Sertifikasi Halal dan Labelisasi Halal Produk Pangan di Indonesia”, Jurnal Ilmu Ekonomi
Syariah, Vol. III, No. 2, Juli 2011, hlm. 332. Lihat pula, Bahrul, “Halal Pelindung Akidah
Umat”, (http://www.pkesinteraktif.com/lifestyle/halal/111-halal-pelindung-akidah-umat.html),
diakses 17 September 2021.
4
Mohamad Daud Ali, 1999, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di
Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 68.
5
Sulaiman Abdulah, 2007, Sumber Hukum Islam, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 82-83. Lihat pula,
Saidus Sahar, 1996, Asas-asas Hukum Islam, Alumni, Bandung, hlm 31-32.
6
Ijtihad merupakan usaha atau ikhtiar yang sungguh-sungguh dengan menggunakan segenap
kemampuan yang ada (optimal), dilakukan oleh ahli hukum fiqaha/mujtahid yang memenuhi
syarat, dengan menggunakan akal pikiran untuk menemukan hukum yang belum jelas atau belum
ada ketentuannya, baik dalam Qur’an maupun Hadis” dalam Renny Supriyatni, 2010, Pengantar
Hukum Islam, Dasar-dasar dan Aktualisasinya dalam Hukum Positif, Widya Padjadjaran,
Bandung, hlm. 45.
7
Mochtar Effendy, 2001, Ensiklopedia dan Filsafat,Universitas Sriwijaya, Palembang hlm. 285.
Lihat pula, Sapta Nirwandar, 2017, Halal Lifestyle, Tren & Peluang Bisnis, Gramedia, Jakarta,
hlm. 34.
8
Abdul Azis Dahlan, et.al, 1996, Ensiklopedia Hukum Islam, Ikhtiar Baru van Hoeve, Jakarta,
hlm. 505-506. Lihat pula, Fitriah Setia Rini, 2020, Bahan Halal dan Proses Produk Halal,
Kemenag R.I, Jakarta, hlm. 3-4.
9
www.halalmuibali.or.id, diakses pada 20 September 2021. Lihat pula, Slamet Ibrahim S,
Konsep Halal-Haram dan Perkembangan Sertifikasi Halal di Indonesia, dalam Workshop yang
diselenggarakan Salman ITB, Bandung, 27-28 April 2019, Slide 7.
10
Mohammad Jauhar, 2009, Makanan Halal Menurut Islam, Lintas Pustaka, Jakarta, hlm.102.
11
Abu Muhamad Ivan dan Anwar Abu Bakar, 2008, Tuntunan Shalat Lengkap, Fajar Utama
Madani, Bandung, hlm. 2. Reny Supryatni, 2011, Op.cit, hlm. 334.
12
Sa’dy Abu Jaib, 1988, al-Qomus al-Fiqhy Lughatan wa Isthilāahan, Cet. III, Dār al-Fikr,
Damaskus, hlm. 99. Lihat pula Ali bin Muḥammad Al-Jurjāni, tanpa tahun, al-Ta’rifāt, Al-
Haramain, Singapura –Jeddah, hlm. 92.
13
Ibid, hlm. 86.
14
MUI, 2009, Op.cit, hlm. 255-257. Lihat pula, MUI, 2010, Himpunan Fatwa MUI, Jakarta,
hlm. 17.
15
Mohammad Jauhar, Op.cit, hlm. 33-34. Lihat pula, Renny Supriyatni, 2010, Op.cit, hlm. 54-
55.
16
Muhammad Yusuf Qardhawi, 1993, Halal dan Haram dalam Islam, PT Bina Ilmu, Jakarta,
hlm. 2 dan 31. Lihat pula, Abdul Azis Dahlan, et.al, 1996, Ensiklopedia Hukum Islam, Jakarta:
Ikhtiar Baru van Hoeve, hlm. 505-506. Lihat pula, Mohammad Jauhar, Op.cit, hlm.27-28. Slamet
Ibrahim S, Op.cit, Slide 10-11.
17
Abu Muhammad Ivan dan Anwar Abu Bakar, Loc. Cit.
18
Slamet Ibrahim S, Op.cit, Slide 10. Lihat pula, Mohammad Jauhar, Op.cit, hlm. 27-28.
19
Mohammad Jauhar, Op.cit, hlm. 27-28. Lihat pula, Slamet Ibrahim S, Op.cit, Slide 14.
20
Mohammad Jauhar, Ibid, hlm. 27-28. Lihat pula Slamet Ibrahim S, Op.cit, Slide 12-13.
21
Baḥīrah: Unta betina yang telah beranak lima kali dan anak yang kelima itu jantan, lalu unta
betina itu dibelah telinganya, dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi dan tidak boleh diambil
air susunya. Sā’ibah: Unta betina yang dibiarkan pergi ke mana saja lantaran suatu nazar. Seperti,
jika seorang Arab Jahiliyah akan melakukan sesuatu atau perjalanan yang berat, maka dia biasa
bernazar akan menjadikan untanya sā’ibah apabila maksud atau perjalanannya berhasil dan
selamat. Waṣīlah: Seekor domba betina melahirkan anak kembar yang terdiri dari jantan dan
betina, maka yang jantan ini disebut waṣīlah tidak boleh disembelih dan diserahkan kepada
berhala. Ḥām: Unta jantan yang tidak boleh diganggu gugat lagi, karena telah dapat
membuntingkan unta betina sepuluh kali. Perlakuan terhadap baḥīrah, sā’ibah, waṣīlah, dan ḥām
ini adalah kepercayaan Arab Jahiliyah.
22
HR. Ibnu Majah, Baihaki, Hakim dan Tirmidzi
23
HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah
24
Mohammad Jauhar, Op.cit, hlm. 27-28. Lihat Pula, Op.cit, Slide 15.
25
Slamet Ibrahim S, Op.cit, Slide 16. Lihat pula, Mohammad Jauhar, Op.cit, hlm. 27-28.
26
Mohammad Jauhar, Ibid, hlm. 27-28. Lihat pula, Slamet Ibrahim S, Op.cit, Slide 17.
27
Mohammad Jauhar, Ibid, hlm. 27-28. Slamet Ibrahim S, Op.cit, Slide 18.
28
Mohammad Jauhar, Ibid, hlm. 27-28. Slamet Ibrahim S, Op.cit, Slide 19.
29
Muhammad Yusuf Qardhawi, Op.cit, hlm. 35-37 & 42-46. Slamet Ibrahim S, Op.cit, Slide 20.
Mohammad Jauhar, Ibid, hlm. 27-28.
a. Bangkai
Kategori bangkai ialah hewan yang mati dengan tidak disembelih, termasuk
hewan yang matinya tercekik, dipukul, jatuh, ditanduk dan diterkam oleh hewan
buas, kecuali yang sempat disembelihnya (sebagaimana ketentuan dalam Surat
Al-Ma’idah [5]:3). Bangkai yang boleh dimakan berdasarkan hadis yaitu
bangkai ikan dan belalang.
b. Darah
Sering pula diistilahkan dengan darah yang mengalir (dalam al-Qur’an Surat Al-
An’am [6]:145), yang dimaksud adalah segala macam darah termasuk yang
keluar pada waktu penyembelihan (mengalir), sedangkan darah yang tersisa
setelah penyembelihan yang ada pada daging setelah dibersihkan dibolehkan.
Dua macam darah yang dibolehkan yaitu jantung dan limpa, kebolehannya
didasarkan pada hadis.
30
Yusuf Qardhawi, Op.cit, hlm. 23-25 & 35.
31
Ibrahim Slamet, Op.cit, Slide 22-23. Lihat pula, BI, 2020, Ekosistem Industri Halal, hlm. 13-
15.
32
E. Abdurrahman, Perbandingan Madzhab, Sinar Baru, Bandung, 1991, hlm. 16-17.
33
E. Abdurrahman, Op.cit, hlm. 19-20. Renny Supriyatni B., 2011, Op.cit, hlm 60.
34
Bank Indonesia, 2020, Op.cit, hlm. 14-15.
35
Ibrahim Slamet, Loccit. Bank Indonesia, Loccit.
36
Manshur bin Yunus al-Buhuty, Syarh Muntaha’ al-Iradat: Daqaiq Uli an Nuha li Syarh
Muntaha, Juz I
37
Fiqih al Islami, Juz I ; Badai’u al-shanai, Juz I
38
Bank Indonesia, Loccit.
39
Muhamad Said Al-Asmawi, 2012, Penerapan Syariat Islam dalam Undang-undang, Belajar
dari Pengalaman Mesir, Referensi, Jakarta, hlm. 11.
40
Mahmud Syaltut, 1996, al-Islām ‘Aqīdah wa Syarī’ah, Kairo: Dār al-Qalam, Kairo, hlm 12.
Lihat pula, Renny Supriyatni, Op.cit, hlm. 18-19.
41
Muhammad Yusuf Musa, al-Madkhal lī Dirāsah al-Fiqh al-Islāmi, Cet 3, Dār al-Kitāb al-
Arabi, Kairo, hlm 7-10.
42
Agustianto, “Politik Hukum dalam Ekonomi Syariah”, www.kasei.com, diakses 20 September
2021.
43
Juhaya S. Pradja, 2005, Syariat Islam Revitalisasi Psychological Effect Hukum Islam dalam
Kerangka Sistem Hukum Nasional Indonesia, Makalah, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung,
hlm. 2. Lihat pula Renny Supriyatni, 2010, Op.cit, hlm. 45.
44
Tasyri’ adalah pembuatan peraturan perundang-undangan yang bersumber dari wahyu dan
sunnah.
45
Taqnin: Undang-undang
46
Kontroversi halal dan haram, www.halalguide.com., diakses 23 September 2021. AY
Anggreani, Fakultas Hukum, Unnisula, 2019. Sukoso sebagai Kepala Badan Penyelenggara
Jaminan Produk Halal BPJPH. Peraturan Terbaru Tentang Jaminan Produk Halal, Seminar
Jaminan Produk Halal, Salman ITB, Bandung, 10 Juli 2019, Slide 3.
47
LPPOM MUI, www.halalmui.go.id., diakses pada tanggal 23 September 2021.
49
Renny Supriyatni, et.al. 2020, Perlindungan Hukum terhadap Jaminan atas Produk Halal dari
Sudut Pandang Hukum Islam, Basic Themes Toward Halal Sustainabilility Management, Hasil
Kajian Kerjasama Fakultas Hukum Universitas Dipenoorodan dan Pusat Penyelidikan Halalan
Thayyiban University Sutan Syari li, Brunai Darusalam, hlm. 19.
50
Zulham, 2013, Hukum Perlindungan Konsumen, Kencana Perdana Media Group, Jakarta,
hlm. 111.
51
www.halalmui.org/newMUI/index.php/main/go_to_section/39/1328/page, diakses 20
November 2021
52
BPJPH, “Sertifikasi Halal Gratis (SEHATI)”, http://sehati.halal.go.id/#cta diakses pada 2
November 2022
53
BPJPH, “Sertifikasi Halal Gratis (SEHATI)”, http://sehati.halal.go.id/#cta diakses pada 2
November 2022
54
Neni Sri Imaniyati, 2002, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam, Mandar Maju, Bandung, hlm.
161.
55
N.H.T. Siahaan, Hukum Konsumen: Perlindungan Konsumen dan Tanggungjawab Produk.
Pantai Rei, Jakarta, 2005, hlm. 42.
56
Jakarta Islamic Centre, “Sertifikasi Halal untuk Tentramkan Konsumen”, (http://www.info-
jic.org/berita-mainmenu-26/islamjakarta-mainmenu-34/1054-sertifikasi-halal-untuk-
tenteramkan-konsumen), diungkapkan Lukmanul Hakim, Wakil Dirut LPPOM MUI, pada
Republika di Jakarta.
57
Hasil edit Penulis terhadap Modul Pelatihan Auditor Internal Halal, Dirjen Bimas Islam dan
Penyelenggaraan Haji Kementerian Agama RI, Jakarta, 2003, hlm. 27 – 28.
58
Sofyan Hasan, 2004, Sertifikasi Halal dalam Hukum Positif, Aswaja Presindo, Yogyakarta,
hlm.
225
59
Sofyan Hasan, Ibid, hlm. 235
60
H. Mashudi, 2015, Konstruksi Hukum dan Respon Masyarakat terhadap Sertifikasi Produk
Halal, Pustaka Pelajar, hlm. 110
61
H. Mashudi, Ibid, hlm. 111
62
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.Cit, hlm. 93
63
Ibid, hlm. 94-95.
64
Ibid, hlm. 96
65
Ibid, hlm. 97-98
66
Adrian Sutedi, 2008, Tanggung Jawab Produk dalam Hukum Perlindungan Konsumen, Ghalia
Indonesia, Bogor, hlm. 65
67
Zulkifli dan Jimmy P, 2012, Kamus Hukum, Dictionary of Law, Grahamenia Press, Surabaya,
hlm. 154.
68
Bank Indonesia, Ekosistem Industri Halal, 2020, Departemen Ekonomi dan Keuangan
Syariah,
Jakarta, hlm. 74.
69
Slamet Ibrahim, Op.cit, Slide 36.
70
Jakarta Islamic Centre, “Sertifikasi Halal untuk Tentramkan Konsumen”, (http://www.info-
jic.org/berita-mainmenu-26/islamjakarta-mainmenu-34/1054-sertifikasi-halal-untuk-
tenteramkan-konsumen), diungkapkan Lukmanul Hakim, Wakil Dirut LPPOM MUI, pada
Republika di Jakarta. Lihat pula, Renny Supriyatni, 2020, Op.cit, hlm. 20.
71
No Name, Pengantar Sertifikasi Halal dan Sistem Jaminan Halal, pada Pelatihan Sistem
Jaminan Halal dan Jaminan Produk Halal, Padjadjaran Halal Center, Unpad, Bandung, 2019.
Slide 31.
72
Renny Supriyatni, 2020, Op.cit, hlm. 23
73
Henry Black Campbell, 1991, Black’s Law Dictionary, Sixth Edition, West Publishing
company, St.Paul, Minnosseta, hlm. 550.
74
Celina Tri Siwi Kristiyanti, 2008, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta,
hlm. 8.
75
Penuntun Umum Pendidikan Konsumen (PUPK), yang dikeluarkan oleh Kantor Menteri
Negara Urusan Wanita, Jakarta, Tanpa Tahun, hlm.19-24. Lihat pula, Renny Supriyatni, 2020,
Op.cit, hlm.22
76
Renny Supriyatni, 2020, Loccit, hlm. 22-23. Lihat pula, Penuntun Umum Pendidikan
Konsumen (PUPK), Ibid, hlm.19-24.
77
Juhaya S. Pradja, 2015, Ekonomi Syariah, Pustaka Setia, Bandung, hlm. 39.
78
Muhamad Nejatullah Siddiqi, 2005, Teaching Islamic Economics, Scientific Publishing
Centre_King Abdul Azis University, Jeddah, Saudi Arabia, hlm. 6-7. Dikutip dari Renny
Supriyatni, 2018, Sistem Bagi Hasil Dengan Mekanisme Pembagian Untung dan Rugi, Dapat
Memberi Keadilan bagi Nasabah & Bank Syariah, Unpad Press, hlm. 11-12. lihat pula, Frank
E. Vogel & Samuel L. Hayes, III (Penerjemah: M. Sobirin Asnawi at. al.), 2007, “Hukum
Keuangan Islam, Konsep, Teori dan Praktik (Islamic Law and Finance: Religion, Risk, and
Return)”, Cet. I, Nusamedia, Bandung, hlm. 23.
79
Jafril Khalil, 2019, Ekonomi Islam, Perkembangan dan Masa Depannya di Indonesia, Seminar
Ekonomi Syariah, FE Unpad, Bandung, Slide 2.
80
Ahmad Rafiki, PhD, 2019, Modal Manusia di Industri Halal, Seminar Nasional Ekonomi
Islam, Universitas Medan Area, Medan, Slide 3.
Buku
Abdurrahman, E., Perbandingan Madzhab, Sinar Baru, Bandung, 1991.
Ali, Mohamad Daud, 1999, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
Hukum Islam di Indonesia, Raja Grafindo, Persada, Jakarta.
Anshori, Abdul Gafur, 2008, Hukum Perbankan Syariah (UU No. 21 Tahun
2008, Rafika Adhitama, Bandung.
Antonio, Muhammad Syafi’i, 2001, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Tazkia
Cendekia, Gema Insani, Jakarta.
As-Sayis, Muhammad Ali, 1953, Tafsir Ayat Ahkam, Misra, Ali Assabais.
Campbell, Henry Black, 1991, Black’s Law Dictionary, Sixth Edition, West
Publishing company, St. Paul, Minnosseta.
Dahlan, Abdul Azis, et. al, 1996, Ensiklopedia Hukum Islam, Ikhtiar Baru Van
Hoeve, Jakarta.
Hasan, Sofyan, 2004. Sertifikasi Halal dalam Hukum Positif, Aswaja Presindo,
Yogyakarta.
Hosen, Ibrahim, 1986, Apa Itu Judi?, Institut Ilmu Al-Quran. Jakarta.
Imaniyati, Neni Sri, 2002, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam, Mandar Maju,
Bandung.
Ivan, Abu Muhamad dan Anwar Abu Bakar, 2008, Tuntunan Shalat Lengkap,
Fajar Utama Madani, Bandung.
Jaib, Sa’dy Abu, 1988, Al-Qāmūs Al-Fiqhy Lughatan wa Isṭilāhan, Cet. III, Dar
al-Fikr, Damaskus.
Keller dan Kotler, 2007, Manajemen Pemasaran dan Produk, PT. Indeks,
Jakarta.
Majelis Ulama Indonesia, 2009, Urgensi Sertifikasi Halal dalam Ijma’ Ulama,
Keputusan Ijtima’ Ulama, Komisi Fatwa Se Indonesia III, MUI, Jakarta.
Mannan, M.A., 1993, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, PT. Dana Bhakti
Wakaf, Edisi Lisensi, Yogyakarta.
Nirwandar, Sapta, 2017, Halal Lifestyle, Tren dan Peluang Bisnis, Gramedia,
Jakarta.
Sjahdeni, Sutan Remy, 2005, Perbankan Islam; dan Kedudukannya dalam Tata
Hukum Perbankan Indonesia. PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta.
_______, 2018, Sistem Bagi Hasil dengan Mekanisme Pembagian Untung dan
Rugi, dapat Memberi Keadilan bagi Nasabah dan Bank Syariah, Unpad
Press. Bandung.
Vogel, Frank E. dan Samuel L. Hayes, III (Penerjemah: M. Sobirin Asnawi at.
al.), 2007, Hukum Keuangan Islam, Konsep, Teori dan Praktik (Islamic
Law and Finance: Religion, Risk, and Return), Cet. I, Nusamedia,
Bandung.
Zulkifli dan Jimmy P., 2012, Kamus Hukum, Dictionary of Law, Grahamenia
Press, Surabaya.
Jurnal
Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Kementerian Agama RI, 2003,
Modul Pelatihan Auditor Internal Halal, Jakarta.
Majelis Ulama Indonesia, 2009, Urgensi Sertifikasi Halal dalam Ijma’ Ulama,
Keputusan Ijtima’ Ulama, Komisi Fatwa Se-Indonesia III.
No Name, 2019, Pengantar Sertifikasi Halal dan Sistem Jaminan Halal, Materi
Pelatihan Jaminan Produk Halal, Unpad, Bandung.
Pradja, Juhaya S., 2005 “Syariat Islam Revitalisasi Psychological Effect Hukum
Islam Dalam Kerangka Sistem Hukum Nasional Indonesia”, Makalah,
UIN Sunan Gunung Djati, Bandung.
Supriyatni, Renny, at.al., 2019, Prospek dan Kesiapan Sumber Daya Manusia
Islami (SDMI) Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Perbankan
Indonesia (LAPSPI) dalam Industri Keuangan Bank Syariah (IKBS), HIU-
RKDU, Unpad, Bandung.
Internet
Kementerian Koperasi dan UKM RI, “Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil,
Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2018 – 2019”,
https://kemenkopukm.go.id/uploads/laporan/1650868533_SANDINGAN
_DATA_UMKM_2018-2019%20=.pdf
www.halalmuibali.or.id.
STUDI KOMPARATIF
PENGATURAN SERTIFIKASI HALAL
Penulis: Deviana, S.H., M.H
Tulisan dalam bab ini membahas studi komparatif pengaturan sertifikasi halal. Di dalamnya
terdapat pembahasan mengenai pengaturan sertifikasi halal di Indonesia, yang terdiri dari
penyelenggaraan sertifikasi halal di Indonesia, sejarah sertifikasi halal di Indonesia, dasar
hukum, kelembagaan sertifikasi halal di Indonesia sebelum lahirnya Undang-undang
Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan produk halal maupun setelah terbitnya Undang-
undang tersebut. Selanjutnya, terdapat bahasan mengenai peran pemerintah dalam
penyelenggaraan sertifikasi halal di Indonesia. Bagian akhir dalam tulisan ini merupakan
penjelasan penyelenggaraan sertifikasi halal di Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura,
Thailand, Jepang dan Australia.
Kehalalan produk menjadi kebutuhan wajib bagi setiap konsumen Muslim. Baik
itu produk berupa makanan, obat-obatan maupun barang-barang konsumsi
lainnya. Seiring besarnya jumlah pengeluaran konsumen yaitu mencapai $184
Milliar pada tahun 2020, Indonesia disebut sebagai pasar konsumen halal
terbesar di dunia.81 Halal saat ini bukan hanya penting untuk konsumen Muslim
namun juga penting untuk konsumen global, karena kehalalan produk
mencerminkan kualitas produk tersebut.83
Allah memerintahkan manusia untuk mengonsumsi makanan dan
minuman yang halal sekaligus juga baik. Al-Qur’an surat al-Ma’idah [5]:88
menyebutkan:
ُك وُمو كو كق كز َّا ِمم وا كُُكَو
ِ ابَِّّيَم وا ول ََل
و ِ كانَ َّاِكَؤو َِّ َّه ْو َمت ك َز وََِِّّا
ُو واوقِتكَو
81
Indonesia Halal Lifestyle Centre & Dinar Standard, 2021, Indonesia Halal Market Report
2021/22
83
Rokshana Shirin Asa, “An Overview of the Developments of Halal Certification Laws in
Malaysia, Singapore, Brunei and Indonesia”, Jurnal Syariah, Vol. 27, No, 2019, hlm. 173-200.
84
Ahmad al-Syarbāsi, 1981, Al-Mu’jam al-Iqtiṣādi al-Islāmi, Dār al-Jailīl,) hlm. 119. Lihat juga
Ahmad H Shakr, 1996, Understanding Halal Food, Fallacies and Facts, Foundation for Islamic
Knowledge, Lombard, hlm. 23.
85
Salwa, S., Md Sawari, Ghazali, M.A., and Jumahat T, “Determinants of Consumer Demeanors
with Regard to Halal Food”, International Journal of Information, Business and Management,
Vol 12 No. 2, 2020, hlm. 179-184. Retrieved from https://search.proquest.com/scholarly-
journals/determinants-consumer-demeanors-with-regard-halal/docview/2348381387/se-
2?accountid=17242
86
Idris, S.H., Abdul Majeed, A.B. and Chang, L.W, 2020, Beyond Halal: Maqasid al-Shari’ah
to Assess Bioethical Issues Arising from Genetically Modified Crops, Sci Eng Ethics, hlm. 1463–
1476. https://remote-lib.ui.ac.id:2116/10.1007/s11948-020-00177-6
87
Fuseini, A., Hadley, P. and Knowles, T., “Halal Food Marketing: an Evaluation of UK Halal
Standards”, Journal of Islamic Marketing, 2020. https://remote-lib.ui.ac.id:2116/10.1108/JIMA-
02-2020-0037
88
Vandendriessche, F, “Meat Products in the Past, Today and in the Future”, Meat Science
Journal, Vol. 78, No. 2, hlm. 104–113
89
Bahkan di negara minoritas Muslim sekalipun produk halal penting untuk diatur. Li An Thio
menjelaskan, untuk mengakomodasi minoritas, ras, dan agama dalam masyarakat perlu perhatian
baik solusi konstitusional maupun non konstitusional, karena akan membangun ekonomi dalam
kerangka persatuan nasional. Li-ann Thio, 2010, “Constitutional Accommodation of the Rights
of Ethnic and Religious Minorities in Plural Democracies: Lessons and Cautionary Tales From
Southeast Asia”, Pace University School of Law, Pace International Law Review, hlm. 100-
101.
90
Muhammad Mufli, 2006, Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi Islam, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 279.
91
Syaiful Amri, M. Jamil, Ardiansyah, “Analisis Yuridis Kewenangan Majelis Ulama Indonesia
dalam Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal”, Fakultas Syari‘ah dan Hukum UIN Sumatera
Utara Medan, diakses 7 Desember 2020.
92
Undang-Undang No 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.
93
Dian Ihsan Siregar, “BPOM Ragukan Peredaran Produk Halal di Perdagangan Bebas MEA”,
http://ekonomi.metrotvnews.com/mikro/yNLy1p2b-bpom-ragukan-peredaran-produk-halal-di-
perdagangan-bebas-mea, diakses 5 Desember 2020.
94
Databoks, “Ada 2 Miliar Umat Islam di Dunia, Mayoritasnya di Asia”,
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/06/15/ada-2-miliar-umat-islam-di-dunia-
mayoritasnya-di-asia diakses pada 2 November 2022
95
World Population Review, “Muslim Majority Countries 2022”,
https://worldpopulationreview.com/country-rankings/muslim-majority-countries diakses pada 2
November 2022
97
Standard, Dinar & Salaam Gateway, “Global Islamic Economy Report 2020/21”,
https://www.salaamgateway.com/specialcoverage/SGIE20-21
98
Ibid.
99
M. Van der Spiegel, H. J. van Der Fels-Klerx, P. Sterrenburg, S. M. Van Ruth, IMJ. Scholtens-
Toma and E. J. Kok, 2012, Halal Assurance In food Supply Chain: Verification of Halal
certificates Using Audits and Laboratory Analisis, Trends in Food Science & technology 27,
hlm. 109-119
100
Shafiq, A, Haque, A.K.M. and Omar, A, “Multiple Logos and malay’s beliefs: a case of Mix
Signal”, International Food Research Journal, Vol 22 No. 4, 2015, hlm. 1727-1735
101
Aji Jumiono, 2012, Sejarah Sertifikasi Halal di Indonesia, Jakarta.
102
MUI, “Sejarah LPPOM MUI”, https://halalmui.org/mui14/main/page/sejarah-lppom-mui
104
Pasal 76 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan
105
Pasal 90 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan
106
Pasal 86 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan
107
Pasal 98 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 08/M-DAG/PER/2/2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan
3) Kementerian Perindustrian
Kementerian Perindustrian mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di
bidang perindustrian dalam pemerintahan untuk membantu presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugasnya,
Kementerian Perindustrian menyelenggarakan fungsi:108
a) perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang
perindustrian.
b) pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan
kebijakan di bidang perindustrian.
c) pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang perindustrian.
d) pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan Kementerian Perindustrian.
e) pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan
Kementerian Perindustrian.
f) pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawab Kementerian Perindustrian.
4) Kementerian Keuangan
Kementerian Keuangan bertugas untuk menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan negara untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. Fungsi Kementerian Keuangan di
antaranya adalah:109
a) perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang
penganggaran, pajak, kepabeanan dan cukai, perbendaharaan,
kekayaan negara, perimbangan keuangan, dan pengelolaan
pembiayaan dan risiko.
108
Pasal 5 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 7 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Perindustrian
109
Pasal 5 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2020 tentang Kementerian
Keuangan
110
Pasal 25 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2020 tentang Kementerian
Keuangan
5) Kementerian Pertanian
Tugas Kementerian Pertanian berdasarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 45 Tahun 2015 adalah menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas,
Kementerian Pertanian menyelenggarakan fungsi: 111
a) perumusan dan penetapan kebijakan di bidang penyediaan
prasarana dan sarana pertanian, peningkatan produksi padi, jagung,
kedelai, tebu, daging, dan pertanian lainnya, serta peningkatan nilai
tambah, daya saing, mutu, dan pemasaran hasil pertanian;
b) pelaksanaan kebijakan di bidang penyediaan prasarana dan sarana
pertanian, peningkatan produksi padi, jagung, kedelai, tebu,
111
Pasal 3 Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2021 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian
112
Badan Standardisasi Nasional, “Tentang BSN”,
https://www.bsn.go.id/main/bsn/isi_bsn/20183/tentang-bsn
113
Ibid
114
Badan Standardisasi Nasional, “MUI Dukung Lembaga Pemeriksa Halal diakreditasi KAN”,
https://www.bsn.go.id/main/berita/berita_det/5443
115
Ibid
124
Sugiyama, Shigehiko, “Consideration of the Nature of Halal and Food Safety: In Order to
Greet the Tourist from ASEAN Countries”, JAFIT International Tourism Review, 21, 2014, hlm.
129-136. in Japanese)
125
Zulham, 2018, Peran Negara dalam Perlindungan Konsumen Muslim terhadap Produk
Halal, Kencana, Jakarta
126
Mohammad Hashim Kamali, 1998, Principles of Islamic Jurisprudence, Ilmiah Publisher
Sdn, Kuala Lumpur, hlm. 267
127
Kemanfaatan tersebut dapat bersifat duniawi maupun ukhrawi, yang pada dasarnya
mengambil manfaat dan menghindari keburukan maupun kerusakan. ‘ Abd Al-Karīm bin ‘Ali
Muḥammad Al-Namlati, selanjutnya disebut Namlati, 1999, Al-Muhazzab fī ‘ilmi Uṣūli al-Fiqhi
al-Muqāran, Maktabah Rusydi, Riyāḍ, hlm. 1003.
128
Abū Isḥāq Ibrāhīm al-Syāṭibī, Al-Muwāfaqāt fī Uṣūli al-Syarī’ah, Juz II , Dār Kutub al-
‘Ilmiyah, Beirūt, hlm. 168.
129
Asafri Jaya Bakri, 1996, Konsep Maqashid Syariah Menurut Syatibi, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hlm. 168.
130
Asmawi, 2010, Teori Maslahat dan Relevansinya dengan Perundang-undangan Pidana
Khusus di Indonesia, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, Jakarta, hlm. 4
131
Muḥammad Abū Zahra, 1958, Uṣūl al-Fiqh, Dār al-Fikri al-‘Arabī, Mesir , hlm. 366.
132
Louis Ma’luf, 1986, Al-Munjid fī al-Lugah, Dar El-Machreq Sarl Publisher, Beirut-Lebanon,
hlm. 146.
134
Zulham, 2018, Peran Negara dalam Perlindungan Konsumen Muslim terhadap Produk
Halal, Kencana, Jakarta
135
Abdur Rahman Ibn Salih al-Mahmood, 2003, Man Made Laws vs Shari’ah,
2003,International Islamic Publishing House, Saudi Arabia, hlm. 375.
136
Secara etimologi, kata syariah berarti “jalan” menuju ke tempat (sumber) air, secara
terminologi syariah adalah apa yang digariskan atau ditentukan oleh Allah dalam agama untuk
pengaturan hidup para hambaNya. Rifyal Kabah, 1999, Hukum Islam di Indonesia,, Universitas
Yarsi, Jakarta, hlm. 12
137
‘Abd al-Wahāb Khallāf, 2002, ‘Ilmu Uṣūlu al-Fiqhi, Maktabah Da’wah al-Islāmiyah, Al-
Azhar, hlm. 12
138
Imran Ahsan Khan Nyazee, 2002, Theories of Islamic Law, the Methodology of Ijtihad, The
Other Press, Kuala Lumpur, hlm. 20-22
139
Hasbi Ash-Siddieqy, 2001, Filsafat Hukum Islam, Pustaka Rizqi Putra, Semarang, hlm. 29
140
Jasser Auda, 2008, Maqasih Syariah as Philosophy of Islamic Law, The International Institute
of Islamic Thought, London, hlm. 57
141
Al-Ghazali, 2007, Rahasia Halal-Haram, Hakikat Batin Perintah dan Larangan Allah,
Terjemahan Iwan kurniawan, Mizania Pustaka, Bandung, hlm. 12-15
142
Zulham, 2018, Peran Negara dalam Perlindungan Konsumen Muslim terhadap Produk
Halal, Kencana, Jakarta, hlm. 161
143
Ijma: kesesuaian pendapat (kata sepakat) dari para ulama mengenai suatu hal atau peristiwa,
Kamus Besar Bahasa Indonesia
144
Dalam mazhab Syafi, qiyas menempati urutan keempat dalam sumber hukum Islam sesudah
al-Qur’an, hadist dan ijma
145
Menurut Bagir Manan, Pasal 1 ayat (3) UUD 1945: “Negara Indonesia adalah negara hukum.”
Prinsip ini semula dimuat dalam Penjelasan Pembukaan UUD 1945 dengan kalimat: “Indonesia
ialah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka
belaka (machtsstaat). ” Di samping itu ada prinsip yang lain yang erat dengan negara hukum
yang juga dimuat dalam Penjelasan: “Pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi (hukum
dasar), tidak bersifat absolutism (kekuasaan yang tidak terbatas).” Prinsip ini mengandung
makna ada pembagian kekuasaan negara dan pembatasan kekuasaan (tidak absolut dengan
kekuasaan tidak terbatas. Dengan ketentuan baru ini, maka dasar sebagai negara berdasarkan
atas hukum mempunyai sifat normatif, bukan sekedar asas belaka. Bagir Manan, 2004,
Perkembangan UUD 1945, FH UI Press, Jakarta, hlm. 54.
146
Sri Edi Swasono, 2005, Sistem Ekonomi Indonesia dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
dalam Kancah Globalisasi, Sains, Bogor, hlm. 29
147
Sri Edi Swasono, “Sistem Ekonomi Indonesia”, www.indonesiaindonesia.com/f/8803-
sistem-ekonomi-indonesia, makalah, diakses pada 21 September 2020.
148
Ibid.
149
Sunaryati Hartono, Op Cit, hlm. 8.
150
Dumairy, Op Cit, hlm. 30
151
Ibid.
152
Ibid.
153
Dumairy, Op Cit, hlm. 30.
154
Ibid.
155
Arfin Hamid, 2007, Hukum Ekonomi Islam (Ekonomi Syariah) di Indonesia, Ghalia
Indonesia, Bogor, Cetakan I, hlm. 3
156
Ibid.
157
Ibid.
158
Mubyarto, “Pelaksanaan Sistem Ekonomi Pancasila di Tengah Praktek Liberalisasi Ekonomi
di Indonesia”, Artikel - Th. I - No. 11 - Januari 2003
159
Ibid.
160
Sistem Ekonomi Indonesia, http://www.remo-xp.com/, diakses 6 Desember 2020
161
Dumairy, Islam dan Ekonomi, Artikel, 2 Desember 2020.
162
Ibid.
163
Ibid, hlm. 197.
164
M. Din Syamsudin, 2000, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, Logos
Wacana Ilmu, Jakarta, hlm. 58
165
Ibid.
166
Muhammad Akbar Khan, “The Role of Islamic State in Consumer Protection”, Journal of
Islamic Research, Vol 8, 2011, hlm 33.
167
Ibn al-‘Arabi, 2003, Aḥkāmu al-Qur’ān, Juz II, Dār al-Kutub al-Ilmiyyah, Bairūut, hlm. 164-
165.
168
Ibn Qayyim al-Jauziyyah, 2000, Panduan Hukum Islam, Terjemahan Asep Saifullah FM,
Pustaka Azzam, Jakarta, hlm. 459-460
169
Mahkamah Konstitusi RI, 2010, Naskah Komprehensif Perubahan UUD 1945, Buku VIII,
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Jakarta, hlm. 393, 594
170
Tauqifurrahman Syahuri, 2011, Tafsir Konstitusi Berbagai Aspek Hukum, Prenada Media,
Jakarta, hlm. 217-218
171
Qadri Azizy, 2002, Eklektisisme Hukum nasional, Kompetisi antara Hukum Islam dan
Hukum Umum, Gama Media, Yogyakarta, hlm. 172, 252
172
Wawancara dengan JAKIM, 2017.
173
Bank Indonesia, 2020 Ekosistem Industri Halal, Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah
Bank Indonesia, Jakarta
174
Zulzaidi Bin Mahmod, 2011, Pelaksanaan Pemantauan dan Penguatkuasaan Undang-
Undang Produk Halal di Malaysia: Kajian Terhadap Penyalahgunaan Logo Halal, Tesis,
Jabatan Syariah dan Undang-Undang Akademi Pengajian Islam, University Malaya, Kuala
Lumpur, hlm 152.
175
Bank Indonesia, 2020, Ekosistem Industri Halal, Departemen Ekonomi dan Keuangan
Syariah: Jakarta
176
Terdapat di dua kampus yaitu Chulalongkorn University dan Prince of Songkla University at
Pattani.
177
Bank Indonesia, 2020, Ekosistem Industri Halal, Departemen Ekonomi dan Keuangan
Syariah: Jakarta, Hlm. 190
178
Bank Indonesia, 2020, Ekosistem Industri Halal, Departemen Ekonomi dan Keuangan
Syariah: Jakarta Hlm. 187
179
Ibid
180
Ibid
181
Wawancara dengan Mohamed El Mouelhy pada September 2017
182
Republika.co.id, diakses pada 10 November 2021.
183
“Proses Organisasi Muslim di Australia Melakukan Sertifikasi Halal”,
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/18713/8.%20BAB%20IV.pdf?sequenc
e=9&isAllowed=y
Buku
Al-‘Arabi, Ibn, 2003, Aḥkāmu al-Qur’ān, Juz II, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
Beirut
Al-Mahmood, Abdur Rahman Ibn Salih, 2003, Man Made Laws vs Shari’ah,
2003, International Islamic Publishing House, Saudi Arabia
Bakri, Asafri Jaya, 1996, Konsep Maqashid Syariah Menurut Syatibi, Raja
Grafindo Persada, Jakarta
‘Khallāf, Abd al-Wahāb, 2002, ‘Ilmu Uṣūlu al-Fiqhi, Maktabah Da’wah al-
Islāmiyah, Al-Azhar
Nyazee, Imran Ahsan Khan, 2002, Theories of Islamic Law, the Methodology of
Ijtihad, The Other Press, Kuala Lumpur
Zahra, Muḥammad Abū, 1958, Uṣūl al-Fiqh, Dār al-Fikri al-‘Arabī, Mesir
Fuseini, A., Hadley, P. and Knowles, T., “Halal Food Marketing: an Evaluation
of UK Halal Standards”, Journal of Islamic Marketing, 2020
Idris, S.H., Abdul Majeed, A.B. and Chang, L.W, Beyond Halal: Maqasid al-
Shari’ah to Assess Bioethical Issues Arising from Genetically Modified
Crops, Sci Eng Ethics, 2020
Indonesia Halal Lifestyle Centre & Dinar Standard, 2021, Indonesia Halal
Market Report 2021/22
State of the Global Islamic Economy Report 2021/2022, Dinar Standard, 2022
Shafiq, A, Haque, A.K.M. and Omar, A, “Multiple Logos and malay’s beliefs: a
case of Mix Signal,” International Food Research Journal, Vol 22 No. 4,
2015
Vandendriessche, F, “Meat Products in the Past, Today and in the Future”, Meat
Science Journal, Vol. 78, No. 2
Peraturan
Internet
Tulisan ini membahas prinsip-prinsip dan standar dalam hukum perdagangan internasional
mengenai sertifikasi halal. Prinsip yang terkait adalah standardisasi produk. Tulisan ini
mengkaji norma hukum perdagangan internasional dalam Perjanjian WTO mengenai
sertifikasi halal. Tulisan juga mengkaji sengketa terkait sertifikasi halal: (1) sengketa ayam
Brazil – Indonesia (DS 484); dan (2) sengketa lisensi impor Selandia Baru dan AS melawan
Indonesia (DS 477 – 478). Bagian akhir tulisan ini berupaya memprediksi prospek
pengaturan sertifikasi halal dalam hukum perdagangan internasional.
195
Sarjana pada umumnya hanya memasukkan 6 prinsip utama di atas. Tulisan ini mengusulkan
prinsip ketujuh, yaitu perlakuan khusus bagi negara sedang berkembang, semata-mata karena
ketentuan ini telah menjadi ketentuan yang umum yang tercantum dalam berbagai perjanjian
perdagangan multilateral, khususnya Perjanjian WTO. Frider Roessler memperkenalkan hanya
3 prinsip, yakni: prinsip non-discrimination, prinsip open-market, dan prinsip fair-trade
(Roessler, Frieder, “The Scope, Limits and Function of the GATT Legal System,” 8 World
Economy 287-288 (1985) dan Simon Lester et.al., 2012, World Trade Law: Texts, Materials and
Commentary, Hart Publishing, Oxford, Part IV, hlm. 231-326. Sedangkan WTO
memperkenalkan prinsip MFN, National Treatment, tariff reductions and bindings, prinsip tariff
preferred. World Trade Organization, 1998, The Multilateral Trading System: 50 Years of
Achievement, Geneva, Switzerland, hlm. 7-10.
196
Pieter Van den Bossche, 2006, The Law and Policy of the World Trade Organization,
Cambridge, New York, hlm. 309.
197
Cf. Olivier Long, 1987, Law and Its Limitations in the GATT Multilateral Trade System,
Martinus Nijhoff Publishers, hlm. 8-11. Lester menyatakan tarif sebagai sarana revenue raising.
Simon Lester et.al., Op.cit., hlm 258.
198
Gunther Jaenicke, General Agreement on Tariffs and Trade (1948), dalam Bernhard (ed).,
1983, Encyclopedia of Public International Law, Instalment 5, hlm. 22. Namun demikian prinsip
ini tidak berlaku terhadap transaksi-transaksi komersial di antara anggota GATT yang secara
teknis bukan merupakan impor atau ekspor ‘produk-produk’ seperti pengangkutan internasional,
pengalihan paten, lisensi dan hak-hak tak berwujud lainnya atau aliran modal.
199
Gunther Jaenicke, Op.cit., hlm. 23. Pemberian GSP secara resmi diberikan sejak tahun 1971
oleh negara maju, terutama oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa. Uraian lebih lanjut mengenai
GSP ini dapat dilihat dalam Huala Adolf, “Aspek-aspek Hukum Mengenai Generalized System
of Preferences (GSP) Menurut Hukum Uni Eropa,” Jurnal Hukum Internasional UNPAD, 1:2,
2002, hlm. 87-102.
2. National Treatment
Prinsip National Treatment terdapat dalam Pasal III GATT. Menurut prinsip ini,
produk suatu negara yang diimpor ke dalam suatu negara harus diperlakukan
sama seperti halnya produk dalam negeri. 200 Prinsip ini sifatnya berlaku luas,
juga berlaku terhadap semua jenis pajak dan pungutan (sah) lainnya. Berlaku
pula terhadap peraturan perundang-undangan dan persyaratan-persyaratan
(hukum) yang memengaruhi penjualan, pembelian, pengangkutan, distribusi
atau penggunaan produk-produk di pasar dalam negeri. Prinsip ini juga
memberikan perlindungan terhadap proteksionisme sebagai akibat upaya-upaya
atau kebijakan administratif atau legislatif. 201
Prinsip national treatment dan prinsip MFN merupakan prinsip sentral
dalam GATT.202 Kedua prinsip ini menjadi prinsip pada pengaturan bidang-
bidang perdagangan yang kelak lahir di dalam perjanjian putaran Uruguay,
200
Olivier Long, 1987, Op.cit., hlm. 9.
201
Ibid.
202
Namun demikian, WTO melihat prinsip national treatment sebagai pelengkap terhadap
prinsip MFN. World Trade Organization, 1999, General Agreement on Tariffs and Trade,
Switzerland, hlm. 9.
203
Departemen Perdagangan Republik Indonesia, GATT dan Uruguay Round, Seri Informasi
Perdagangan Internasional No. 14, 1993/1994, hlm. 3.
204
Olivier Long, Op.cit., hlm. 10.
5. Transparansi
Seperti halnya tarif, GATT juga mensyaratkan negara-negara anggotanya untuk
menerapkan prinsip transparansi. Prinsip ini pula yang menjadi kunci bagi
prasyarat perdagangan yang pasti (predictable). Prinsip transparansi merupakan
prinsip yang juga berperan cukup penting sebagaimana halnya prinsip MFN atau
205
WTO, General Agreement on Tariffs and Trade, op.cit., hlm. 10. Paul Demaret, “The
Metamorphoses of the GATT: From the Havana Charter to the World Trade Organization,”
Columbia Journal of Transnational Law, Vol. 24, No. 1, 1995, hlm. 135
206
Ketentuan sama termuat dalam Pasal 2.9 TBT (Technical Barriers to Trade), menyatakan:
2.9. Whenever a relevant international standard does not exist or the technical content of a
proposed technical regulation is not in accordance with the technical content of relevant
international standards, and if the technical regulation may have a significant effect on trade of
other Members, Members shall:
2.9.1. publish a notice in a publication at an early appropriate stage, in such a manner as to
enable interested parties in other Members to become acquainted with it, that they propose to
introduce a particular technical regulation.
7. Standardisasi Produk
Prinsip standar produk dalam hukum perdagangan internasional termuat dalam
Pasal XX GATT. Pasal ini membolehkan negara-negara anggota untuk membuat
kebijakan perdagangan di dalam negerinya, termasuk kebijakan standar di
bidang perdagangan untuk melindungi manusia, tanaman dan hewan.
207
Lihat Pasal 65 TRIPs; Pasal IV TRIMs; Pasal IV GATS dan Pasal 4 DSU.
Pasal XX GATT ini tidak menguraikan hal standar apa saja yang terkait
dengan perlindungan terhadap manusia, tanaman atau hewan. Pada praktiknya,
dengan tidak adanya batasan perlindungan itu, maka pengertiannya dapat
ditafsirkan secara luas (ekstensif). Perlindungan terhadap manusia, termasuk di
dalamnya kesehatan manusia. Perlindungan terhadap tanaman, mencakup di
dalamnya produk-produk pertanian. Perlindungan terhadap hewan, mencakup di
dalamnya keberlangsungan hidup atas hewan, termasuk apakah hewan yang
ditangkap untuk diperjualbelikan di perdagangan internasional itu akan
menyebabkan kemusnahan.
Dibolehkannya negara anggota untuk menerapkan standar tidak bebas
sifatnya, GATT mensyaratkan negara anggota dapat menerapkan kebijakan
standar, sepanjang kebijakan itu tidak menciptakan diskriminasi atau ternyata
menciptakan rintangan-rintangan yang tidak perlu (unnecessary obstacle)
terhadap produk asing. Diskriminasi maksudnya adalah standar berlaku ganda,
misalnya terhadap produk dengan standar X dari negara A dibolehkan masuk,
sedangkan produk dengan standar X yang sama dari negara B tidak dibolehkan
masuk.
208
John H. Jackson, 1995, et.al., Legal Problems of International Economic Relations, St. Paul.
Minn.: West Publishing Co., hlm. 533.
209
Lihat batasan halal dalam Bab I di atas.
210
Henry Black, 2009, Black’s Law Dictionary, 9th.ed., Thomson Reuters, St Paul., Minnesota,
hlm. 1100.
211
Cf., Pieter Van den Bossche berpendapat, ketentuan pasal XX GATT harus ditafsirkan secara
sempit atau restriktif (singularia non sunt extenda). Namun beliau mengakui, pendekatan
penafsiran secara sempit ini terhadap pasal XX tidak diterapkan, termasuk oleh Badan Banding
DSB WTO. Pieter Van den Bossche, 2006, Op.cit., hlm. 99.
212
Brazil – Indonesia: Indonesia – Measures concerning the Importation of Chicken Meat and
Chicken Products (DS 484). Putusan Panel dapat diakses pada website WTO: www.wto.org.
213
Paragraf 1.2 dan 7.117 dan 7.118 Panel Report.
214
DS 477 – 478 Panel Report (2021), hlm. 20, 181.
215
DS 477 – 478 Panel Report, hlm. 191.
216
DS 477 – 478 Panel Report, hlm. 191.
217
DS 477 – 478 Panel Report, hlm. 217.
218
DS 477 – 478 Panel Report, hlm. 222.
2) TBT Committee
Lembaga kedua yang cukup penting adalah Technical Barriers to Trade (TBT)
Committee, badan khusus yang mengawal pelaksanaan perjanjian TBT. Pada
pembahasan TBT Committee tentang kebijakan standar makanan Pakistan,
Amerika Serikat dan Uni Eropa mengungkapkan kekhawatiran mereka terhadap
peraturan Pakistan yang mensyaratkan wajib sertifikasi dan label halal bagi
semua produk makanan konsumen.
Amerika Serikat dan Uni Eropa mengakui arti pentingnya halal ini bagi
produk yang akan dikonsumsi rakyat Pakistan. Kedua negara mendorong
pemerintah Pakistan, agar kebijakan halal ini tidak menyebabkan rintangan bagi
perdagangan dan menyebabkan beban yang memberatkan masuknya produk.
219
https://www.wto.org/english/tratop_e/tpr_e/tp501_crc_e.htm
220
https://www.wto.org/english/news_e/news19_e/tbt_16nov19_e.htm, diakses 7 November
2021.
221
Ibid.
Buku
Bossche, Pieter Van den, 2006, The Law and Policy of the World Trade
Organization, Cambridge, New York
Jackson, John H., 1995, et.al., Legal Problems of Indonesia Economic Relations,
West Publishing Co, St. Paul. Minn.
Long, Cf. Olivier, 1987, Law and Its Limitations in the GATT Multilateral Trade
System, Martinus Nijhoff Publishers
Simon Lester et.al., 2012, World Trade Law: Texts, Materials and Commentary,
Hart Publishing, Oxford
Jurnal
Demaret, Paul, “The Metamorphoses of the GATT: From the Havana Charter to
the World Trade Organization,” Columbia Journal of Transnational Law,
Vol. 24, Indonesia. 1, 1995
Internet
World Trade Organization, “WTO members discuss product quality, safety and
standards, debate new trade concerns”
https://www.wto.org/english/news_e/news19_e/tbt_16nov19_e.htm
Bab ini menganalisis bagaimana perdagangan internasional dalam hukum Islam termasuk
membahas pengertian, sejarah, dasar hukum dalam al-Qur’an, etika, serta nilai-nilai
universal Islam dalam perdagangan. Pada Bab ini juga dibahas penerapan prinsip syariah
pada kontrak perdagangan internasional, dan penerapan prinsip ekonomi syariah pada
pembayaran internasional melalui letter of credit (L/C). Penggunaan sistem syariah Islam
dalam kegiatan ekonomi dewasa ini, tidak hanya berkembang di negara-negara yang
mayoritas penduduknya beragama Islam, namun juga di belahan negara yang minoritas
beragama Islam, sehingga dalam buku ini juga dibahas Best International Practises,
bagaimana nilai-nilai ekonomi Islam juga telah banyak diimplementasi dalam aturan
maupun praktik kegiatan perdagangan internasional. Pada Bab ini juga dibahas tentang
isu halal, karena dalam perikatan Hukum Islam hal ini merupakan salah satu syarat obyek
akad yang harus dipenuhi. Pada bagian akhir bab ini dibahas halal telah menjadi trend
global, perlunya sertifikasi halal, serta juga memuat Perbandingan Sertifikasi dan
Labelisasi Produk Halal di Malaysia, Singapore, dan Indonesia
222
Huala Adolf, 2005, Hukum Perdagangan Internasional, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
hlm 1.
223
Rafiqul Islam dalam Huala Adolf, Ibid, hlm.7.
224
Ibid, hlm. 8.
225
Junaidi Safitri dan Abdulmuhaimin Fakhri, “Analisis Perbandingan Pemikiran Abu ‘Ubaid
Al Qasim dan Adam Smith Mengenai Perdagangan Internasional,” Millah Vol. XVII, No. 1,
Agustus 2017, Hlm. 86
226
Ibid.
227
Ibid.
228
al-Asfahani dalam Agilistya Rahayu, “Perdagangan Internasional dalam Pandangan Islam
(Studi Kritik Terhadap Sistem Perdagangan Internasional Pada Organisasi WTO)”, Jurnal El-
Kahfi (Journal of Islamic Economic), Vol. 01 No. 02, Tahun 2020, hlm.6.
229
Baqi dalam Agilistya Rahayu, Ibid.
230
Andrew Rippin dalam Junaidi Safitri dan Abdulmuhaimin Fakhri, Op.Cit., hlm 87.
231
Richard A. Gabriel, dalam Junaidi Safitri dan Abdulmuhaimin Fakhri, Ibid.
232
Urgensi Integrasi Ummat dalam Perspektif Islamic International Trading, https://www.iaei-
pusat.org/article/ekonomi-syariah/urgensi-integrasi-ummat-dalam-perspektif-islamic-
international-trading-1?language=id, diakses tanggal 22 November 2021.
233
Perjalanan Dagang Rasulullah, https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
digest/18/10/19/pgt3gy313-perjalanan-dagang-rasulullah, diakses tanggal 22 November 2021
234
Syed Jamal Uddin, dalam Junaidi Safitri dan Abdulmuhaimin Fakhri, Ibid.
235
Ziad Haider, dalam Junaidi Safitri dan Abdulmuhaimin Fakhri, Ibid.
236
M. Khan Muhammadkhan, N.H. Han, S.B. Hoi, J.H Bae, “Good Faith Principle of Contract
Law for the Islamic Banking System”, Utopía y Praxis Latinoamericana, Vol. 24, No. 5, 2019,
hlm. 239-251.
237
Huala Adolf, Op.Cit., hlm. 16-17.
238
Ibid, hlm. 18.
239
Agilistya Rahayu, Loc. cit.
240
Ibid
241
Ibid, hlm, 7.
242
Ibid.
243
Ibid.
Prinsip utama kegiatan ekonomi Islam terdiri dari larangan riba pada semua jenis
transaksi, pelaksanaan aktivitas bisnis atas dasar kesetaraan (equality), keadilan
(fairness), keterbukaan (transparency), pembentukan kemitraan yang saling
menguntungkan, serta keuntungan yang didapat harus dengan cara yang halal.
Perjanjian atau akad dalam Hukum Islam memiliki konsekuensi duniawi
dan ukhrawi, karena akad yang dilakukan berdasarkan Hukum Islam. Secara
etimologis perjanjian dalam bahasa Arab diistilahkan dengan mu’āhadah ittifā’,
aqad, dalam terjemahan bebas dapat disebut sebagai kontrak, perjanjian atau
persetujuan, yakni suatu perbuatan dimana seseorang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap seseorang lain atau lebih. Terkadang akad dalam istilah
dipergunakan dalam pengertian yang umum, yakni sesuatu yang diikatkan
seseorang bagi dirinya sendiri atau bagi orang lain dengan kata harus. Di
antaranya adalah firman Allah SWT:
Hai orang-orang yang beriman! Penuhi (semua) kewajiban (al-Qur'an
surat al-Ma’idah [5]:1). Penuhi perjanjian Allah ketika Anda telah
menandatanganinya dan jangan melanggar sumpah Anda setelah Anda
mengonfirmasinya (al-Qur'an surat an-Nahl [16]:91)244.
244
Ibid.
245
Muhammad Syafi’i Antonio, 2001, Bank syariah dari Teori ke Praktik, Gema Insani Press,
Jakarta, hlm. 85.
246
Mariam Badruz zaman, dkk, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung, PT. Citra Aditya
Bandung, hlm. 247.
247
Ibid, hlm. 248.
248
Muhammad Kamal Zubair dan Abdul Hamid, “Eksistensi Akad dalam Transaksi Keuangan
Syariah,” Jurnal Hukum Diktum, Vol. 14, No. 1, Juli 2016, hlm. 49.
249
Wahbah Zuhaili dalam Muhammad Kamal Zubair dan Abdul Hamid, Ibid, hlm. 51.
250
T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Mochzani Bachmid, “Penerapan Kepercayaan
Masyarakat Terhadap Bank Berdasarkan Akad Pembiayaan Prinsip Perbankan Syariah”, Lex
Privatum Vol. VI No. 8, Okt 2018, hlm. 104.
251
Ibid, hlm. 105.
252
Hamzah Ya’cub dalam Mochzani Bachmid, Ibid, hlm. 105.
253
Ibid.
254
Ibid.
255
Ahmad Azhar Basyir dalam Gemala Dewi, dkk, 2005, Hukum Perikatan Islam di
Indonesia,Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 69.
256
Djamil dalam Gemala Dewi, dkk, Ibid.
257
Helza Nova Lita, 2006, Penerapam Prinsip-Prinsip Syariah pada Ketentuan Letter of Credit
(L/C) Sebagai Alat Pembayaran dalam Perjanjian Ekspor Impor dihubungkan dengan The
Uniform Customs For Documentary Credits (UCP 500), Tesis Ilmu Hukum, Universitas
Padjadjaran, hlm. 22.
258
Ibid.
259
Ibid.
260
Brian J. Grim & Mehtab S. Karim, 2011, The Future of the Global Muslim Population
Projections for 2010-2030, Pew Research Center’s Forum on Religion & Public Life,
Washington D.C.
261
Bank Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia, 2017, Paradigma Arus Baru Ekonomi
Indonesia. Diskusi Panel Menjelang Milad ke-42 MUI 24 Juli 2017.
262
Muhammad Syukri Salleh, “Strategizing Islamic Education”, International Journal of
Education and Research Vol. 1 No. 6 June 2013, Universiti Sains Malaysia.
263
Uncitral, United Nations Convention on Contracts for the International Sale of Goods
(CIDG), 1980, Vienna.
Penafsiran pasal di atas salah satunya oleh Petra Butler dalam Article 1
CISG – The Gateway to the CISG (2016), disebutkan bahwa Jika para pihak telah
memilih hukum domestik negara non-anggota CISG, maka para pihak telah
mengecualikan penerapan CISG. 265 Hal ini menunjukkan penghormatan CISG
terhadap hak suatu negara, khususnya dalam mengaplikasikan hukum
domestiknya dalam transaksi internasional.
Nilai ekonomi syariah kedua, berusaha dengan berkeadilan. Nilai ini bermakna
bahwa manusia didorong untuk berusaha (al-Qur’an surat al-Jumuah [62]:10; al-
Qur’an surat al-Isra [17]:12; al-Qur’an surat An-Nahl [16]:14; al-Qur’an surat
al-Ankabut [29]:14) memanfaatkan segala sumber daya yang berlimpah yang
telah diciptakan Allah untuk manusia (al-Qur’an surat al-Baqarah [2]:29; al-
Qur’an surat Ibrahim [14]:34).
Selain itu, pada nilai ini juga terdapat batasan bahwa kepemilikan pribadi
tidak diperbolehkan untuk menjadi akumulasi kekayaan yang berlebihan (al-
Qur’an surat al-Humazah [104]:1-3). Namun demikian, karena manusia
mempunyai kecenderungan (inherent) cinta terhadap harta (al-Qur’an surat Ali
Imran [3]:14; al-Qur’an surat al-Fajr [89]:20; al-Qur’an surat asy-Syura [62]:27;
al-Qur’an surat al-Fajr [89]:20), maka penumpukan harta harus dikendalikan
dengan mendorong sedekah dan perniagaan (al-Qur’an surat an-Nisa [4]:29).
Sementara itu, tujuan individual atas hasil usaha ekonomi dibatasi agar tidak
berlebihan, tujuan sosial diupayakan maksimal dengan menafkahkan sebagian
265
Butler, Petra. "Article 1 CISG–The Gateway to The CISG." CISG and Latin America:
Regional and Global Perspectives Eleven International Publishing, The Hague (2016).
266
Yuanitasari, Deviana & Kusmayanti, Hazar, “Pengembangan Hukum Perjanjian dalam
Pelaksanaan Asas Itikad Baik pada Tahap Pra Kontraktual”, Jurnal Ilmu Hukum Kenotariatan
Faktultas Hukum Universitas Padjadjaran, 2020.
267
Uniform Customs and Practice for Documentary Credit International Chamber of Commerce
Publication No.600 Revision 2007 (UCP 600).
Nilai ekonomi syariah keempat, pertumbuhan yang seimbang. Nilai ini erat
kaitannya dengan tujuan ekonomi syariah untuk memberikan manfaat sebanyak-
banyaknya kepada kemanusiaan sebagai raḥmatan li al-‘ālamīn (al-Qur’an surat
al-Anbiya [21]:107, al-Qur’an surat al-Ankabut [29]:51) melalui muamalah, atau
berbagai aktivitas perekonomian. Islam mengatur bahwa pertumbuhan yang
dimaksud, tetap menjaga keseimbangan kesejahteraan spiritual dan kelestarian
alam (al-Qur’an surat al-Baqarah [2]:11,12).
Nilai ini juga sejalan dengan prinsip no ḍarar dan no ẓalim dalam
ekonomi syariah, yang dapat diartikan bahwa suatu muamalah tidak boleh
menimbulkan suatu bahaya atau kerusakan serta kezaliman, contohnya
bermuamalah yang mengakibatkan bahaya bagi makhluk lain. Hal ini karena
bertentangan dengan konsep Islam sebagai raḥmatan li al-‘ālamīn sebagaimana
terdapat pada al-Qur’an surat al-Anbiya [21]:107.
Nilai-nilai ekonomi syariah terkait keseimbangan pertumbuhan tersebut,
juga sejalan dengan mukadimah CISG, bahwa CISG memperhatikan resolusi
majelis umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mengatur: (i) adanya
268
Juwana, Himahanto, et. all., 2013, Naskah Akademik tentang Ratifikasi Konvensi PBB
Mengenai Kontrak Jual Beli Barang Internasional. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
RI, hlm. 27.
269
Ibid, hlm. 50.
270
Diskusi Tim BI dengan M. Syafrudin, Praktik L/C dan Bank to Bank Reimburement, hlm. 7.
271
Indah Puji Astuti Utami, “Letter of Credit (L/C) Sebagai Cara Pembayaran Transaksi
Perdagangan Internasional Dalam Kerangka Asean Economic Community”, Privat Law, Vol. IV
No 1, 2016.
272
Emad Mohammad Al Amaren dkk, “Documentary Letter of Credit in Conventional and
Islamic Banks in Jordan”, International Journal of Multidisciplinary Science and Technology,
2020
274
Bank Indonesia, 2021, Laporan Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia, Bank Indonesia,
Jakarta
275
Ibid.
276
Yusuf Shofie, “Jaminan atas produk halal dari sudut pandang hukum perlindungan konsumen,
Jurnal Syariah LKIHI FHUI, Ed 3, 2015.
277
Tetty Havinga, “Regulating Halal and Kosher Foods: Different Arrangements between State,
Industry and Religious Actors,” Erasmus Law Review, Vol. 3, Issue 4, 2010, hlm. 241-255
278
Anton Apriyantono dan Nurbowo, 2003, Panduan Belanja dan Konsumsi Halal, Khairul
Bayaan, Jakarta, hlm. 24.
279
Dian Maris Rahmah, 2020, Penguatan Kelembagaan Jaminan Produk Halal Untuk
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Syariah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2014 Tentang Jaminan Produk Halal, Tesis Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran.
Sektor industri halal merupakan salah satu pengerak inti dari ekonomi
Islam, maka pengaturan sertifikasi halal menjadi penting. Urgensi pentingnya
halal ini tidak hanya untuk kepentingan umat Islam semata dalam rangka
menjalankan perintah agama, namun juga menjadi indikator universal untuk
produk dan gaya hidup.280 Meningkatnya preferensi masyarakat dunia terhadap
industri halal bukan hanya karena keyakinan atau ajaran agama, melainkan
karena produk halal mempunyai jaminan baik dari sisi kualitas, kebersihan,
kesehatan dan keamanannya.281 Namun dalam praktiknya, regulasi pemerintah
280
Gillani, Ijaz dan Khan dalam Isti Nuzulul Atiah dan Ahmad Fatoni, “Sistem Jaminan Halal:
Studi Komparatif Indonesia dan Malaysia”, Syiar Iqtishadi, Journal of Islamic Economics,
Finance and Banking, Vol. 3 No. 2, November 2019, hlm. 38.
281
Isti Nuzulul Atiah dan Ahmad Fatoni, Ibid.
282
State of the Global Islamic Economy Report, “Global Islamic Economy Ker Drivers”,
https://cdn.salaamgateway.com/special-coverage/sgie19-20/full-report.pdf, hlm. 9, diakses
tanggal 27 Oktober 2021
Buku
Antonio, Muhammad Syafi’i, 2001, Bank syariah dari Teori ke Praktik, Gema
Insani Press, Jakarta.
Bank Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia, Diskusi Panel Menjelang Milad
ke-42 MUI “Paradigma Arus Baru Ekonomi Indonesia” 24 Juli 2017.
Jurnal
Atiah, Isti Nuzulul dan Ahmad Fatoni, “Sistem Jaminan Halal: Studi Komparatif
Indonesia dan Malaysia”, Syiar Iqtishadi, Journal of Islamic Economics,
Finance and Banking, Vol.3 No.2, November 2019.
Shofie, Yusuf, “Jaminan atas produk halal dari sudut pandang hukum
perlindungan konsumen”, Jurnal Syariah LKIHI FHUI, Ed 3, 2015.
Brian J. Grim & Mehtab S. Karim, 2011, The Future of the Global Muslim
Population Projections for 2010-2030, Pew Research Center’s Forum on
Religion & Public Life, Washington D.C.
Himahanto, Juwana, et. All, 2013, Naskah Akademik tentang Ratifikasi Konvensi
PBB Mengenai Kontrak Jual Beli Barang Internasional, Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.
Internet/Website
State of the Global Islamic Economy Report, “Global Islamic Economy Ker
Drivers”, https://cdn.salaamgateway.com/special-coverage/sgie19-
20/full-report.pdf, hlm. 9
Pada bab ini penulis membahas tentang pengaturan sertifikasi halal internasional. Halal
dan produk halal tidak akan lepas dari perdagangan internasional antar negara. Barang
dari satu negara akan beredar ke negara lain melalui jalur-jalur perdagangan
internasional. Kekosongan hukum mengenai pengaturan sertifikasi halal internasional
membuat kendala tersendiri bagi negara-negara mayoritas muslim, karena beberapa
negara menilai sertifikasi halal ini menjadi hambatan dalam perdagangan internasional.
Berdasarkan hal tersebut maka bab ini juga membahas mengenai urgensi pembentukan
aturan-aturan internasional terkait sertifikasi halal dan dasar bahwa sertifikasi halal
bukanlah hambatan perdagangan tetapi menjadi satu kewajiban bagi umat muslim untuk
menerapkannya, dengan dasar Pasal XX bahwa sertifikasi halal harus diterapkan dengan
dasar untuk melindungi moral public serta untuk mematuhi hukum agama dan peraturan
agama islam. Dengan adanya bab ini diharapkan WTO akan membentuk aturan
internasional terkait sertifikasi halal dan produk halal agar perdagangan barang dan jasa
dengan syarat “halal” tidak dianggap menghambat dan pelanggaran perdagangan
internasional.
Dewasa ini sertifikasi halal tidak dapat dipisahkan dari perdagangan barang dan
jasa. Perdagangan barang dan jasa sudah tidak bisa dibendung lagi dari
perdagangan antar negara (transnasional). Perdagangan lintas negara sejak
dahulu sudah dilakukan oleh masyarakat dunia, di era modern saat ini, kegiatan
perdagangan antar negara menjadi berkembang sangat cepat dan semakin bebas.
World Trade Organization (WTO) menjadi salah satu organisasi dunia yang
dibentuk, sebagai upaya negara-negara dalam mengatur lalu lintas perdagangan
internasional.
Perdagangan barang dan jasa antar negara memerlukan hukum yang
mengatur aktivitas perdagangan internasional. Hukum dasar WTO tersebut
283
Peter van den Bossche, Daniar Natakususmah, Joseph Wira Koesnaidi, 2010, Pengantar
Hukum WTO (World Trade Organization), Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, hlm. 3.
284
“Uni Eropa Kritik Undang-Undang Halal Indonesia”, http://www.zona-
halal.com/2015/03/uni- eropa-kritik-undang- undang-halal.html., diakses 28 Oktober 2021.
285
Michelle Limenta, et all, Disabling Labeling: The WTO Consistency of the Indonesian
Mandatory Halal Labeling Law, Working Paper No 2016/08. World Trade Institute, may, 2016,
https://boris.unibe.ch/97933/1/working_paper_no_8_2016_limenta_el_at.pdf.
286
EC-Asbestos adalah salah satu kasus dasar tentang produk-produk makanan dan minuman
untuk menentukan regulasi teknis masuknya barang/jasa ke satu negara, putusan panel dalam
kasus ini menjadi acuan apaakah satu kebijakan pemerintah satu negara masuk ke dalam regulasi
teknis atau tidak, Pada 24 Desember 1996, Perdana Menteri Perancis melarang masuknya
asbestos dari negara lain dengan mengeluarkan Keputusan No. 96-1133. Kanada menggugat
Keputusan Perdana Menteri Perancis tentang larangan impor asbestos dari Kanada yang efektif
berlaku mulai Januari 1997. Ekspor ini sangat penting bagi Qubec (Kanada) sebagai penghasil
asbestos.
287
Appellate Body Report, EC – Asbestos, above n. 19, at paras. 66-70.
288
Peter van den Bossche, Daniar Natakususmah, Joseph Wira Koesnaidi, Op. Cit., hlm. 83.
289
Hambali, “Pemberlakuan Sertifikasi Halal Secara Wajib Terhadap Produk Asing Menurut
Persetujuan Tentang Hambatan Teknis dalam Perdagangan (Technical Barrier to Trade
Agreement)”, Nurani Hukum: Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 2, No. 2, Desember 2019, hlm. 55.
290
Pasal 2(1), Technical Barriers to Trade Agreement (TBT Agreement).
291
Puja Dwi Ananda Dan Ramlan, “Prinsip Non-Diskriminasi Dalam Penerapannya Pada
Peraturan Bank Indonesia Tentang Gerbang Pembayaran Nasional,” Journal of International
Law, Vol. 1, No. 1, 2020, hlm. 67-89.
292
Ibid.
293
Huala Adolf, 2006, Hukum Perdagangan Internasional, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 40.
294
Pasal 2(2), TBT Agreement.
Pada era globalisasi dan revolusi industri 4.0 saat ini, hubungan antar negara
tidak bisa dibendung lagi, begitu pula dengan perdagangan barang bersertifikat
halal, di mana negara-negara di seluruh dunia melaksanaan perdagangan antar
negara. Sedangkan barang atau jasa khususnya makanan, tidak dapat dipisahkan
dari kebutuhan konsumen untuk mendapatkan makanan halal. Sehingga dalam
perdagangan barang dan jasa antar negara, diperlukan kebijakan untuk
mendukung negara-negara melaksanakan perdagangan tanpa hambatan.
Sertifkasi halal diharapkan tidak menjadi hambatan perdagangan barang
dan jasa antar negara, oleh karena itu diperlukan perjanjian antar negara untuk
295
Panel Reports, European Communities – Measures Prohibiting the Importation and Marketing
of Seal Products, WT/DS400/R and Add.1 / WT/DS401/R and Add.1, adopted 18 June 2014,
para 7.419.
296
Boer Mauna, 2005, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era
Dinamika Global, Alumni, Bandung, hlm. 82.
297
Ibid.
298
Anthony Aust, 2010, Handbook of International Law, Cambridge University Press, New
York, hlm. 50.
299
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2000 tentang
Perjanjian Internasional.
300
Eddy Pratomo, 2011, Hukum Perjanjian Internasional (Pengertian, Status Hukum, dan
Ratifikasi), Alumni, Jakarta, hlm. 46.
301
Anthony Aust, Op. Cit., hlm. 51.
302
Eddy Pratomo, Op., Cit. hlm. 60-61.
303
Komite Akreditasi Nasional, KAN Jalin Kerjasama dengan ESMA: Ekspor Produk
Halal ke Uni Emirat Arab Semakin Mudah, http://www.kan.or.id/index.php/8-news/127-
kan-jalin-kerjasama-dengan-esma-ekspor-produk-halal-ke-uni-emirat-arab-semakin-
mudah, diakses 4 Desember 2021.
304
BPJH, MOU Indonesia-Chile, http://halal.go.id/beritalengkap/283, diakses 12 Desember
2021.
ASEAN menjadi salah satu kekuatan ekonomi regional yang tidak dapat
dikesampingkan oleh berbagai negara di dunia. Pada tahun 2015 ASEAN telah
membangun komunitas ASEAN Economic Community (AEC) atau yang
dikenal juga sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang menjadi pasar
tunggal di kawasan Asia Tenggara.
MEA dibentuk untuk menghadapi perdagangan bebas saat ini dan
didirikan oleh para pemimpin ASEAN dan berbagai basis produksi. Milestone
tujuan pembentukan MEA di antaranya, pada tahun 2015 diberlakukannya aliran
bebas barang (free flow of goods) secara bebas, tanpa mengalami hambatan baik
tarif maupun non-tarif.
Pembentukan MEA dilakukan dalam Konferensi Tingkat Tinggi di Bali
pada 7 Oktober 2003, dimana para petinggi ASEAN mendeklarasikan bahwa
MEA akan dibentuk pada tahun 2015, untuk meningkatkan daya saing ASEAN
dalam menyaingi Tiongkok dan India dalam menarik investasi asing. Penerapan
MEA 2015, merubah ASEAN menjadi sebuah pasar tunggal yang berbentuk
basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi, kawasan dengan
pembangunan ekonomi yang merata, kawasan yang terintegrasi penuh dengan
ekonomi global.305
305
ASEAN Economic Community Blueprint 2025, hlm. 7.
306
Baharudin Othman, Sharifudin Md. Shaarani, Arsiah Bahron, “The Potential of ASEAN in
Halal Certification Implementation: A Review”, Pertanika Journal of Social Sciences and
Humanities, Vol. 24, No. 1, 2016.
307
Ibid.
308
Hossein G.T. Olya, Amr Al-ansi, “Risk assessment of Halal Products and Services:
Implication for Tourism Industry”, Elsevier: Tourism Management, Vol. 65, April 2018.
309
Serrin Razzaq C. Michael Hall, Girish Prayag, “The Capacity of New Zealand to
Accommodate the Halal Tourism Market — Or not”, Elsevier: Tourism Management, Vol. 18,
April 2016.
310
Salman Yousa, Fan Xiucheng, “Halal Culinary and Tourism Marketing Strategies on
Government Websites: A Preliminary Analysis”, Elsevier: Tourism Management, Vol. 68,
October 2018.
311
Kompas.com, "GMTI Umumkan Daftar Destinasi Wisata Halal Terbaik Dunia 2021,
Indonesia Turun Peringkat", https://travel.kompas.com/read/2021/07/15/221518827/gmti-
umumkan-daftar-destinasi-wisata-halal-terbaik-dunia-2021-indonesia-turun?page=all. Diakses
pada 2 November 2022
312
Anis Najiha Ahmad, et. al., “Overview of the Halal Food Control System in Malaysia”,
Elsevier: Food Control, Vol. 90, 2018.
313
Jawad Alzeer, Ulrieke Rieder, Khaled Abou Hadeed, “Rational and Practical Aspects of Halal
and Tayyib in The Context of Food Safety”, Elsevier: Trends in Food Science and Technology,
Vol. 71, January 2018.
314
Khadijah Nakyinsige, Yaakob Bin Che Man, Awis Queni Sazili, “Halal Authenticity Issues
in Meat and Meat Products”, Elsevier: Meat Science, Vol. 91, Issue 3, July 2012.
315
An Nee Lau, Mohd Hafiz Jamaludin, Jan Mei Soon, “Quality Assurance and Halal Control
Points for The Food Industry”, Nutrition & Food Science, Vol. 46, Issue 4, July 2016.
316
Jie Zhao, et. al., “A Panel of SNP Markers for Meat Traceability of Halal Beef in the Chinese
Market, Elsevier: Food Control, Vol. 87, 2018.
317
A. Shafiq, A.K.M. Haque, A. Omar, “Multiple Halal Logos and Malays’ Beliefs: A Case of
Mixed Signals”, International Food Research Journal, Vol. 22, No. 4, January 2015.
318
Jawad Alzeer, Ulrieke Rieder, Khaled Abou Hadeed, “Good Agricultural Practices and Its
Compatibility with Halal Standards”, Elsevier: Trends in Food Science and Technology, Vol.
102, August 2018.
319
Abdul Matin bin Salman, et. al., “Halal as a Distinct Competitive Edge for Islamic Higher
Education in the Millennial Generation”, International Journal of Halal Research, Vol. 1, No.
1, December 2019.
320
Ainin Sulaiman, et. al. Sentiment Analyses of Multilingual Tweets on Halal Tourism”,
Elsevier: Tourism Management Perspectives, Vol. 34, April 2020.
321
Nur Aini Rakhmawati, et. al., “Linked Open Data for Halal Food Products”, Journal of King
Saud University - Computer and Information Sciences, Vol. 33, Issue 6, July 2021.
322
Ibid.
323
Afshan Azam, “An empirical study on non- Muslim’s packaged halal food Manufacturers:
Saudi Arabian consumer’s purchase intention,” Journal of Islamic Marketing, Vol. 7, No. 4,
hlm. 441-460
324
Nur Aini Fitriya Ardiani Aniqoh, Metta Renatie Hanastiana, “Halal Food Industry:
Challenges and Opportunities in Europe”, Journal of Digital Marketing and Halal Industry,
Vol. 2, No. I, 2020.
325
Ahmad Hussein Sakr, 1997, A Muslim Guide to Food Ingredients, Foundation for Islamic
Knowledge, Illinois, hlm. 21.
326
M.U. Chand, 2003, Halal, Haram: The Prohibited and the Permitted Foods and Drinks, A.S.
Noordeen, Kuala Lumpur, hlm. xiii.
327
Ibid.
328
Nur Aini Fitriya Ardiani Aniqoh, Metta Renatie Hanastiana, “Halal Food Industry:
Challenges and Opportunities in Europe”, Journal of Digital Marketing and Halal Industry, Vol.
2, No. I, 2020.
329
Nur Asnawi, B. M, “Halal Products Consumption in International Chain Restaurants among
Global Moslem Consumers. International”, Journal of Emerging Markets, Vol. 13 (5), 2018,
hlm.132.
330
The Halal Food Council of Europe, Mission and Objectives, http://www.hfce.eu/index.html,
diakses 28 November 2021.
331
CEN, A European Standard on halal food?, Press Release,
ftp://ftp.cen.eu/PUB/PressReleases/HalalFood.pdf, diakses 6 November 2021.
Bossche, Peter van den, Daniar Natakususmah, Joseph Wira Koesnaidi, 2010,
Pengantar Hukum WTO (World Trade Organization), Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta
M.U. Chand, 2003, Halal, Haram: The Prohibited and the Permitted Foods and
Drinks, A.S. Noordeen, Kuala Lumpur
Alzeer, Jawad, Ulrieke Rieder, Khaled Abou Hadeed, “Rational and Practical
Aspects of Halal and Tayyib in The Context of Food Safety”, Elsevier:
Trends in Food Science and Technology, Vol. 71, January 2018.
Ahmad, Anis Najiha, et. al., “Overview of the Halal Food Control System in
Malaysia”, Elsevier: Food Control, Vol. 90, 2018.
Aniqoh, Nur Aini Fitriya Ardiani, Metta Renatie Hanastiana, “Halal Food
Industry: Challenges and Opportunities in Europe”, Journal of Digital
Marketing and Halal Industry, Vol. 2, No. I, 2020.
A. Shafiq, A.K.M. Haque, A. Omar, “Multiple Halal Logos and Malays’ Beliefs:
A Case of Mixed Signals”, International Food Research Journal, Vol. 22,
No. 4, January 2015.
Hall, Serrin Razzaq C. Michael, Girish Prayag, “The Capacity of New Zealand
to Accommodate the Halal Tourism Market — Or not”, Elsevier: Tourism
Management, Vol. 18, April 2016.
Lau, An Nee, Mohd Hafiz Jamaludin, Jan Mei Soon, “Quality Assurance and
Halal Control Points for The Food Industry”, Nutrition & Food Science,
Vol. 46, Issue 4, July 2016.Appellate Body Report, EC – Asbestos, above
n. 19
Nakyinsige, Khadijah, Yaakob Bin Che Man, Awis Queni Sazili, “Halal
Authenticity Issues in Meat and Meat Products”, Elsevier: Meat Science,
Vol. 91, Issue 3, July 2012.
Olya, Hossein G.T., Amr Al-ansi, “Risk assessment of Halal Products and
Services: Implication for Tourism Industry”, Elsevier: Tourism
Management, Vol. 65, April 2018.
Rakhmawati, Nur Aini, et. al., “Linked Open Data for Halal Food Products”,
Journal of King Saud University - Computer and Information Sciences, Vol.
33, Issue 6, July 2021.
Salman, Abdul Matin bin, et. Al., “Halal as a Distinct Competitive Edge for
Islamic Higher Education in the Millennial Generation”, International
Journal of Halal Research, Vol. 1, No. 1, December 2019.
Zhao, Jie, et. al., “A Panel of SNP Markers for Meat Traceability of Halal Beef
in the Chinese Market, Elsevier: Food Control, Vol. 87, 2018.
Internet